ASEAN Ministerial Meeting (AMM) atau Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN dijadwalkan berlangsung pada 11-14 Juli 2023 di Hotel Shangri La, Jakarta. Sebelum agenda tersebut, para pejabat senior negara-negara yang terlibat telah melakukan pertemuan di bawah kepemimpinan Indonesia, yang membahas berbagai isu untuk nantinya dibawa ke pertemuan tingkat menlu.
Pertemuan pejabat senior Kementerian Luar Negeri di ASEAN PERTEMUAN Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56 dan Mitra Wicara ASEAN atau 56th ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference (AMM-PMC) akan dimulai besok 11 Juli, hingga 14 Juli 2023.
“Pertemuan Pejabat Senior ASEAN telah diselenggarakan hari ini di Hotel Shangri-la, Jakarta, mendahului rangkaian AMM-PMC,” ujar Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Sidharto R. Suryodipuro, selaku ASEAN Senior Officials’ Meeting (SOM) Leader Indonesia dan memimpin berjalannya pertemuan dimaksud.
Para pejabat senior dari kesepuluh negara ASEAN dan Timor Leste hadir membahas program prioritas Keketuaan Indonesia di ASEAN, penguatan kerja sama dengan mitra eksternal ASEAN, serta persiapan rangkaian Pertemuan Menlu ASEAN ke-56.
Telah dibahas juga sejumlah prioritas Keketuaan Indonesia diantaranya penguatan kapasitas dan institusi ASEAN serta implementasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP).
Pertemuan Pejabat Senior ASEAN kemudian dilanjutkan dengan pertemuan Komite Eksekutif Komisi Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone-SEANWFZ) yang menegaskan pentingnya kerja sama regional dalam menjaga kawasan bebas senjata nuklir serta memperkuat keamanan regional.
Hasil dari kedua pertemuan ini akan dibahas lebih lanjut pada tingkat menteri luar negeri ASEAN esok hari.
Para Menlu ASEAN dan negara-negara mitra wicara akan mulai membahas sejumlah isu dalam rangka mendorong kawasan ASEAN yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan serta kerja samanya dengan pihak-pihak di luar kawasan.
Dengan tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, Indonesia mendorong pentingnya sentralitas ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan global dan meningkatkan kerja sama antarnegara anggota di bidang ekonomi, keamanan dan pembangunan.
Rangkaian AMM-PMC akan diikuti oleh 29 negara, bersama Sekretariat ASEAN and Uni Eropa, serta dihadiri oleh lebih dari 1.100 anggota delegasi.
PRESS BRIEFING MENLU RI PERSIAPAN PERTEMUAN KE-56 AMM/PMC 7 JULI 2023
Bismillahirrahmanirrahim.
Rekan-rekan media yang saya hormati,
Pada hari ini, saya ingin sampaikan beberapa informasi terkait persiapan penyelenggaraan AMM/PMC minggu depan dan juga mengenai Myanmar.
AMM/PMC
Saya mulai dengan isu pertama persiapan AMM/PMC.
Rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference (AMM/PMC) akan dilakukan di Jakarta, 11-14 Juli 2023.
Akan diikuti oleh 29 negara, plus ASEAN Secretariat, plus Uni Eropa.
Tingkat kehadiran pada tingkat Menlu sangat tinggi, regardless beberapa hari sebelum pertemuan, akan berlangsung pertemuan tingkat Menteri NATO di Vilnius.
Hingga hari ini sudah terdaftar 1.165 delegasi dan 493 wartawan yang akan hadir di rangkaian AMM/PMC.
Di dalam 4 hari pertemuan, terdapat 18 Pertemuan, yaitu:
- SEANWFZ
- AICHR
- 56th AMM dalam bentuk plenary
- 56th AMM dalam bentuk Retreat
- PMC dengan India
- New Zealand
- Rusia
- Australia
- China
- Jepang
- Korea
- Uni Eropa
- UK
- Kanada
- AS;
- ASEAN Plus Three (APT)
- EAS; dan
- ARF
Disamping itu, juga terdapat beberapa pertemuan Trilateral, antara lain:
- Chair ASEAN + ASEAN Secretariat + Norway;
- Chair ASEAN + ASEAN Secretariat + Turkiye.
Rekan-rekan,
Selain memimpin berbagai pertemuan AMM/PMC, saya juga akan lakukan sejumlah pertemuan bilateral.
Sejauh ini, terindikasi 13 pertemuan bilateral.
Namun, tentunya angka ini masih akan terus bergerak, disesuaikan dengan dinamika di lapangan dan alokasi waktu.
Mendahului pertemuan AMM/PMC, Pertemuan tingkat teknis, SOM dan CPR, sudah akan mulai besok, tanggal 8 Juli 2023.
Dari pertemuan-pertemuan tersebut, terdapat 12 outcome documents yang akan dihasilkan.
Negosiasi masih terus berjalan sampai saat ini dan tentunya masih akan terus berlanjut sampai pertemuan berlangsung, termasuk Joint Communique para Menlu ASEAN yang merefleksikan berbagai perkembangan kerja sama ASEAN selama setahun, prioritas kerja sama ke depan, dan isu-isu kawasan serta global yang menjadi perhatian ASEAN.
Rekan-rekan media yth,
Situasi dunia saat ini masih dipenuhi rivalitas yang tinggi.
Perang di Ukraina, masih terjadi sampai saat ini.
Situasi ini sangat berdampak bagi upaya pemulihan ekonomi pasca- pandemi Covid-19
Situasi ini juga berdampak pada suasana pembahasan di semua forum multilateral dan internasional.
Di dalam situasi seperti ini, maka menjadi semakin penting bagi ASEAN untuk memperkuat soliditas dan kesatuannya agar dapat terus memainkan sentralitas.
Dan dengan sentralitas ini, maka ASEAN akan dapat memainkan peran untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Di saat yang sama, ASEAN juga masih menghadapi masalah Myanmar.
Krisis politik yang dipicu oleh kudeta militer telah berlangsung lebih dari 2 tahun.
Selama pendekatan yang diambil oleh para pihak adalah pendekatan zero sum, maka perdamaian yang durable tidak akan terjadi.
Selama spirit perdamaian tidak dimiliki oleh para pihak, maka perdamaian yang durable tidak akan terjadi.
AMM/PMC merupakan salah satu mekanisme ASEAN yang memiliki peran penting sebagai convening power, dimana culture of communication, culture of dialogue, terus berusaha dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB, Piagam ASEAN dan Hukum Internasional.
Dalam kaitan ini dan untuk menjaga stabilitas, perdamaian dan ketahanan ekonomi kawasan, beberapa hal yang akan dikedepankan dalam pertemuan AMM/PMC kali ini antara lain:
Pertama, memperkuat penegakan prinsip-prinsip di ASEAN Charter dan berbagai tata perilaku seperti TAC, SEANWFZ, maupun AOIP guna terciptanya perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran kawasan.
Kedua, terus memperkuat Confidence Building Measures/CBM sambil mulai memperkuat preventive diplomacy.
Dalam kaitan ini, saya akan mendorong agar mekanisme China, Japan, Korea dapat direvitalisasi kembali. Mekanisme ini sangat penting bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan.
Ketiga, mendorong Nuclear Weapon States (NWS) untuk aksesi Protokol Traktat SEANWFZ
Keempat, menyelesaikan Guidelines untuk mempercepat penyelesaian negosiasi Code of Conducts di Laut Cina Selatan.
Kelima, menyelesaikan pembentukan ASEAN Maritime Outlook.
Rekan-rekan,
Outlook ini akan menjadi dokumen yang sangat strategis untuk memperkuat sinergi dan menghindari duplikasi kerjasama maritime, yang selama ini dilakukan oleh 12 badan sektoral ASEAN dan dan sebagai rujukan negara mitra dalam kerja sama maritim dengan ASEAN.
Keenam, membahas kerja sama konkret dalam rangka memperkuat ketahanan pangan, arsitektur kesehatan kawasan, penguatan kerja sama maritim dan transisi energi termasuk ekosistem kendaraan listrik.
Hasil pembahasan dari berbagai isu ini akan disampaikan ke KTT ke-43 bulan September mendatang.
Ketujuh, untuk pertama kalinya implementasi ASEAN Outlook on the Indo Pacific diarusutamakan dalam pembicaraan dengan negara mitra, dengan fokus pada pembahasan kerjasama konkret.
Dan sebagaimana teman-teman ketahui, prinsip utama dalam AOIP adalah inklusifitas dan membangun kerja sama konkret.
Oleh karena itu, ASEAN siap melakukan kerja sama dengan mitra manapun dalam rangka implementasi AOIP dan ini tercermin dalam berbagai dokumen ASEAN dengan mitra baik di tingkat politis maupun tingkat teknis seperti pembuatan kerja sama yang konkret.
Dalam konteks inilah, pada bulan September nanti akan dilakukan ASEAN-Indo Pacific Infrastructure Forum dalam mengimplementasikan AOIP.
Kedelapan, untuk pertama kalinya juga ASEAN meng-engage IORA dan PIF sebagai bagian dari pelaksanaan AOIP untuk menjaga stabilitas dan perdamaian Kawasan.
Engagement dengan IORA dan PIF akan dilakukan pada KTT September nanti.
Roadmap MoU kerja sama sekretariat antara ASEAN sekretariat dengan PIF sekretariat dan terus dimatangkan.
Rekan-rekan,
Sebagai tuan rumah dan Ketua ASEAN, Indonesia akan berusaha maksimal agar dialog dan pembahasan selama berlangsungnya AMM/PMC berlangsung konstruktif.
Indonesia siap menjembatani semua perbedaan yang muncul dan kita siap mencoba agar pembahasan dapat menghasilkan kerjasama konkret yang akan dapat dibawa ke KTT ke-43 bulan September nanti.
Tentunya, dukungan negara anggota ASEAN dan negara mitra ASEAN sangat diharapkan.
MYANMAR
Rekan-rekan media yang saya hormati,
Mengenai Myanmar, saya ingin menyampaikan update langkah-langkah yang telah dilakukan Indonesia sebagai ketua ASEAN dalam menangani isu Myanmar.
Beberapa prinsip yang dijalankan Indonesia yaitu:
Menjadikan 5PC, 5-Points Consensus sebagai rujukan utama;
Menjadikan keputusan para pemimpin ASEAN sebagai dasar bertindak;
Menjaga nilai-nilai dan prinsip-prinsip Piagam ASEAN;
dan siap untuk menjembatani perbedaan.
Tiga hal utama yang ingin saya sampaikan:
Pertama, mengenai engagement.
Rekan-rekan,
Engagements dengan semua pihak adalah kunci dalam mengimplementasikan 5PC.
Dalam waktu hampir 7 bulan, Indonesia telah melakukan engagements yang sangat intensif dan secara inklusif saya ulangi sangat intensif dan secara inklusif.
110 engagements telah dilakukan, baik berupa pertemuan in person, virtual, maupun melalui percakapan per telepon, termasuk engagements saya secara in person baik dengan Menlu NUG maupun Menlu SAC dalam beberapa kali .
Dan engagement kantor special envoy baik dengan Ethnic Resistance Organizations (EROs), wakil-wakil partai politik, dan CSO serta pihak- pihak lain di Myanmar.
Engagements yang intensif dan inklusif penting untuk dilakukan dan menjadi kunci untuk:
- Membangun trust;
- Mendengarkan posisi masing-masing pihak;
- Mencoba membangun jembatan untuk mempersempit perbedaan;
- Mendorong de-eskalasi kekerasan dan renouncing the use of force;
- Mendorong dialog inklusif;
- Dan mengajak semua pihak untuk membantu dan mendukung pemberian bantuan kemanusian dengan prinsip no-one left behind;
Engagements bukan merupakan tujuan namun merupakan alat untuk mencapai tujuan yaitu dialog inklusif untuk mencapai perdamaian yang durable.
Oleh karena itu engagements ini merupakan building block yang pertama.
