Wednesday 3 March 2021

Rapid Tes Antigen - Issue Varian Corona disengaja untuk Pandemi bisa diperpanjang

Rapid Tes Antigen - Issue Varian Corona disengaja untuk Pandemi bisa diperpanjang

Rapid Tes Antigen - Issue Varian Corona disengaja untuk Pandemi bisa diperpanjang
























Ketika WHO meliris gejala virus corona per bulan November 2020 mulai ada pergeseran (tambahan) dari gejala virus corona yang terjadi di China dan di Italia, tambahannya batuk. Ini mengindikasikan ada kesengajaan pergeseran dengan tujuan agar vaksinasi menjadi satu - satu solusi untuk menghentikan pandemi.




Disaat bersamaan mulai digunakan rapid antigent test. Dimana alat ini, sejak tahun 2003 sudah digunakan untuk mendetekti influenza A dan B. Bahkan CDC sendiri mengklaim efektif hanya untuk influenza B, arti hanya efektif untuk mendeteksi flu pada manusia.


Antigen untuk mendeteksi virus influenza yang ada di saluran pernapasan. Jadi bukan hal yang aneh ketika alat ini dipergunakan secara formal dan masal maka akan banyak terdeteksi positif. Apa positif virus corona?


Belum tentu, namun akan tetap dianggap sebagai penyandang positif, sekalipun bukan virus corona. Namun mereka yang positif palsu diklasterkan sebagai positif corona. Ini adalah bentuk kesengajaan oleh WHO - BARAT - Bill Gates - Faucy agar pandemi yang dimaksud dapat diperpanjang, dengan tujuan tercapai ketakutan yang membuat semua mau di vaksin, vaksinasi sebagai satu - satunya solusi yang mengabaikan tingkat kesembuhan.


Baca juga: Fakta Keterkaitan Tedros Adhanom, Faucy dan Bill Gates mengungkapkan: kesehatan dunia selama bertahun-tahun bergantung pada kepentingan mereka.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


Kenyataannya, tiba - tiba saja antigen test diformalkan sebagai alat untuk mendeteksi virus corona. Ajaib. RT PCR juga bahkan sudah seperti diidentikan hanya sebagai alat untuk mendeteksi virus corona, ajaib. Perlu diketahui belum ada satu pun alat yang bisa mengenali gen patogen corona apalagi variannya.


Dalam laporan bulan jurnal virology 20 September 2010 pada penggunaan rapid tes antigen, sensitivitas pengujian dan tingkat deteksi positif menggunakan rapid tes antigen. Faktanya dalam studi yang disebutkan sebelumnya, yang dipresentasikan di ESCV, Flocked Swab meningkatkan batas deteksi semua tes antigen cepat Influenza A dan B dibandingkan dengan penyeka busa dan intensitas garis reaksi dilaporkan lebih baik dan lebih mudah dibaca dengan Copan. Sampel swab. Pada presentasi berbeda di ESCV, Copan Flocked Swab dan open cell foam swab diberi dosis virus Influenza A dan B, ditahan selama 2 jam, kemudian diolah dengan kultur jaringan dan PCR. Dengan sampel Flocked Swab, lebih banyak sel yang terinfeksi dapat dilihat dengan pewarnaan antibodi fluoresen dan deteksi PCR ditingkatkan dengan 5 siklus dibandingkan dengan sampel foam swab....


Kemudian di tahun yang sama, tahun 2010 di Korea Selatan, Studi mengevaluasi akurasi klinis dan sensitivitas analitik kit antigen NanoSign® Influenza A / B dalam mendeteksi virus pandemi influenza A / H1N1 2009. Alat ini adalah salah satu tes diagnostik cepat yang paling populer untuk mendeteksi influenza di Republik Korea.


Jadi sangat terang benderang jika Rusia dan China pernah mengklaim virus corona itu buatan AS. Kenyataannya indikasi ke arah itu sangat nyata. Dimana akhir - akhir ini tekanan AS dan sekutunya kepada Rusia dan China sangat tinggi dengan mengeluarkan sanksi dari masalah yang terlalu absurd dengan dalih HAM.


Hal lain yang menyedihkan, acuan untuk masalah penanganan penghentian penyebaran virus di Indonesia dan negara - negara berkembang lainnya, adalah apa yang dilakukan oleh Barat yang berdasarkan data memiliki rangking jumlah kasus covid-19 5 terbesar di dunia. Ibarat mau sembuh bertanya sama orang yang sedang mengalami sakit di ruang ICU.


Seharusnya Biden sudah jadi Presiden AS sejak kasus Covid-19 diformalkan di bulan Maret 2020. Tentunya ini akan memberikan harapan Bill Gates cs termasuk WHO akan berjalan mulus dengan misi penjualan vaksinnya sebagai produsen virus corona.




Dan Rapid Tes antigen yang direkomendasikan WHO adalah produksi John Hopkins University yang didanai oleh Bill Gates.


Munculnya varian virus corona hanyalah issue yang digembos Inggris kerjasama dengan Anthony Faucy. Yang melatar belakangi dihembuskannya issue ini, Inggris dan semua negara UE juga AS berhadapan dengan warganya lebih banyak yang tidak mau divaksin. Sehingga dengan issue ini tentunya untuk menciptakan ketakutan baru yang itu digiring ke arah satu pilihan yaitu mau di vaksin.


Sampai dengan hari ini kenyataannya mereka tidak dapat menentukan dengan pasti karakteristik virus corona, diatas landasan itu mereka dengan entengnya adanya varian baru virus corona. Artinya ini hanyalah mengada ada yang diadakan untuk kembali bisa diarahkan ke arah tujuan mereka, yaitu penjualan vaksin covid-19.


Upaya mereka tiada henti untuk menggoalkan pencanangan program mereka, bahwa akhir 2020 adalah batas akhir program vaksinasi yang dibuat WHO. Berhadapan dengan Rusia dan China yang mampu memproduksi vaksin anti covid, dimana ini akan mengakibatkan target penjualan vaksin jauh dari expectacy mereka. Maka dana yang sudah dihabiskan untuk produksi harus kembali dari hasil penjualan. Mereka siasati ini dengan dimotori WHO yang mengatakan pandemi corona bisa jadi endemik.


Jadi sebagai konklusi, untuk keluar dari pandemi yang diciptakan oleh barat, solusinya hanya dengan keluar dari berbagai teori, SOP penanganan virus yang dikeluarkan WHO, Barat dan bill gates.

No comments: