Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan (IBIK), bekerja sama dengan Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia, memperkuat usaha batik khas Bogor.
Kerja sama ini dilakukan sebagai kolaborasi Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan lokus Kampung Batik Cibuluh, Kota Bogor.
Dalam program tersebut, kedua belah pihak melatih sejumlah kelompok UMKM Kampung Batik Cibuluh pada Jumat, 5 Mei 2023.
Mengusung tema “Community Empowerment Through Assisting in Production Costs, Digital Business, Governance and Cultural Product Tourism (Batik)’.
Perwakilan Humas IBIK, Hendra Setiawan mengatakan, seringkali usaha industri rumahan (home industry) mengabaikan biaya depresiasi produk.
“Sehingga pada saat peralatan yang digunakan dalam proses produksi perlu dibeli kembali, justru memberikan biaya tambahan pada biaya produksi,” katanya.
“Oleh karena itu, berbagai perhitungan inti seperti biaya bahan baku, biaya jasa pengerjaan batik, persediaan, serta penyusutan/depresiasi yang diberikan dalam seminar, menjadi sangat penting,” lanjutnya.
Tidak hanya pelatihan, IBIK juga mengimbau agar ada studi banding para pelaku UMKM, untuk berkunjung ke tempat usaha batik lainnya.
Hal itu dilakukan agar ada referensi, dalam menentukan cara yang efisien, khususnya pada bagian produksi.
Sehingga, dengan adanya perhitungan yang baik dimulai dari biaya inti produksi, tentunya dapat mempermudah para pelaku UMKM dalam menentukan harga jual yang sesuai, untuk produk-produknya.
Juga mengurangi resiko kerugian di masa yang akan datang, dikarenakan adanya biaya tambahan yang belum diperkirakan.
“Apabila harga jual produk telah ditetapkan, para pelaku UMKM hanya perlu memperkirakan bagaimana produk tersebut dapat dipasarkan,” jelasnya.
Perwakilan dari Universiti Teknologi Mara (UiTM), Maslinawati Mohamad mengatakan, masalah pemasaran produk, tentu tiap pelaku UMKM harus melihat pasarnya masing-masing.
Jika produknya batik, maka para pelaku UMKM harus melihat batik apa yang banyak disukai oleh pasar mereka. Atau target pembeli mereka.
“Sebagai contoh, ada banyak batik Indonesia yang dijual di Malaysia dengan menggunakan warna-warna pastel karena pasar Malaysia didominasi oleh kalangan anak muda yang cenderung menyukai warna-warna yang tidak terlalu kuat,” tambahnya.
Batik juga, kata dia, identik dengan sebuah filosofinya. Penjelasan mengenai filosofi batik itu sendiri, bisa menjadi daya jual lainnya.
“Misal coraknya gambar apa, penjelasannya terkait filosofi gambar tersebut juga harus ada, sehingga pembeli tahu, bahwa batik itu punya nilai lebih,” tandas dia.
No comments:
Post a Comment