Sunday 22 March 2020

Dampak Ekonomi Global Wabah Covid-19

Dampak Ekonomi Global Wabah Covid-19


Di AS dampak Covid-19, mendorong Presiden AS bersama Gugus Tugas Coronavirus AS menggelar konferensi pers di Washington, DC tentang pandemi COVID-19 menggunakan streaming video. Dalam jumpa pers tersebut, dilaporkan Jumlah orang di New York City yang tertular infeksi coronavirus (COVID-19) telah melampaui 5.000, kata Walikota Bill de Blasio..





Pada tanggal 19 Maret, Presiden AS Donald Trump mengajukan Undang-Undang Produksi Pertahanan, yang memberikan wewenang kepada presiden dan lembaga federal untuk memobilisasi sumber daya militer dan medis nasional untuk menampung wabah coronavirus (COVID-19).


Sejauh ini update virus covid-19 dari lembaga Oganisasi Kesehatan Dunia, WHO, melaporkan, bahwa ada lebih dari 270.000 orang telah terinfeksi virus corona di seluruh dunia, dengan lebih dari 11.000 kematian. Sementara AS, menurut Universitas Johns Hopkins, bahwa di AS memiliki lebih dari 18.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 227 kematian dan 147 pemulihan,


Di Indonesia, update Covid-19, pada tanggal 21 Maret 2020 dari CNN, bahwa 450 Positif, 38 Meninggal, 20 Sembuh. Sedangkan kompas memperkirakan sekitar 700000 orang terdampak corona. Penangguhan aktivitas selama 14 hari, ternyata tidak mengurangi resiko terdampak Corona, bahkan mungkin jika dengan dilakukan lockdown. Dan justru dampak yang significant adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi, itu bisa dilihat dari nilai rupiah yang terpuruk ke level Rp. 16.000/ dollar.


Dan dampak ekonomi bukan hanya di Indonesia, tapi sudah berimbas ke ekonomi Global. Lalu siapa yang diuntungkan dalam situasi ini?
George Sorosh kah?


Mengutip apa yang disampaikan Mrs. Lagarde, Head of European Central Bank, Kepala Badan Pusat Sentral Eropa:"pukulan terhadap ekonomi akan menjadi dalam tapi sementara".




Sekalipun mungkin benar, dampak ekonomi Global bersifat sementara, namun dengan penyebaran virus yang sulit dideteksi, adalah hal yang tidak mungkin untuk memodelkan akhir dari pandemi ini, karena perilaku kunci ketidakpatuhan atas instruksi pencegahan ini pun tidak dapat diperhitungkan, seperti disiplin kolektif versus corporisasi egois, waktu tindakan oleh otoritas kesehatan.


Model tindakan yang dilakukan oleh Jepang cukup berhasil, Jepang memberlakukan "blanket testing" atau "pengujian menyeluruh" tanpa melakukan penangguhan aktivitas sementara. Namun untuk Indonesia yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang sangat besar, jika dilakukan hal yang sama akan memakan biaya yang sangat besar.


Kasus yang terjadi di AS Ketika laboratorium swasta dan universitas mengelola tes COVID-19 mereka sendiri untuk membantu orang Amerika unyuk dites virus, banyak yang berhadapan langsung dengan biaya astronomi, bahkan jika itu berarti nilai kehilangan.


Geoff Baird, ketua dewan laboratorium kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Washington - rumah bagi salah satu laboratorium pengujian COVID-19 terbesar di negara bagian pusat epidemi - mengatakan kepada ABC News, labnya. telah menghabiskan sekitar $ 10juta sejak pertama kali memulai pengujian pada 1 Maret.


"Itu akan membuat departemen saya bangkrut dalam sebulan," kata Baird dalam sebuah wawancara dengan ABC News. "Tapi aku tidak punya pilihan; itu yang dibutuhkan."




Kepanikan hanya akan memperburuk situasi, jika memang benar penyembuhan virus corona hanya cukup dengan di karantina selama 14 hari dihitung dari masa optimum inkubasi covid-19. Penghentian aktivitas hanyalah bentuk kepanikan. Mungkin yang sudah dilakukan adalah melarang masuk sementara WNA yang terdampak virus corona cukup luas.


Jika kepanikan ini terus dipertahankan mendorong rush di supermarket yang membuat harga kian melambung yang itu pernah terjadi di Wuhan..


Mudah - mudah doa tersebut bermanfaat.


No comments: