©Foto AP/Kantor Pers Kepresidenan Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky khawatir bahwa Amerika Serikat melebih-lebihkan ancaman invasi Ukraina yang akan segera terjadi untuk membuat kesepakatan dengan Rusia, yang akan memberi Moskow kendali lebih besar atas wilayah Donbass, Politico telah melaporkan, mengutip sumber-sumber yang dekat dengan pemimpin Ukraina.
Namun, pemerintahan Biden menyangkal pertimbangan semacam itu ada di atas meja, publikasi itu melanjutkan.
Outlet tersebut mencatat perubahan sikap Zelensky tentang dugaan ancaman Rusia selama beberapa bulan terakhir. Pada bulan November, presiden Ukraina membunyikan alarm sekeras mungkin. Namun akhir-akhir ini, dia semakin frustrasi dengan pemerintahan Biden, kata Politico, dan dampak retorika eskalasi terhadap pasar keuangan lokal.
Moskow membantah semua tuduhan meningkatkan situasi di sekitar Ukraina atau menimbulkan ancaman bagi negara mana pun. Pada saat yang sama, ia mencatat bahwa tuduhan itu digunakan sebagai dalih untuk menyebarkan lebih banyak senjata NATO di dekat perbatasan Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia tidak menutup kemungkinan bahwa Barat sengaja "memompa histeria" di sekitar Ukraina dan bertujuan untuk melakukan provokasi. Lavrov juga menyarankan bahwa "histeria" ini sedang dipromosikan untuk menutupi sabotase Kiev atas perjanjian Minsk.
Retorika AS ini sama terjadi Korea Selatan, bertahun - tahun AS dan Korea Selatan melakuksn perang dengan issue dilempar AS bahwa Korea Utara akan melakukan penyerangan. Namun kenyataannya tidak pernah terjadi.
Lalu bagaimana Biden menjelaskan ke sekutunya atas pernyataaannya, bahwa bulan Januari 2022, Russia akan melakukan invasi ke Ukraina. Sekarang sudah dipenghujung bulan Januari tidak eskalasi tersebut.
No comments:
Post a Comment