Friday 12 March 2021

Pro Kontra Mahasiswa soal PJJ Usai Vaksinasi Dosen

Pro Kontra Mahasiswa soal PJJ Usai Vaksinasi Dosen

Pro Kontra Mahasiswa soal PJJ Usai Vaksinasi Dosen













Ilustrasi. Sejumlah mahasiswa tetap setuju dengan penerapan PJJ namun ada pula yang menolak meski sudah ada vaksinasi bagi dosen. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)











Beberapa mahasiswa mengungkapkan pandangannya terkait keinginan Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Nadiem Makarim untuk tetap memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di perguruan tinggi meski vaksinasi Covid-19 tenaga pengajar selesai.




Nidya, mahasiswi perguruan tinggi swasta, mendukung rencana Mendikbud. Menurutnya, PJJ lebih baik tetap berlanjut karena khawatir 5M tak lagi diterapkan (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi).


"Bagus kalau masih PJJ karena kalau sudah divaksin takutnya orang-orang jadi malas menerapkan 5M," kata Nidya kepada awak media CNNIndonesia, pada hari Kamis, 11/03/2021.


Baca juga: Anak-anak Inggris kembali ke sekolah setelah dua bulan belajar di rumah


Baca juga: Menteri Kesehatan Arab Saudi: Vaksin COVID-19 akan tersedia di apotek secara gratis.


Sementara beberapa mahasiswi mengaku tak setuju dengan rencana tersebut. Syarrah dan Natasya, mahasiswi perguruan tinggi swasta di Indonesia, berharap bisa segera belajar secara langsung (offline) apabila vaksinasi terutama tenaga pengajar selesai.


"Harusnya setelah vaksin nanti offline tapi tetap pakai masker dan lain-lain gitu," kata Syarrah.


"Mendingan offline soalnya di luar negeri kan juga sudah banyak yang offline. Tapi tetap menerapkan prokes gitu," tutur Natasya.


Aditya Furqon dan Arsa Harta juga tak sepakat dengan rencana tersebut. Menurut mereka, pembelajaran terhadap mahasiswa akan lebih efektif secara offline.


"Menurut saya pengajar yang sudah divaksin berarti sudah mencegah penularan penyakit sehingga lebih baik belajar secara tatap muka saja karena lewat online materi yang disampaikan oleh pengajar dikhawatirkan tidak mudah dicerna mahasiswa," kata Arsa.




"Pembelajaran melalui daring itu tidak efektif yang menghambat pembelajaran bagi mahasiswa dan dapat menimbulkan kecurangan," tutur Aditya.


Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim memastikan pihaknya akan membuka sekolah tingkat PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK setelah vaksinasi Covid-19 tenaga pengajar selesai.


Menurutnya, hanya perguruan tinggi yang masih bisa melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19. Namun, hal itu akan menjadi keputusan rektor perguruan tinggi masing-masing.


"Ujung-ujungnya keputusan rektor untuk melakukan tatap muka. Karena mereka yang paling possible masih bisa melakukan PJJ," kata Nadiem dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR, pada hari Rabu, 10/03/2021.


"Tapi yang PAUD, SD SMP, SMA itu pada saat vaksinasi sudah terjadi kami akan mendorong segera buka walaupun dengan protokol kesehatan," ujarnya.


Nadiem menyebut vaksinasi diprioritaskan untuk guru dengan siswa usia paling muda, yakni PAUD. Menurutnya siswa yang berusia muda lebih sulit melakukan pembelajaran online, serta memiliki imun yang lebih kuat.


Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan mahasiswa belum menjadi sasaran vaksinasi covid-19 tahap kedua yang menyasar lingkup pendidikan, seperti guru, dosen, dan tenaga pendidik.


Saat ini, pemerintah mengalokasikan sebanyak 5.057.582 pendidik yang akan menerima suntikan vaksin virus corona di Indonesia.




Baca juga: Fakta Keterkaitan Tedros Adhanom, Faucy dan Bill Gates mengungkapkan: kesehatan dunia selama bertahun-tahun bergantung pada kepentingan mereka.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


Oleh sebab itu, mahasiswa akan menerima suntikan vaksin bersamaan dengan kelompok masyarakat umum.


Kelompok masyarakat umum ialah mereka yang berusia 18-59 tahun dan berada di daerah dengan risiko penularan virus corona yang tinggi. Kemenkes nantinya membuat pendekatan klaster yang disesuaikan dengan ketersediaan vaksin di Indonesia.

No comments: