Saturday 18 March 2023

InsyaAllah NU dan Muhammadiyah Ramadhan Tahun Ini Tak Berbeda

InsyaAllah NU dan Muhammadiyah Ramadhan Tahun Ini Tak Berbeda

InsyaAllah NU dan Muhammadiyah Ramadhan Tahun Ini Tak Berbeda




Tim rukyatul hilal PC NU melakukan pemantauan "rukyatul hilal" di Balai Rukyat Bukit Condrodipo, Gresik, Jawa Timur, Kamis (14/6). Berdasarkan sidang isbat yang digelar di Kantor Kementerian Agama, Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1439 Hijriah jatuh pada Jumat, 15 Juni 2018. - ANTARA/Zabur Karuru






Alhamdulillah Ramadhan 1444 Hijriah sebentar lagi tiba. Tak ada salahnya mempersiapkan diri sejak sekarang. Misalnya mengetahui jadwal imsakiyah dan buka puasa Ramadhan 2023 di seluruh daerah Indonesia.







Hari puasa pertama Ramadhan 1444 Hijriah diperkirakan jatuh pada 23 Maret 2023. Prediksi tersebut sesuai dengan perhitungan dari penanggalan Kelender Islam Global. Akan tetapi, ketetapan awal Bulan Ramadhan biasanya akan dipastikan setelah Kementerian Agama Menggelar Sidang Isbat.


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan awal puasa atau 1 Ramadhan 1444 Hijriah serentak.


Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan, posisi Bulan baru atau ijtimak akan terjadi pada hari Rabu, 22/3/2023, pukul 00.23 WIB.


Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menjelaskan kesamaan itu bisa terjadi apabila saat maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru MABIMS, dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4] (wilayah arsir hijau pada gambar atas) dan sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal [WH] (antara arsir putih pada gambar bawah). "Jadi seragam versi [3-6,4] dan [WH] bahwa 1 Ramadhan 1444 pada 23 Maret 2023," kata Thomas seperti dilansir situs resmi BRIN. MABIMS adalah singkatan dari Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.


Menurut Thomas, pada hari Selasa, 21/03/2023, posisi Bulan di Indonesia masih di bawah ufuk dan belum terjadi ijtimak. Ijtimak atau bulan baru sendiri baru terjadi pada hari Rabu, 22/3/2023, pukul 00.23 WIB. Garis tanggal wujudul hilal terjadi di Samudera Atlantik pada 21 Maret, jadi pada saat maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia telah memenuhi kriteria wujudul hilal yang dipedomani Muhammadiyah.


Oleh karenanya, lanjut Thomas, Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadhan 1444 jatuh 23 Maret 2023. Muhammadiyah sendiri dalam siaran persnya menyebut pada Selasa (21/3/2023), ijtimak jelang Ramadhan 1444 H belum terjadi. Ijtimak baru terjadi esok harinya, yakni pada Rabu (22/3/2023) pukul 00.25 WIB.


Tinggi bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta pada waktu tersebut menunjukkan hilal sudah wujud. Begitu juga di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam, bulan sudah berada di atas ufuk.







Dengan demikian, hal ini telah memenuhi kriteria wujudul hilal yang menjadi pedoman Muhammadiyah.


Diprediksi pada hari Selasa, 21/03/2023, posisi Bulan di Indonesia belum terjadi ijtimak atau masih di bawah ufuk.


Sebelumnya, Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh 23 Maret.


Sementara Hari Raya Idul Fitri 1444 H atau 1 Syawal jatuh pada Jumat, 21 April 2023.


Ini sesuai dengan surat edarah yang diputuskan Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah.


Surat edaran ditandatangani oleh Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tarjdid PP Muhammadiyah, Oman Faturohman beserta Sekretarisnya, Mohammad Mas'udi.


"Umur bulan Syakban 1444 H 30 hari dan tanggal 1 Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon 23 Maret 2023 M," tulis edaran, pada hari Selasa, 31/01/2023.


PP Muhammadiyah juga menetapkan awal Zulhijah 1444 H.


1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023 M.


Kemudian, Hari Arafah (9 Zulhijah) jatuh pada 27 Juni 2023 dan Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijah) jatuh pada 28 Juni 2023 mendatang.








Warga Muhammadiyah pun bisa memulai awal puasa pada Kamis 23 Maret 2023 dan menjalani salat Tarawih perdana pada Rabu 22 Maret 2023.



Hari Raya Idul Fitri



Selama ini perbedaan terkait penentuan awal Ramadan dan Hari Raya masih sering diperdebatkan hingga saat ini. Perbedaan muncul bukan dikarenakan metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan) tetapi karena perbedaan kriteria. Kriteria Wujudul Hilal digunakan Muhammadiyah sedangkan kriteria Imkan Rukyat (visibilitas hilal) digunakan oleh NU dan beberapa ormas lain.


"Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama," ujar Thomas. Menurutnya, rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. "Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria. Sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," ungkapnya.


Di sisi lain, Thomas menyebut ada kemungkinan kesamaan awal Ramadan, namun juga adanya potensi perbedaan terkait Idul Fitri 1444. Hal ini disebabkan karena pada saat maghrib 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4].


Namun sudah memenuhi kriteria wujudul hilal [WH] yang ditunjukkan pada antara arsir putih dan arsip merah pada gambar bawah. Jadi ada potensi perbedaan: Versi [3-6,4] 1 Syawal 1444 pada 22 April 2023, tetapi versi [WH] 1 Syawal 1444 pada 21 April 2023.


Thomas menjelaskan sebab utama terjadinya perbedaan penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang karena belum disepakatinya kriteria awal bulan hijriyah. Prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender hijriyah, harus ada otoritas tunggal. Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggalnya yang dapat diikuti bersama.


Sedangkan kondisi saat ini, otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat nasional atau regional. Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum (wilayatul hukmi) sesuai batas kedaulatan negara. "Kriteria diupayakan untuk disepakati Bersama," ujar Thomas Djamaluddin.




















No comments: