Hasil pemilu 2024 versi Quick Count sudah hampir 100% yang nantinya hasil ini tidak akan berbeda jauh dari hasil Real Count. Perbedaan jauh hasil perolehan suara pilpres dengan partai politik disimpulkan sebagai anomali yang disampaikan lembaga survey Indopol yang kemudian ditanggapi oleh Indo Barometer.
Anomali menurut mereka 'undecided voter', saat itu Indopol mendeskripsikan pemilih yang menyembunyikan pilihannya saat mereka melakukan survey di bulan Januari.
Kemudian ditanggapi oleh Indo barometer M Qodari klaim adanya anomali dalam survei capres-cawapres yang disampaikan lembaga survei dan konsultan politik Indopol terkait Pemilu 2024. Qodari menyebut persoalan anomali survei yang menunjukkan tingginya 'undecided voters' hanya menggambarkan kegagalan dalam melakukan survei.
Istilah anomali pun jadi trend setelah pencoblosan, berdasarkan perbedaan prosentase suara pilpres dengan suara partai. Terutama parpol PDIP dengan Capres no.03, yang diindikasi adanya pemilih bimbang 'undecided voter', sebagai faktor penyebab partai PDIP berhasil meraih suara tertinggi tidak diikuti oleh suara pasangan Ganjar-Mahfud.
Sebagian bahkan semua lembaga survey menyimpulkan faktor Presiden-ID lebih kuat dibanding Parpol-ID, kedekatan kader terhadap partainya.
Berdasarkan itulah terus disimpulkan hasil pilpres 2024 terjadi ANOMALI, termasuk oleh para elite partai mereka menyimpulkan hasil pemilu terjadi anomali.
Jika ini terus didengungkan sebagai penyebab suara partai berbeda dengan pilpres, maka mereka para elite politik gagal memahami partai politik, gabungan partai, konsolidasi. Karena gambaran data hasil tidak menunjukkan anomali.
Hasil Pemilu 2024 sangat menggambarkan peta kepartaian, tidak terjadi anomali. PDIP meraih suara tertinggi tapi bukan terbanyak, prosentasenya tidak jauh dengan prosentase suara paslon no.03 Ganjar-Mahfud. Jadi pemilih dari kader PDIP sebagian besar juga pemilih Presidennya.
Begitu pula dengan Prabowo, yang unggul namun partainya gerinda diperingkat ketiga versi Quick Count.
Jadi Prosentase pilpres 2024 sangat menggambarkan peta suara gabungan partai (koalisi).
Disini Aha Dua Permata tidak akan membahas lebih detail mengenai perbedaan jomplang prosentase pemilih presiden dan partainya.
Karena banyak faktor yang menyebabkan prosentase suara presiden unggul dan atau kalah, salah satunya masalah konsolidasi, masalah memahami pancasila, karena mengenal Pancasila sama dengan mengenal watak dan budaya bangsa Indonesia sebenarnya.
Aha Dua Permata adalah Golkar sejak Orde Baru (1989) sekalipun tidak masuk dalam partai golkar di luar kepartaian golkar. Tidak etis jika memaparkan lebih detail masalah penyebab suara partai dengan presiden berbeda jauh di tahun 2024 bukan disebabkan Anomali.
No comments:
Post a Comment