Wednesday 25 January 2023

Viral Petani Buang Tomat Karena Dihargai Murah Rp.600 Per Kg

Viral Petani Buang Tomat Karena Dihargai Murah Rp.600 Per Kg

Viral Petani Buang Tomat Karena Dihargai Murah Rp.600 Per Kg










Viral video di medsos video yang memperlihatkan dua petani membuang dua kotak kayu berisi tomat ke jurang. Dalam caption video, disebutkan bahwa petani kesal lantaran harga jual tomat anjlok.







Video yang berdurasi 11 detik tersebar di sejumlah media sosial, terlihat dua petani menurunkan dua kotak kayu berisi tomat dari mobil pikap.


Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin menyesalkan adanya video viral yang memperlihatkan sikap frustasi beberapa petani tomat akibat hasil panennya dihargai murah oleh pembeli.


Meski demikian, mantan ketua HIPMI Bengkulu itu menilai sikap petani tersebut merupakan bentuk protes terhadap kealpaan negara dalam tata niaga komoditas hortikultura di daerah. Artinya masih terdapat kekosongan mata rantai pasok produk hortikultura yang terintegrasi secara langsung.


"Peristiwa ini tentu sangat ironis jika melihat tingginya tingkat konsumsi bahan pelengkap makanan yang bersumber dari produk hortikultura. Padahal Masyarakat kita sangat doyan sambal dan saos tomat juga produk olahan tomat lainnya", ujar Sultan melalui keterangan resminya pada hari Rabu, 25/01/2023.







Menurutnya, kehadiran industri pengolahan dengan skala kecil di tengah industri hortikultura adalah mutlak adanya. Hal ini dibutuhkan mengingat karakter produk hortikultura yang mudah rusak dan sering terjadi over supplai.


"Pemerintah diharapkan mampu melihat potensi produksi hortikultura di daerah dengan memberdayakan masyarakat setempat sebagai pelaku industri pengolahan hasil pertanian. Kasus Tomat ini adalah contoh betapa sistem pengembangan hortikultura kita masih jauh dari standar industri yang terintegrasi di sektor hilir pertanian", tegasnya.


Kami mengapresiasi paradigma pengembangan potensi komoditas dengan pendekatan Hilirisasi selama ini. Tapi Paradigma hilirisasi pemerintah jangan hanya direalisasikan pada sektor tertentu saja.


"Sektor strategis yang menghasilkan produk pangan dan hortikultura juga membutuhkan sentuhan teknologi pengolahan yang memadai. Sehingga hasil panen petani dapat diolah langsung di area pertanian sebelum dipasarkan dengan nilai tambah yang optimal ke kota-kota", tutupnya.







Sebagai informasi, sejumlah petani di Pekon (Desa) Hanakau, Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, membuang ratusan kilogram buah tomat hasil panen ke jurang. Hal ini terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial.


Dalam video tersebut terlihat dua orang petani membuang satu peti tomat ke jurang. Selain itu, terlihat juga sejumlah peti berisi tomat matang lainnya yang berada di mobil pick up. "Tomat murah enggak laku, lebih mahal kotaknya daripada buah tomat," ujar salah seorang petani yang ada dalam video tersebut.


Dalam caption video tertulis bahwa petani kesal lantaran harga jual tomat jatuh. Kemudian diketahui petani tersebut berasal dari Desa Pekon Hanakau, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat. Pudin, salah satu petani, menjelaskan penyebab kejadian buang-buang tomat itu.


"Pasarannya lagi sepi, peminatnya kurang, sedangkan yang panen banyak, sekarang harga hanya Rp 800, nggak ketutupan sama modalnya," kata Pudin dikutip dari Antara pada Rabu, 25 Januari 2023.








Menurut Pudin, bulan lalu harga tomat masih berkisar Rp 4.000 per kilogram. Namun saat ini harganya anjlok di kisaran Rp 600 hingga Rp 800 per kilogram.


Turunnya harga tomat lantaran petani sedang mengalami masa panen. Ia menuturkan dalam sekali panen petani bisa menghasilkan 400 hingga 500 kotak tergantung luas lahan tanam.



No comments: