Minggu ini, para siswa memmasuki masa libur panjang sekolah. Mereka akan libur beberapa minggu sebelum masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak-anak akan mengisi waktu libur untuk mencari sekolah yang baru atau hanya menunggu dimulainya tahun ajaran baru.
Saat memasuki masa liburan, baik anak yang mencari sekolah baru ataupun anak yang menunggu tahun ajaran baru, sama–sama memiliki potensi untuk mengalami gangguan psikologis.
Gangguan psikologis pada individu yang terjadi saat memasuki masa liburan sekolah disebut dengan istilah “holiday blues”.
Kompas.com pada artikel tanggal 30 April 2023, pernah mengangkat fenomena “post-holiday blues”; tetapi “holiday blues” berbeda dari “post-holiday blues”.
Jika “post-holiday blues” adalah gangguan psikologi karena libur berakhir, sedangkan “holiday blues” adalah gangguan psikologi karena libur tiba.
Mengutip dari NAMI (The National Alliance on Mental Illness), University of Maryland (2018) mendefinsikan “holiday blues” sebagai perasaan cemas sementara atau depresi yang dialami selama periode liburan.
Hal ini terkait dengan kenangan akan sesuatu yang terjadi sebelum liburan, harapan yang tidak realistik selama liburan, dan stres. Rasa sedih selama periode libur hanya kondisi sementara, saat libur usai kondisi semacam ini akan kembali membaik.
Secara sederhana “holiday blues” dalam bahasa Indonesia berarti rasa sedih yang terjadi selama periode libur.
“Holiday blues” layaknya seperti kombinasi dari rasa sedih, stres, cemas, dan kesepian yang timbul selama liburan sekolah. Anak atau siswa yang mengalami ini akan merasa tidak nyaman, tidak bahagia, dan tidak senang saat melewati masa libur sekolah.
Pemicu kesedihan usai liburan pasca-liburan dapat bervariasi dari orang ke orang, menurut co-director Johns Hopkins Anxiety Disorders Clinic Paul Nestadt, MD Beberapa orang mungkin bermasalah dengan liburan itu sendiri seperti harapan yang terlampau besar dan beban keuangan.
Orang-orang selama liburan mungkin menerima dorongan dopamin dan serotonin, dua hormon perasaan senang, setelah menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Tapi, liburan berakhir, suasana hati juga ikut meningkat.
Akhir musim liburan yang tiba-tiba juga bisa terasa membingungkan, dan bisa memicu perasaan sedih setelah liburan.
"Ada kelelahan perjalanan, atau salah satu aspek dari gangguan kenormalan yang dibawa oleh liburan. Ini semua bisa sulit untuk diatasi," kata Nestadt.
Lalu kapan masalah ini bisa jadi sesuatu yang lebih serius? Gejala-gejala kesedihan usai liburan termasuk kesedihan, kurangnya motivasi, gangguan tidur, atau lekas marah bisa mirip dengan depresi klinis, menurut Torres-Mackie. Jadi, menurut dia, penting untuk melacak berapa lama seseorang merasakan hal ini setelah liburan.
Jika perasaan sedih setelah liburan mulai memengaruhi fungsi harian seperti seperti membuat dia sulit bangun dari tempat tidur, pergi bekerja atau sekolah, meninggalkan rumah, menghabiskan waktu bersama orang lain, atau menyelesaikan tugas-tugas kecil, mungkin ada baiknya dia berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.
No comments:
Post a Comment