Saturday 17 December 2022

Hujan Es di Cawang Pemotor Menepi

Hujan Es di Cawang Pemotor Menepi

Hujan Es di Cawang Pemotor Menepi




Foto: Hujan es di Cawang, Jaktim






Hujan sore hari di sekitar Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur disertai hujan es. Akibatnya, sejumlah pemotor yang sedang melintas langsung menepi untuk menghindari hujan es tersebut.







Noval Manaf (28), salah seorang saksi mengatakan, para pemotor itu terasa seperti dipukuli hujan es. Para pemotor pun menepi ke sisi jalan untuk berteduh.


"Pemotor sekitarnya jadi berasa dipukulin. Banyak pemotor yang minggir menghindari hujan es," ujar Noval kepada detikcom.


Noval mengatakan hujan es mulai terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Hujan es terjadi sekitar 3-4 menit.


"Berlangsung cuma sebentar aja. Sekitar 3-4 menit," ujarnya.



Penjelasan BMKG Terkait Fenomena Hujan Es di Cawang



Fenomena hujan es terjadi di Cawang, Jakarta Timur. BMKG mengatakan hujan es merupakan fenomena cuaca alami yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrem.







Noval menyebut hujan es itu terdengar cukup keras dari dalam ruangan. Menurutnya, hujan es ini juga terjadi di Tebet, Jaksel.


Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko menjelaskan hujan es disebabkan oleh adanya awan cumulonimbus (Cb). Dia menyebut ada tiga partikel di dalam awan tersebut, yakni butir air, butir air super dingin, dan partikel es.


“Sehingga hujan lebat yang masih berupa partikel padat berupa es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan cumulonimbus (Cb) tersebut,” kata Hary saat dihubungi, pada hari Sabtu, 17/12/2022.


Hary mengatakan awan cumulonimbus (Cb) itu berbentuk berlapis-lapis bak bunga kol. Awan cumulonimbus, lanjut Hary, dapat terbentuk dari dua proses, yakni strong updraft dan downdraft, dan lower freezing level.







Pertama, awan Cb dapat terbentuk karena proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat alias strong updraft dan downdraft. Strong updraft diketahui dapat membawa uap air naik hingga suhu udara menjadi sangat dingin dan uap air membeku menjadi partikel es.


“Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar. Ketika butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan es,” terang Hary.


Kedua, awan Cb juga dapat terbentuk karena adanya lapisan tingkat pembekuan atau freezing level yang lebih rendah dari ketinggian normalnya. Freezing level ini merupakan lapisan pada ketinggian tertentu di permukaan bumi yang suhu udaranya bernilai nol derajat celcius.


“Pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan atau freezing level mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya. Hal inilah menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna,” jelas Hary.








“Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es. Di Indonesia umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km di atas permukaan laut,” sambungnya.


Hary mengatakan hujan es bersifat sangat lokal dan biasanya berlangsung kurang dari 10 menit dengan luasan wilayah 5 hingga 10 kilometer. Hujan es ini diketahui lebih sering terjadi pada musim peralihan atau pancaroba dan sering terjadi antara siang dan sore hari.


Hary menuturkan bahwa hujan es hanya bisa diprediksi 30 menit hingga satu jam sebelum kejadian. Dia menyebut hujan es ini kecil kemungkinannya untuk kembali terjadi di tempat sama dalam waktu yang singkat.


“Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 30 menit hingga satu jam sebelum kejadian. Jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen,” jelasnya.


Sebelumnya diberitakan, fenomena hujan es terjadi di sekitar Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur. Akibatnya, sejumlah pemotor yang sedang melintas langsung menepi untuk menghindari hujan es tersebut.


No comments: