Monday 14 March 2022

Tak Sanggup Lagi Hadapi Pandemi Covid-19, Hotel di Bogor Ramai-ramai Jual Diri di Online

Tak Sanggup Lagi Hadapi Pandemi Covid-19, Hotel di Bogor Ramai-ramai Jual Diri di Online

Tak Sanggup Lagi Hadapi Pandemi Covid-19, Hotel di Bogor Ramai-ramai Jual Diri di Online


Illustrasi






Tak sanggup hadapi pandemi covid-19, beberapa hotel di kawasan wisata Puncak, Bogor-Cianjur, Jawa Barat, obral diri di platform e-commerce.







Meski kawasan ini sudah mulai ramai dalam beberapa waktu terakhir, tapi tidak cukup membantu pengelola hotel bertahan. Banyak pemilik hotel yang kini menyerah dan melego asetnya ke pasaran. Hal ini terlihat di sejumlah situs jual beli properti, dimana pemilik rela melepas dengan harga yang lebih murah agar terjual segera. Salah satunya adalah hotel dengan inisial LN yang berada di Jalan Raya Puncak, Cisarua Bogor. Hotel seluas 5.756m2 ini terdiri dari 45 kamar hotel serta 3 ruang rapat. Di dalamnya tersedia fasilitas lapangan tenis, lapangan bulutangkis, tenis meja, taman bermain, kolam renang, danau untuk memancing seluas5.000 m2. “Harga jual cepat Rp47 miliar saja, Lokasinya strategis, 200 meter dari Jl. Raya Puncak, 4 Km ke Taman Safari, dekat Taman Wisata Matahari dan Hotel Grand USSU, serta Cimory Moutain View,” tulis penjual dilansir dari Rumah.com. Jika memiliki budget lebih rendah, pilihan bisa juga mengarah pada hotel A di Cisarua, Bogor. Hotel ini terdiri dari 43 kamar tidur dan 46 kamar mandi, luas tanah 1.964m2 serta luas bangunan 2.488m2. Pemilik melepasnya dengan harga Rp20 miliar. Masih dengan banderol yang sama yakni Rp20 miliar, tersedia juga hotel berinisial TBR yang berlokasi di Cipanas. Luas bangunannya lebih besar yakni 7000m2, sedangkan luas tanah 6020m2. Terdiri dari 100 kamar tidur, dengan legalitas sertifikat hak milik (SHM). Beralih lagi ke Cisarua, Kabupaten Bogor, sebuah hotel di jalan desa tugu utara memiliki 29 kamar dengan ruang meeting. Luas tanah 6.980m2 serta luas bangunan 3500m2 dengan beragam fasilitas, mulai dari swimming pool, Kolam ikan, arena bermain anak, restoran, cafe, water heater, serta laundry. Meski masih dalam masa pandemi Covid-19, pemilik mengiming-iming pemasukan fantastis. Bahwa wisatawan masih tersedia. “Pemasukan Rp200 juta/ bulan, pengeluaran Rp30 juta (gaji karyawan, listrik, keamanan, dll), kalangan pariwisata dari Timur Tengah dan orang asing (Inggris,Belanda, dll), lokasi dekat jalan raya provinsi. Masih ada lahan kosong dan bisa perkembangan hotel. Langsung owner, harga Rp38 miliar, nego,” sebut penjual. Pantauan di lapangan, kemunculan hotel-hotel di tepi jalan raya Puncak-Cipanas, ada beberapa yang terlihat tutup dan sudah tak terurus. Pemerhati properti Ajib Hamdani mengungkapkan, faktor yang membuat banyak hotel gulung tikar adalah ketidaksiapan pengusaha perhotelan dalam menghadapi persaingan hotel-hotel baru atau hotel lama dengan konsep baru.


Tekanan pandemi yang cukup memukul dari sisi permintaan kamar menambah beban bagi bisnis hotel di Puncak yang diduga masuk fase jenuh.


“Ekonomi sedang mengalami pola keseimbangan baru, jadi dengan pola yang baru ini maka muncul pola keseimbangan baru yang membentuk pola baru. Misal sebelum pilihan orang ke hotel konvensional, sekarang lebih banyak orang suka hotel dengan konsep terbuka,” katanya kepada CNBC Indonesia, pada hari Jumat, 11/03/22.


Pilihan masyarakat dalam memilih hotel dengan konsep terbuka merupakan dampak besar dari pandemi Covid-19. Itu berdampak pada peta persaingan hotel-hotel yang sudah ada. Pelaku usaha harus membaca dengan baik fenomena ini untuk bisa menentukan posisi serta ambil bagian dari pertumbuhan ekonomi.


“Karena hotel itu bagian dari leisure, ketika pengusaha bisa men-delivery maka harga bakal menjadi nomor 2. Kan banyak paket wisata, terobosan dalam bidang hotel dan travel,” ujarnya.

No comments: