Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dijadwalkan tiba di Hanoi hari ini untuk kunjungan dua hari ke Vietnam, dalam perjalanan ke pertemuan G-20 akhir pekan ini di Indonesia, dalam sebuah langkah yang kemungkinan akan menimbulkan gesekan dengan mitra Barat Vietnam.
Saat jumpa pers di Hanoi Vietnam, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, menekankan bahwa Rusia mendapat undangan dari Indonesia untuk menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 yang akan dibuka di Bali pada 7-8 Juli 2022, dan KTT G20 di sana pada November 2022.
Menurut pernyataan pemerintah Vietnam yang dikutip oleh Reuters, Lavrov akan mengunjungi Vietnam atas undangan Menteri Luar Negeri Vietnam Bui Thanh Son untuk menandai peringatan 10 tahun “kemitraan strategis komprehensif” kedua negara. Lavrov kemudian akan menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri G-20 yang akan diadakan di Bali, Indonesia pada 6-7 Juli.
Indonesia mungkin telah mengabaikan upaya, jika ada, untuk mencegah partisipasi Rusia dalam pertemuan G20, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Larvov mengatakan pada hari Rabu.
"Saya tidak mengetahui apakah ada (upaya)" untuk memblokir Rusia menghadiri pertemuan G20, diplomat top Rusia mengatakan setelah pembicaraan dengan mitranya dari Vietnam, Bui Thanh Son, di Hanoi. “Kami mendapat undangan Indonesia untuk menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri (G20) yang akan dibuka di Bali besok, dan KTT G20 di sana pada bulan November. Jika ada upaya seperti itu, pihak berwenang Indonesia mungkin akan mengabaikannya,” katanya.
“Pertemuan G20 akan memiliki agendanya sendiri, dan kami akan mengikuti agenda ini,” tambah Lavrov, seraya mengatakan bahwa sejumlah pertemuan bilateral akan diadakan.
Para menteri luar negeri G20 akan berkumpul di Bali pada 7-8 Juli.
Kunjungan Sergei Lavrov ke Hanoi kemungkinan akan menimbulkan ketegangan dengan negara-negara Barat yang paling menentang perang agresi Rusia di Ukraina.
Selain perang Rusia-Ukraina, kunjungan Lavrov tidak akan biasa-biasa saja. Pada September 2021, Son melakukan perjalanan bisnis ke Moskow, seperti yang dilakukan Presiden Nguyen Xuan Phuc pada November. Tetapi invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina pada bulan Februari telah menempatkan Vietnam dalam posisi yang sangat sulit.
Kedua negara menikmati hubungan politik yang erat sejak Vietnam sejak awal Perang Dingin, dan Rusia adalah sumber utama peralatan pertahanan untuk angkatan bersenjata Vietnam, negara tersebut dilaporkan memperoleh sekitar 80 persen teknologi militernya dari kontraktor senjata Rusia.
Hubungan keamanan dan politik yang erat ini tercermin dalam fakta bahwa Rusia dan Vietnam menikmati “kemitraan strategis yang komprehensif,” penunjukan diplomatik puncak Vietnam, yang telah dibangunnya hanya dengan dua negara lain, India dan Cina.
No comments:
Post a Comment