Saat ini, sudah waktunya building block kedua mulai dibangun yaitu mendorong dialog di antara para pihak menuju dialog inklusif nasional.
Oleh karena itu, dalam pertemuan saya, baik dengan Menlu NUG dan Menlu SAC, saya telah sampaikan pentingnya dialog inklusif.
Jika para pihak menginginkan perdamaian yang durable di Myanmar.
Semua pihak luar harus mendorong dilakukannya dialog inklusif di Myanmar.
Masih terkait dengan engagements, selain dengan para pihak di Myanmar, Indonesia juga melakukan engagements dengan negara- negara tetangga Myanmar, dan key players lainnya.
Dengan pesan utama agar mereka mendukung implementasi 5 Points Consensus.
Kedua, mengenai bantuan kemanusiaan.
Jadi yang pertama mengenai engagement, kedua mengenai bantuan kemanusiaan.
Terdapat langkah maju untuk bantuan kemanusiaan. Akses kepada stakeholders diberikan kepada AHA Centre. AHA Centre telah berhasil selesaikan Joint Needs Assessment. AHA Centre sudah melakukan delivery tahap awal pada Mei 2023.
Saat ini AHA Centre sedang mempersiapkan penyaluran bantuan kepada 400 rumah tangga atau sekitar 1.450 orang IDPs (internally displaced persons).
Wilayah Sagaing dan Magway akan jadi salah satu prioritas selanjutnya.
Selain itu, AHA Centre juga telah bertindak cepat membantu korban Mokha Cyclon senilai USD 1.6juta.
Secara bilateral Indonesia telah menyampaikan bantuannya pada 26 Juni 2023 sebanyak 45 ton dengan nilai lebih dari USD0,5 juta berupa makanan siap saji, terpal, tenda, peralatan pertukangan, generator, selimut, serta air minum yang diperlukan para korban siklon Mocha, khususnya di wilayah Rakhine State, Myanmar.
Dalam berbagai komunikasi, Indonesia juga mendengar adanya informasi adanya kebutuhan vaksin terutama untuk anak-anak.
Indonesia tengah meminta data mengenai kebutuhan vaksin dan siap untuk berkontribusi.
Semua pihak harus berkomitmen untuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan dengan prinsip no one left behind dan tidak mempolitisir bantuan kemanusiaan.
Kepentingan masyarakat harus menjadi prioritas semua pihak.
Ketiga, mengenai tindakan kekerasan.
ASEAN masih sangat prihatin dengan masih meningkatnya penggunaan kekerasan di Myanmar yang mengakibatkan korban sipil dan hancurnya fasilitas umum.
Hal ini harus segera, saya ulangi, harus segera dihentikan.
Di semua engagements yang dilakukan Indonesia dengan semua pihak di Myanmar, dorongan untuk menghentikan tindakan kekerasan ini terus disampaikan dan menjadi prioritas.
Tanpa penghentian kekerasan, tidak akan ada situasi kondusif.
Tanpa situasi kondusif, maka tidak mungkin dapat dilakukan dialog yang inklusif dialog yang inklusif, maka tidak akan ada penyelesaian damai yang diterima semua pihak dan tidak akan ada perdamaian yang durable di Myanmar.
Rekans,
Saya ingin ulangi bahwa sebuah konflik hanya dapat diselesaikan jika para pihak memiliki semangat dan komitmen sungguh-sungguh untuk mewujudkan perdamaian.
Perdamaian yang durable tidak akan dapat dicapai jika pendekatan yang diambil adalah zero-sum.
Mari kita terus dorong semangat dialog dan damai para pihak di Myanmar.
Isu mengenai Myanmar ini tentunya akan dibahas kembali dalam pertemuan Retreat para Menlu ASEAN.
Rekan-rekan yang saya hormati,
Sebagai penutup, AMM/PMC adalah bagian penting dari mekanisme ASEAN untuk menjadikan ASEAN matters dan menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth.
Demikian beberapa update persiapan Pertemuan AMM/PMC mendatang yang dapat saya sampaikan per hari ini.
Demikian teman-teman, terima kasih
No comments:
Post a Comment