Friday, 4 March 2022

Pertemuan II - Rusia, Ukraina Sepakat Format Koridor Kemanusiaan untuk Warga Sipil

Rusia, Ukraina Sepakat Format Koridor Kemanusiaan untuk Warga Sipil, Kata Negosiator


©BelTA/Go to the photo bank






Delegasi kedua negara baru-baru ini menyelesaikan perundingan putaran kedua. Kedua pihak gagal mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata atau mengakhiri operasi khusus Rusia, tetapi membuat kemajuan dalam masalah kemanusiaan.







Rusia dan Ukraina merundingkan format koridor kemanusiaan untuk keluarnya warga sipil Ukraina dari kota, kata kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky. Mereka juga membahas prospek gencatan senjata sementara untuk wilayah di sekitar koridor kemanusiaan, tambahnya.


"Kami berhasil menemukan saling pengertian untuk beberapa [masalah yang diangkat selama pembicaraan], tetapi masalah utama yang diselesaikan hari ini adalah penyelamatan orang-orang, warga sipil, yang berada di zona bentrokan militer", kata Medinsky.


Hasil Pertemuan II Rusia Ukrania




Anggota delegasi Rusia lainnya untuk negosiasi, Leonid Slutsky, mengatakan bahwa pemahaman tentang masalah tersebut telah tercapai, tetapi militer kedua belah pihak belum menentukan rinciannya. Dia menambahkan bahwa militer akan segera merundingkan pembentukan koridor kemanusiaan.


Kantor Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa PBB juga akan membahas mekanisme koordinasi bantuan kemanusiaan ke Ukraina.


Perwakilan Ukraina dalam negosiasi dengan Rusia, Mikhail Podolyak, membenarkan bahwa kedua pihak mencapai kesepahaman tentang masalah pembentukan koridor kemanusiaan. Dia mengatakan mereka akan digunakan untuk mengevakuasi warga sipil dan untuk mengirim obat-obatan dan makanan ke daerah-daerah yang paling terkena dampak pertempuran.



Putaran Baru Negosiasi Di Depan



Perwakilan Rusia dan Ukraina bertemu untuk putaran kedua negosiasi pada 3 Maret. Kedua pihak membahas masalah militer, internasional, dan kemanusiaan serta cara-cara penyelesaian politik untuk konflik tersebut, kata Medinsky. Para pihak dalam pembicaraan tidak berhasil mencapai kesepakatan apa pun di luar masalah membangun koridor kemanusiaan.


Namun, mereka sepakat untuk bertemu untuk negosiasi putaran ketiga dalam waktu dekat. Rusia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan perlunya demiliterisasi Ukraina dan memindahkan senjata berbahaya dari wilayahnya yang mengancam Rusia, dan untuk "menghilangkan Nazi" negara itu.


Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia tidak punya pilihan lain selain memulai operasi setelah Kiev gagal menyelesaikan konflik Donbass secara damai, sesuai kesepakatan Minsk. Putin juga mengutip Kiev mengancam Rusia dengan kembali ke statusnya sebagai negara nuklir.

No comments: