Teroris kembali beraksi, meledakkan sebuah bom di dalam sebuah mesjid yang penuh sesak di Semenanjung Sinai pada hari Jumat. Bukan hanya meledakkan, jamaah yang panik berhamburan keluar mesjid, diberondong peluru oleh para teroris. Aksi ini telah menewaskan sedikitnya 235 orang dan melukai sedikitnya 109 lainnya. Pejabat setempat menyebutkan, bahwa ini sebagai serangan teroris paling mematikan dalam sejarah modern Mesir.
Kekejaman serangan tersebut, telah mengirim gelombang kejut ke seluruh negeri Mesir dan dunia. Hal ini bukan karena jumlah korban yang tewas, tetapi juga untuk pilihan sasaran. Serangan terhadap masjid jarang terjadi di Mesir, di mana militah pemberontak melancarkan aksinya dengan menargetkan gereja Kristen dan peziarah, namun menghindari tempat ibadah Muslim.
Serangan tersebut menjadi elemen baru konflik militan dengan pemerintah Mesir, karena sebagian besar korban adalah Muslim Sufi, yang mempraktikkan bentuk mistis Islam yang oleh Negara Islam dan kelompok ekstremis Sunni lainnya dianggap sesat. Dan peristiwa ini menhadi catatan buruk keamanan dari rezim Alsisi, sekaligus juga menjadi potret kegagalan kepemimpinan Presiden Abdel Fattah el-Sisi, yang telah membenarkan tindakan kerasnya terhadap kebebasan politik atas nama menghancurkan militansi Islam, untuk memenuhi janji keamanannya.
Ibrahim Sheteewi, seorang penduduk Bir al-Abed, kota kecil di Sinai utara tempat serangan tersebut terjadi, melaporkam: "Sungguh ini kejadian yang sangat mengerikan, mayat - mayat itu bertebaran di tanah di halaman masjid. Saya berdoa semoga Tuhan menghukum mereka untuk ini. "
Menurut petugas polisi Sinai, ada 15 anak yang tewas. Sementara seorang saksi lain melaporkam telah membantu mengumpulkan sebanyak 25 anak yang tewas. Pejabat Militer Mesir mengkonfirmadi telah melancarkan serangan udara di dekat Bir Al Abed pada para militan yang melarikan diri menggunakan kendaraan.
Para pemimpin di dunia dengan cepat mengecam serangan masjid tersebut, dengan Presiden Trump mencelanya sebagai "serangan yang mengerikan dari para pengecut". Putin menyampaikan "belasungkawa atas peristiwa tragis di Semenanjung Sinai"".
Vladimir Putin has expressed his condolences to President of Egypt Abdel Fattah el-Sisi on the tragic consequences of the terrorist attack on the northern Sinai Peninsula https://t.co/WHDRBL3SxZ
— President of Russia (@KremlinRussia_E) November 24, 2017
Will be calling the President of Egypt in a short while to discuss the tragic terrorist attack, with so much loss of life. We have to get TOUGHER AND SMARTER than ever before, and we will. Need the WALL, need the BAN! God bless the people of Egypt.
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 24, 2017
Tidak ada kelompok militan yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun pada tahun lalu sebuah artikel Mesir memberitakan sekolompok militan telah membunuh sejumlah sufi di daerah tersebut dan mereka memilih distrik serangan tersebut terjadi sebagai target potensialnya. Menurut pejabat Mesir, peristiwa pada hari jumat kemaren, serangan sekolompok militan teroris dimulai di tengah hari saat umat Islam sedang menjalankan ibadah shalat Jumat. Tiba - tiba seorang pelaku memasuki mesjid melakukan aksi bom bunuh diri dan merobek masjid Al Rawda di Bir al-Abed, 125 mil timur laut Kairo. Dan Saat para jamaah melarikan diri, mereka dihadang oleh sekelompok pria bersenjata yang bertopeng.
Menurut saksi mata, sekelompok pria tersebut juga membakar mobil yang diparkir di luar masjid dengan tujuan agar jamaah tidak bisa melarikan diri. Seorang jamaah bernama Mayna Nasser, 40, ditembak dua kali di bahu, saat ia keluar dari mesjid dan dibawa ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadar. Banyaknya korban membuat layanan darurat setempat sangat terpaksa sebagian beberapa orang yang terluka harus dibawa ke rumah sakit di belakang truk ternak.