Thursday, 19 October 2017

Menanggapi Kebijakan Baru Twitter

Menanggapi Kebijakan Baru Twitter

Setelah bocornya suspended account Twitter milik Rose McGowan. CEO Twitter, Jack Dorsey, berjanji akan membuat peraturan baru. Peraturan baru ini mencakup pelecehan sexual, konten sexualitas, kebencian, kekerasan dan yang mengagungkan kekerasan.




Menurut Jack Dorsey :"Meskipun kami menyadari ada keseluruhan genre pornografi yang didedikasikan untuk jenis konten ini, hampir tidak mungkin bagi kami untuk membedakan kapan konten ini mungkin / tidak mungkin diproduksi dan didistribusikan secara sepihak. Kami lebih suka kesalahan pada sisi melindungi korban dan menghapus jenis konten ini saat kita menyadarinya."


Untuk konten kekerasan, Jack menjelaskan :"Rincian rencana baru Twitter untuk memberlakukan konten kekerasan, akan mengambil tindakan terhadap "kelompok-kelompok kekerasan" dan juga akan melakukan tindakan terhadap konten yang memuliakan kekerasan. Misalnya, sebuah tweet yang mengatakan "Pembunuhan masuk akal."


Sekarang akan berada di bawah kebijakan penegakan Twitter. Dengan catatan kebijakan ini masih terus dikembangkan. Jack menyampaikan :"Meskipun kami merencanakan untuk membagikan pembaruan ini akhir pekan ini, kami berharap pendekatan dan perubahan yang akan datang, serta kolaborasi kami dengan Dewan Kepercayaan dan Keselamatan, menunjukkan betapa seriusnya kami memikirkan kembali peraturan kami dan seberapa cepat kami dapat memperbarui kami. kebijakan dan bagaimana kita menegakkan"


Tanggapan terhadap rencana kebijakan baru Twitter, AHA DUA PERMATA, melihat Twitter sangat reaksional terhadap cuitan Rose McGowan selain dirasakan bias atas rencana kebijakan baru tersebut. Meskipun secara keseluruhan rencana kebijakan baru tersebut sangat bagus.




Twitter akan mengontrol berbagai konten yang melanggar kebijakan baru, artinya secara otomatis Twitter akan melakukan tindakan tersebut bukan tindakan atas sebuah laporan. Lalu bagaimana kontrol seperti ini dilakukan?


Sebab Twitter telah menjadi jejaring sosial dunia tidak terbatas Amerika Serikat. Dengan konntrol tersebut sejauh mana Twitter mengenali ucapan kebencian satu individu / komunitas terhadap satu invididu/ komunitas/negara di satu negara, dimana setiap negara memiliki aturan yang mirip sama tentang pelecehan, kebencian dan kekerasan.


Jika persoalan kebijakan ini hanya sebatas mewadahi penyerangan terhadap warga Amerika Serikat ( korban / melindungi korban ), itu menggambarkan, bahwa Twitter bukan milik komunitas dunia tapi milik Amerika Serikat


No comments: