Sunday 13 May 2012

Final Piala Champion 2012

Hampir seluruh pecinta sepakbola sejagad sudah memprediksikan final piala champion nanti bakal mempertemukan Real Madrid vs Baecelona, tak terkecuali saya dan pengurus FIFA.  Pengurus FIFA  sudah memplot kocokannya dengan sangat cantik waktu mau masuk ke babak perempat final, dimana kedua tim favorit tidak bertemu hingga partai final. Namun apa dikata, harapan berkata lain. Chelsea dengan mengadopsi  strategi catenacio sukses membendung Barca dan Bayer  berhasil memaku ronaldo Cs.

Banyak yang terpaku,, banyak yang  tak mengira, banyak yang kecewa, banyak juga yang senang.  Tak sedikit  jua diantara mereka yang senang  tim kesayangannya menang maupun yang kecewa jagoannya keok, tak sedikit yang dibumbui dengan memberikan argumentasi - argumentasinya dengan bebagai alasan yang tidak masuk, lebih karena diatas penilaian rasa kecintaannya. Sama seperti komentator yang cakap bicara tapi tak pernah berbuat yang sama , bahkan prestasi yang sama. Komentator yang tidak lagi sekedar sebagai sejawat reporter yang membuat pertandingan tidak dingin dan sepi,  tapi sudah seperti pernah mengalaminya ataupun seolah selalu ikut bersama pelatih dari tim yang sedang bertanding, ketika pertandingannya berlangsung.

Pertandingn langsung final piala Champion nanti juga sudah dipastikan bakal diramaikan kembali oleh para komentator dengan komentar – komentarnya yang berapi – api yang tak ada apinya. Tapi yang pasti laga Final akan digelar kalau tidak ada aral dan rintangan.  Laga Final  nanti tetap bakal menarik, meski tidak ada  pemain mega bintangmya. Inini  adalah final Ideal .

Final  Chelsea dan Bayer Munchen, laga  yang akan dibumbui oleh perseteruan dendam lama antara tim Inggris dan German.  Satu catatan saja, melihat dari jalannya semifinal kemaren dan pertandingan   dari kedua tim. Chelsea  mengedepankan focus dan seriusnya, sedangkan  dan Munchen dengan mengedepankan ketenangan. Keduanya sama – sama dipecundangi di laga lokalnya.

Bayer Munchen sedikit lebih diunggulkan diunggulkan karena menjadi tuan rumah.  Tapi bagimu, terserah apa katamu, mana yang kan kau pilih ataupun tidak memilih. Izin kan saya untuk  meng-unggulkan Bayer Munchen. Bagimu terserah apa katamu.. Namun pilihan itu akan terus berubah sampai dengan hari ha.  Satu yang tidak akan berubah pisgor dan kopinya.

Thursday 10 May 2012

Amoral Seorang Bapak

Amoral Seorang Bapak

Dari semua peristiwa tindak kejahatan, yang paling tidak bermoral adalah kejamnya seorang bapak menghamili anak kandungnya sendiri. Biadab.


Membaca berita ini, membuat makan tak berselera, ingin rasanya memecahkan kepala si bapak yang amoral itu. Meski anak itu bukan anak kandung saya, bukan saudara sedarah ataupun sanak familiy. Tapi kemarahan dalam ikatan satu bangsa.








Apa yang menimpa anak sekecil itu, terasa menusuk ulu hati. Dan Si bapak berhak melemparkan ayat - ayat setannya sebagai alasan pembelaannya, tapi itu tidak akan mengubah stempel amoralnya, biadabnya. Perbuatannya tak termaafkan.


Perbuatan seperti itu, tidak bisa disalahkan oleh karena pengaruh external oleh eforianya sex bebas, prilaku sex menyimpang dan problem penyaluran sex, tapi sekalipun demikian, tidak bisa dipungkiri itu juga ikut mewarnai yang melatarbelakangi birahinya.


Didalamnya sudah bertumpuk antara minimnya bekal pendidikan, status sosial, perlakuan sosial dan pengaruh sosial. Dan itu tidak bisa diurai lagi untuk dibedah, mencari yang menjadi penyebab utama prilaku menyimpang yang amoral.Itu sudah satu kesatuan yang melebur seperti makanan baru yang bantat, keras dan kesat rasanya.


