Dalam buku - buku motivasi orang diajarkan, salah satunya adalah
"tidak ada makan siang yang gratis". Kalimat ini mungkin bermaksud
mendorong orang untuk aktif dalam membangun dirinya menjadi manusia
mandiri, bahasa sederhananya getol cari duit. Entah bagaimana seakan
itu termakan kedalam alam pikiran setiap orang, sehingga hasilnya
hampir disetiap tempat dijadikan lahan bisnis, tidak ada yang gratis.
Sampai untuk sekedar berolaharaga pun, khususnya olahraga yang
membutuhkan lapangan khusus, seperti volley, Basket, badminton dan
sepakbola, kita harus merogoh kocek, sewa tempat. Kecuali disedikit
tempat di komplek perumahan, sisanya semua sudah menjadi mall dan ruko -
ruko. Tidak seperti dulu, di setiap sore atau pagi di hari libur,
kita bisa menyalurkan hobi olahraga dengan bebas ditempat mana saja,
lapangan fasilitas milik umum.
Dulu banyak
lapangan bebas yang bisa dipakai untuk menyalurkan hobi, baik lapangan rumput luas semodel
taman maupun lapangan yang sudah bentuk jadi sebagai arena olahraga,
seperti lapangan volley, basket, badminton dan sepakbola. Dan hasilnya dari menyalurkan hobi, kemudian saling berlomba, berkompetisi kecil tingkat lokal, akhirnya tidak
sedikit dari sana banyak yang direkrut menjadi pegawai baik negeri
maupun swasta karena kemampuannya dalam berolahraga, bukan karena skill
keahlian tertentu yang dibutuhkan di perusahaan.
IPerusahaan membutuhkan pegawai yang mampu mengharumkan nama perusahaan dalam event olahraga resmi. Efek lanjutannya di setiap kampung mulai giat berolahraga memanfaatkan betul lapangan yang ada. Ini selain bagus buat kesehatan mereka juga sangat baik bagi mereka, memberi jalan mereka untuk mendapakan pekerjaan. Sekarang yang seperti ini sudah tidak ada lagi, lapangan sudah identik dengan tidak ada makan siang yang gratis. Semua tempat hampir dipastikan berbayar.
IPerusahaan membutuhkan pegawai yang mampu mengharumkan nama perusahaan dalam event olahraga resmi. Efek lanjutannya di setiap kampung mulai giat berolahraga memanfaatkan betul lapangan yang ada. Ini selain bagus buat kesehatan mereka juga sangat baik bagi mereka, memberi jalan mereka untuk mendapakan pekerjaan. Sekarang yang seperti ini sudah tidak ada lagi, lapangan sudah identik dengan tidak ada makan siang yang gratis. Semua tempat hampir dipastikan berbayar.
Tulisan
ini ingin menggambarkan korelasi antara expectation dan satisfaction
dalam berprestasi di bidang olah raga didukung oleh jumlah SDM yang sangat
besar. Namun jadi Sangat Ironi, dengan jumlah penduduk, terutama di usia yang
siap cetak, antara 8 - 15 tahun, sulit melahirkan atlit berprestasi.
Apalagi cabang sepakbola yang sudah menjadi olahraga kegemaran
masyarakatnya. Sementara banyak masyarakat terutama orang tuanya
sampai terlibat dalam mendorong putra-putrinya dengan merogoh koceknya
memasukannya ke tempat pencetakan atlit, berharap putra - putri mereka
bisa menjadi atlit kebanggaan, dimana tidak sedikit pula putra - putri
ini terpaksa ikut bukan atas keinginannya. ada juga pas memang putra -
putrinya senang namun senangnya bukan karena hobi karena ikut - ikutan
temannya. Dibelahan lain putra - putri yang hobi, bisa jadi punya
bakat sejak lahir namun orangtuanya miskin, ujungnya bakat itu
tenggelam dengan sendirinya yang tak pernah menjadi kilauan permata. Ini
adalah dampak dari tak ada makan siang yang gratis yang sudah sampai
ke lapangan olahraga , tempat pencetakan alami kelak menjadi bakat -
bakat nasional. siapa yang salah?
Hal lain pencanangan
expectation pada cabang olahraga tanpa dibarengi gerak terpadu secara
vertikal dan horisontal, secara vertikal ada gerak seirama dari atas
kebawah dan dari bawah keatas, secara horisontal banyaknya event lokal
yang memasayarakat yang sama banyak dengan event berbayar. Itu
hanyalah Ilusi kalau saya pinjam judul lagunya Anggun C Sasmi, artinya
yang demikian hanyalah mimpi orang - orang tanpa Ilmu, tidak mempunyai
konsep dalam skup besar NKRI. Ujungnya bisa kita lihat sendiri,
sepakbola hanya ladang bisnis yang tak pernah mampu mencetak
kesebelasan yang solid, begitu pula dengan olahraga basket dan
volley.. yang paling miris lagi olahraga bulutangkis.. mungkin ini
juga ada hubungan dengan virus flu burung yang sempat membuat unggas
hilang dari kandangnya.. barangakali.
Expectation yang
dibarengi konsep yang jelas dan kerja nyata tanpa pamrih, bisa
menghasilkan beyond ecpectation.. melahirkan beyond satisfactions..
seperti dicabang angkat besi..
Adios