Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan jika Gunung Merapi tidak akan meletus seperti tahun 2010 meski telah mengeluarkan awan panas seperti yang terjadi pada hari Sabtu siang, 11/03/2023. Sultan enegaskan, bahwa erupsi Gunung Merapi yang terjadi biasanya untuk menutup lubang-lubang tanah yang dirusak akibat penambangan.
Menurut Sultan, jika lubang-lubang tanah yang rusak akibat tambang tersebut sudah tertutup kembali maka erupsi akan berhenti.
"Merapi itu ya erupsi begitu saja enggak akan meletus seperti dulu yang penting ngebaki (memenuhi) sik (yang) dirusak karena ditambang gitu saja," ujar HB X, pada hari Sabtu, 11/03/2023.
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini menambahkan untuk menutup kembali lubang-lubang tanah yang rusak akibat penambangan memang perlu waktu lama. Karena lubang tanah tersebut tidak hanya di atas namun juga ada lubang tanah di bagian bawah.
Sultan menandaskan pihaknya sebenarnya sudah menutup tambang-tambang yang ada dan tidak boleh ada penambangan lagi. Seharusnya sudah tidak ada warga lagi yang melakukan aktivitas penambangan. Terlebih untuk wilayah penambangan yang sudah ditutup kini sudah diratakan.
Agar warga tak kembali menambang di Merapi, Sultan berencana mengubah kawasan tambang menjadi kawasan pertanian dan peternakan.
"Ada yang bikin keju ada yang ditanami kopi kan gitu, supaya mereka punya pendapatan dari produk di sektor pertanian supaya tidak nambang lagi," jelas Sultan.
"Kita ratakan ada yang ditanami rumput, pohon kopi. Totalnya ada 500.000 tanaman supaya mereka memiliki pendapatan di sektor pertanian sehingga tidak menambang lagi,"ujarnya.
Sultan mengatakan sekalipun luncuran Sabtu siang mencapai 4 km namun hanya sampai atas saja dan tidak akan meletus. Karena sekarang ini kondisi Gunung Merapi sudah berbeda dengan sebelumnya.
Apalagi sekarang sudah 10 tahun lebih Gunung Merapi sehingga wajar kalau erupsi. Karena biasanya periodesasi Gunung Merapi erupsi adalah 4 tahun sekali. "Ya kalau memang harus keluar ya nyembure karena yang ditambang di sekitar itu,"kata Sultan.
Saat Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus siang tadi, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas.
Sejumlah titik di Jawa Tengah diguyur hujan abu. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan ada luncuran awan panas ke arah Kali Bebeng atau Krasak.
"Terjadi awan panas guguran di Merapi tanggal 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB," tulis BPPTKG, hari Sabtu, 11/03/2023.
Luncuran awan panas itu disebut mengarah ke Kali Bebeng atau Krasak. Hujan abu mengguyur wilayah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Boyolali Diguyur Hujan Abu Pantauan detikJateng, erupsi Gunung Merapi itu terlihat jelas dari wilayah Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Pada pukul 12.17 WIB, kepulan asap tebal tampak membubung dari puncak Merapi.
"Betul, itu APG (awan panas guguran). Ke barat daya," kata petugas Pos Pemantauan Gunung Merapi, Tri Mujiyanto.
Luncuran awan panas guguran dari Gunung Merapi itu menyedot perhatian warga. Warga pun mengabadikan fenomena tersebut menggunakan kamera ponselnya.
Sementara itu, sejumlah desa di Kecamatan Selo, Boyolali, saat ini diguyur hujan abu. Hujan abu itu di antaranya melanda wilayah Desa Tlogolele, Jrakah, dan Klakah.
"Sudah hujan abu ini, di wilayah Stabelan relatif tipis. Yang lumayan deras di wilayah bawah," kata Kadus Stabelan, Desa Tlogolele, Maryanto, kepada detikJateng.
"Sampai saat ini masih terjadi hujan abu. Sudah merata, untuk wilayah Klakah semuanya rata (hujan abu) karena angin mengarah ke barat laut. Langit yang semula kelihatan (cerah) sekarang sudah nggak kelihatan," kata Kades Klakah, Marwoto, kepada detikJateng, pada pukul 12.54 WIB.
Pantauan detikJateng pukul 13.15 WB, erupsi Gunung Merapi masih terjadi. Kepulasan asap masih terlihat membubung tinggi dan bahkan tampak lebih besar dari satu jam sebelumnya.
No comments:
Post a Comment