Walaupun hukuman berat sudah dijatuhkan sebagai ganjaran, namun itu tidak akan mampu mengembalikan suasana kejiwaan anaknya hingga ia tumbuh dewasa.


Walaupun semua pihak telah menyaksikan imbalan hukum, mereka semestinya sadar ini adalah masalah besar yang tersembunyi yang bagaikan gunung es.


Tindakan yang diperlu kedepannya, yang terdekat adalah menyelamatkan anak sebagai korban. Memulihkan traumanya, membangkitkan semangat hidupnya, meyakinkan kembali harga diri dan keceriaannya yang telah hancur meledak berkeping - keping oleh kebiadaban seorang teroris terhadap kedaulatan keluarga, yang seharusnya melindungi, mengayomi dan menafkahinya jika memang tidak bisa mendidik dan membina.


Langkah kedua, si anak juga harus dioperasi, mengangkat janin jika ada yang jadi, sama seperti mengangkat tumor, bukan membiarkan anak yang didalam kandungannya dibiarkan tumbuh. Sebab itu malah akan merusak perkembangan kejiwaan si anak yang mau dipulihkan kepercayaan dirinya.


Ketiga, andil besar Pemerintah dalam kasus seperti ini adalah segera membuat program konkrit pemerataan kebutuhan pendidikan dan penghidupan ke segala pelosok di wilayah NKRI, melibatkan semua struktur aparat dan komponen masyarajat. Jangan ada satu warga negara pun yang luput dari perhatian.


Perhatian dalam kebijaksanaan bukan diatas keprihatinan ataupun kecurigaan atau atas nama kemanusiaan a, c ,d pada pelaku. Sebab ini adalah masalah bangsa yang konkrit, masalah generasi.




Wednesday 9 May 2012

Peranan Orangtua Mendidik Dan Membina Anak

Peranan Orangtua Mendidik & Membina Anak

Judulnya sudah tidak aneh ya... Sudah sering didengar, sering dibaca, bahwa dalam mendidik anak tidak cuma cukup hanya sekedar memberinya kebutuhan hidup saja. Bahkan mungkin diantara kita juga pasti ada yang sudah menerapkannya dengan baik.






Tapi tidak apa - apa juga kan kalau menulis lagi tentang ini?


Mudah - mudahan ada manfaatnya, ada sesuatu yang baru yang bisa diambil dalam tulisan ini.


Dan tulisan ini juga menyambung dengan tulisan saya tentang "Insting Bringas", judul itu berangkat dari kegetiran membaca berita atas peristiwa pembunuhan kakak kandung sama adik. Pada tulisan disini lebih diperjelas ke sasarannya, tapi bukan tentang peristiwanya yang mau dikupas, tekanannya pada sebab akibatnya.


Nah dalam hal ini mau mengupas tentang bagaimana peranan orang tua mendidik dan membina anak menjadikan si anak kelak besar berlaku seperti doa orang tua ketika anak baru lahir.


Peranan orang tua didalam mendidik dan membina anak itu menjadi sangat menentukan didalam pembentukan mental dan kepribadiannya. Walaupun ada juga pengaruh besar dari lingkungan dimana si anak tumbuh besar ( baik yang buruk maupun yang baik ), serta sifat - sifat yang melekat bawaan lahir.


Pengaruh - pengaruh itu bisa dikelola dengan baik jika orang tua memberikan porsi besar mengambil peranannya dalam mendidik dan membina anak. Sebaliknya jika tidak begitu, maka si anak akan digulung dengan pengaruh - pengaruh luar yang tiada henti datang bertubi-tubi dari segala penjuru, lingkungan, media. Bersyukur kalau yang diserapnya pengaruh baik saja, tapi kalau pengaruh buruk ?


Bisa - bisa sesal kemudian tak mungkin dikembalikan. Disini yang harus diperhatikan dan dipahami adalah pengaruh - pengaruh dari luar ini tidak bisa dihindarkan. Dengan begitu, kita sebagai orang tua dapat menyadari, dalam mendidik anak itu tidak cepat memberikan batasan - batasan geraknya atau dicecar dengan larangan yang ujungnya jadi sering mengumbar kata - kata larangan. Ini selain tidak akan menghasilkan terbentuknya karakter anak yang kelak besar siap mamdiri pada saat memasuki usia sekolah, sebaliknya hanya akan membuat kita jadi uring - uringan dibuatnya.


Kenapa demikian?


Sebab semakin sering kita menanamkan pada anak larangan, itu akan mematikan kreativitasnya yang sedang tumbuh dan mesti diasah. Tumbuh berkembangnya kreativitas pada anak itu tidak akan berjalan dengan sendirinya, harus ada yang lain yang menuntunnya,  harus ada orang lain yang membantunya, hingga si anak terlatih dan terasah. Itu yang disebut diarahkan bakat dan


Dalam mengarahkan ini dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Dan kalau kita kurang sabar dan telaten, jangan kaget nantinya. Sebab tidak jarang malah akan membuat si anak tidak betah dengan apa yang sedang dikerjakannya, karena pada usia tersebut apa yang dilakukan anak itu sekedar coba - coba, sekedar ingin tahu saja. Jika pada fase ini jika terlewati jangat kaget lalu si anak menjadi lebih mengakrabi pengaruh dari luar.


Sederhananya, ada beberapa point yang harus diupayakan untuk dihindari sebagai langkah:


  1. Tidak membanggakannya atau mengeluhkannya pada orang lain, apalagi didepan si anak.

  2. Tidak memarahinya didepan saudaranya apalagi didepan umum

  3. Tidak ikut campur apalagi membelanya ketika si anak berkelahi dengan temannya.

  4. Membiasakan kepada si anak untuk segera minta maap pada temannya jika lagi berselisih.



  5. Perhatikan perkembangannya dari kejauhan, tidak lekas curiga dengan aksi perubahan sikap si anak dan menegurnya.

  6. Jangan terlalu sering memerintahkan anak untuk belajar.

  7. Berikan hukuman jika si anak melakukan kesalahan, tapi tidak memberatkannya disesuaikan tingkatan usianya, diikuti dengan memberikan peringatan.

  8. Jangan sekali - sekali keluar kata perintah kepada si anak ganti dengan kata permohonan "bisa tolong / bantu"


Demikian, semoga ini bisa diterapkan oleh orang tua dengan segala status sosial ekonominya. Tapi poin - poin diatas juga akan gugur bila tidak ada ketauladan dari kedua orang tua dan tidak ada kerjasama yang baik dari ayah dan ibunya dengan kadar sayangnya yang tidak seiring diantara keduanya.

Friday 27 April 2012

Rumah Tinggal

Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang pesat sebagai tanda tegaknya kedaulatan Negara. Kedaulatan ini harus di imbangi dengan arah pembangunan yang jelas bagi terciptanya perputaran ekonomi yang dinamis dengan memaksimalkan sumber alam dan sumber daya manusianya yang didalamnya didorong oleh sistim pengupahan yang layak hidup kearah sejahtera. Jika tidak, Kedaulatan itu hanya sebatas kemerdekaan tinggal dan berserikat. Mendorong rakyat untuk berkompetisi adalah baik dan sangat dianjurkan, sebab itu dapat memacu peningkatan kemampuan potesinya. Namun, membiarkannya berkompetisi tanpa ada pembinaan, arahan dan kontrol dari pemerintah, memicu terciptanya hukum rimba, manusia satu dengan yang lain saling bergesekan tak terkendali. Satu tingkatan kondisi itu dapat menguntungkan pemerintah, mengurangi beban. Tapi pada 3 tingkatan diatasnya, dalam jangka panjang, membuat dinamika ekonomi menjadi stag, berkutat dilingkaran tertentu. Tentunya ini memberikan peluang besar bagi terciptanya persaingan yang kian tidak sehat, menumbuhkan bibit gangster - gangster yang siap membunuh siapa saja. Dan ini sudah terjadi, contoh - contohnya banyak, Parpol salah satu gangsters formal. Itu semua adalah hasil dari pembangunan sebelum - sebelumnya. Dan ujungnya terus terjadi tolak tarik.

Tolak tarik pembangunan sudah pasti menghambat cita - cita Negara, membuatnya tidak pernah menunjukkan peningkatan yang significant, slalu tertinggal 2 langkah dengan negara tetangganya, bahkan oleh negara Vietnam sekalipun. Disamping itu memperburuk norma - norma kaidah hidup yang selaras etika peradaban yang memenuhi harapan kemanusiaan dalam ikatan berbangsa dan bernegara. Kembali muaranya adalah akibat tidak jelasnya arah, tumpang tindihnya pengaturan, hingga mengabaikan jeritan suara rakyatnya.

Bagi Rakyat, negara menjadi rumah tinggalnya. Yang dibutuhkan mereka bukan dibuatkan tempat tinggal, sebab tempat tinggal itu adalah hak asasi. Berdirinya tempat tinggal sepadan dengan kesejahteraannya, artinya ditentukan oleh tingkat kemampuan finansialnya. Kemampuan finansial ditentukan oleh pekerjaannya. Berikan pekerjaan yang diupah pantas layak hidup, bukan alakadarnya diatas belas kasihan (sisthm upah buruh harian/bulanan lepas yang menyayatkan) dan mengukur tingkat pengabdiannya ( sistim upah honorer cpns yang menganiayakan). Sebab itu adalah bagian dari bentuk penyelewang Pemerintah pada Negara, melakukan pembiaran dan pengabaian terhadap satu unsur dari negara, sdm.

Tuesday 24 April 2012

Tawuran Bagian Dari Budaya Bangsa

Tawuran Bagian Dari Budaya Bangsa
Perkelahian masal atau akrab sering disebut tawuran, jadi sering terjadi. Tawuran bukan lagi satu - satunya menjadi milik pelajar. Ada tawuran antar kampung di beberapa tempat masih dianggap rawan terjadi letupan - letupan. Ada tawuran antar suporter bola, suporter bola dengan warga. Tawuran antar geng. Dan yang semodel dengan tawuran, pertikaian sengketa lahan... dan masih banyak lagi.. dengan bermacam peristiwanya. Itulah potret sisi kelam di negeri ini.

Melihat kenyataan sisi kelam ini, layak untuk kita berlapang dada, kalau tawuran itu diakui sebagai bagian dari budaya bangsa kita. Tawuran merupakan expresi dari bentuk semangat kebersamaan, peleburan dari rasa solidaritas. Tentunya, ujud dari kebersamaan, kebersamaan  pada sisi negatif dari sebuah kehidupan sosial budaya, yakni sebagai bentuk penyimpangan dari kaidah normatif yang telah dinormakan. atau penyakit buruk prilaku sosial atas sebuah pemahaman rasa solidaritas.

Pengecualian untuk tawuran antar pelajar dan tawuran antar suporter, secara umum, inti yang melatarbelakanginya adalah persoalan adanya ketidakadilan atau menganaktirikan. Dan mudahnya mereka terpancing kedalam kemarahan masal oleh sedikit letupan (gampang terprovokasi) diatas semangat kebersamaan pada sisi negatif, secara kasat mata bisa dilihat suasana keseharian dan ruangan di wilayahnya. Secara umum adalah masalah status sosial dan tingkat taraf ekonominya, diatas kondisi itu terbentuk rasa yang sama senasib seperuntungan, dimana rasa ini mudah sekali meledak kapan saja ketika menyentuh ke persoalan rasa dan harga dirinya. Kemudian diterjemahkannya kedalam tindakan  masal sebagai ungkapan kekuatan harga dirinya, yang mereka sebut itu adalah bentuk  dari rasa solidaritas.

Doeloe ada tawuran antar kampoeng yang sudah terus menerus dari generasi ke generasi, sudah seperti tradisi musim - musiman. Tapi sudah tidak lagi, setelah sebagian besar warga di kedua belah pihak, hidupnya sejahtera. Jadi sepertinya, dari sedikit gambaran diatas, ada korelasi antara tingkat kemakmuran dengan semangat tawuran. Cuma hipotesa ini masih mentah, karena ini seolah terpatahkan oleh adanya tawuran antar pelajar, tawuran antar suporter, tawuran antar geng, kemudian tontonan itu dilengkapi oleh bagaimana sikap para anggota dewan, kalau mereka ketemu sidang yang alot, deadlock, tidak ada kata sepakat, maka membahanalah keluar gemuruh sorak cemooh disana, kesemuanya sadar atau tidak sadar memberikan contoh membentuk karakter yang sama pada generasi berikutnya. 

Berkaca dari gambaran di atas, dilihat pada status sosialnya. Dimana sebagian besar dari mereka itu, apalagi anggota dewan, bukanlah kelompok dari golongan orang  - orang yang minim taraf hidupnya, bahkan daiantar mereka, rata - rata diatas lebih diatasnya lagi diatas rata - rata hidup sejahtera.

Lalu apa esensi dari tawuran ini kalau kita tak sudi mau berikhlas hati, mengatakan itu adalah bagian dari budaya bangsa? 

Exploitasi kemarahan yang membabi buta secara masal, amuk masa tak terkendali tiada mampu diredam jua, dihati - hati mereka, sekalipun pendidikan moral/ahlak slalu dikumandangkan dimana -mana? Belum lagi gaya petangtang petengteng karena mentang - mentangnya. Jika kita ada disana, ditengah - tengah amukan, seperti berada di ruangan angker, kaya di alam liar, bringas dan buas. Seperti sebuah negara yang tak bertuan, negara yang tidak ada negaranya.

Setiap negara memiliki dasar negara sebagai titik pijaknya disaat akan melangkah. Salah satu dasar dari dasar negara kita, adalah kerakyatan sama dengan kebersamaan semangat bergotong royong, bermusyawarah untuk mufakat, kemudian kata khidmad memberikan pembatasan bagi tumbuhnya semangat kebersamaan yang negatif dan anarkis, dengan kata lain semangat keinginan mau menegatifkan sikap solidaritas negatif. Tapi apa mau dikata, secara tidak sadar, banyak yang memberi contoh bagi tumbuhnya semangat mufakat kearah negatif, membuat persekutuan - persekutuan yang memancing saling berbisik saling menghasut, walau awalnya mungkin tidak sampai kearah itu, tapi mungkin pula lupa, sebab siapa yang membendung kebiasaan berbisik dalam persekutuan?

Ini baru satu, belum dikaitkan lagi dengan dasar - dasar dari dasar negara yang lainnya. Maka dibutuhkanlah sebuah teori/ ajaran yang mampu menjawab dari semangat yang terkandung dalam dasar negara kita. Sayangnya semua sudah menerima kalau dasar negara ( Pancasila) itu Ideologi. Yang padahal itu adalah visi yang melekat dengan misi yang mulia.

Kembali pada masalah kebersamaan pada sisi negatif, jika dilihat pada manusia sebagai mahluk sosial, ia sama dengan mahluk lainnya. Essensi mahluk sosial itu hidupnya berkelompok dalam mencari makan, menjaga lingkungannya batas kekuasaan. Jadi setiap mahluk hidup bisa bringas ketika wilayahnya dinganggu. Begitu dengan manusia, bringas pada manusia itu insting untuk menunjukkan kekuatannya, sama kaya mahluk lain, homo humini lupus.  Yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya, selain sebagai mahluk sosial, manusia juga sebagai mahluk budaya. Budaya inilah yang memberikan penilaian "kebersamaan pada sisi negatif" pada hal - hal kehidupan yang tidak beradab atau biadab. Sedangkan kehidupan biadab jika dilihat dari sisi mahluk sosial ansih, itu kebersamaan yang semodel itu tidak biadab tapi alamiah, gerak ilmiah semua mahluk sosial.

Maka essensinya disini adalah pada persoalan budaya. Pembentukan budaya itu melalui proses pendidikan.
Jadi berbagai hiruk pikuk aneka tawuran yang sampai dengan hari ini terus saja muncul itu muaranya pada persoalan pendidikan.

Dalam hal ini bukan mau menampikkan hasil pendidikan. Dan memang tidak semuanya buruk dari hasil penyelenggaran pendidikan di negeri kita.. Tapi tengoklah sudah berapa lama negara ini berdiri?