Sunday, 24 August 2025

Titiek Soeharto Tegur Mentan Amran yang Bandingkan Harga Beras RI dengan Jepang

Titiek Soeharto Tegur Mentan Amran yang Bandingkan Harga Beras RI dengan Jepang

Titiek Soeharto Tegur Mentan Amran yang Bandingkan Harga Beras RI dengan Jepang










Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman diprotes Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi yang dikenal dengan nama Titiek Soeharto, saat Mentan membandingkan harga beras di Jepang dengan di Indonesia. Momen itu terjadi saat rapat bersama Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada hari Kamis, 21/08/2025.







Ketika Amran memaparkan sejumlah data mengenai stok beras saat ini yang dinilai aman karena adanya kenaikan produksi. Hingga September, sesuai data BPS, potensi produksi beras mencapai 28,24 atau naik 12,76 persen dibanding 2024 yang hanya 25,04 juta ton.


Jika dibandingkan dengan konsumsi beras Januari hingga September sebesar 23,38 juta ton. Artinya, terjadi surplus produksi beras Januari-September 2025 sebesar 4,86 jt ton.


"Terkait harga kita sampaikan harga terakhir juga dari Bappenas, ini sudah terjadi penurunan, dan harga yang Kami terima terakhir tadi pagi Rp 6.500 untuk seluruh indonesia. Ini harga untuk gabah," kata Andi Amran Sulaiman.


Selesai Mentan menyampaikan pemaparannya, Titiek Soeharto menanyakan mengenai rencana satu harga untuk beras premium dan medium.


"Mengenai harga yang masuk disatukan harga (beras) premium dan medium itu apa tuh saya banyak ditanya," kata Titiek.


Amran menjelaskan, pembahasan tersebut telah di rapatkan sebanyak tiga kali dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas). Amran kemudian menyinggung soal sensitifnya kenaikan harga beras di Indonesia.


Padahal, kata dia, beras di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan Jepang. Dia menilai masyarakat terlalu reaktif menanggapi kenaikan harga beras belakangan ini.


"Sekarang ini baru naik saja sedikit ribut. Jepang sudah Rp 100 ribu per kilo harga beras hari ini," kata Amran.


Pernyataan tersebut langsung mendapat tanggapan dari Titiek Soeharto, bahwa menurutnya, perbandingan harga beras Indonesia dan Jepang tidak tepat karena kondisi ekonomi kedua negara berbeda jauh.


“Pak Menteri, engga dibandingkan dengan Jepang. Income per capita kita juga sudah lain, Pak. Pendapatan mereka sangat tinggi, masyarakatnya mampu membeli. Sementara di Indonesia, sedikit saja harga beras naik sudah bikin rakyat menjerit,” tegas Titiek.


Menanggapi hal itu, Amran kembali menegaskan kebijakan baru perberasan masih dalam tahap pembahasan. Dia menyebut sudah empat kali melakukan rapat maraton bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), namun belum ada keputusan final.


Amran menekankan pemerintah ingin seluruh beras yang mendapat subsidi negara tetap terkontrol. Selain itu, keuntungan pengusaha tetap diperhatikan, dengan aturan yang ketat agar tidak ada pelanggaran kualitas beras di pasaran.


"Izin Bu Ketua, kami butuh masukan hari ini karena Ibu Ketua tanyakan," ucap Amran.






















No comments: