Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa merosot akibat aksi profit-taking (ambil untung) oleh pelaku pasar.
Kurs rupiah pada Selasa pagi turun 62 poin atau 0,41 persen ke posisi Rp15.117 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.055 per dolar AS.
"Rupiah sedang mengalami pelemahan menyusul aksi profit-taking," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta.
Aksi profit-taking dilakukan setelah rupiah mengalami penguatan yang cukup besar secara year to date hingga menyentuh level Rp14.850-an per dolar AS.
Selain itu, Revandra mengatakan pasar juga masih mengantisipasi laju inflasi dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Inflasi AS sudah mulai menurun namun masih jauh dari target Bank Sentral AS atau The Fed. Hal itu memunculkan kekhawatiran bahwa suku bunga AS saat ini belum mencapai puncaknya, sehingga terbuka kemungkinan The Fed melanjutkan untuk menaikkan nilai suku bunga beberapa kali lagi sepanjang tahun ini.
Data menunjukkan bahwa pemberi kerja AS menambahkan lebih banyak pekerjaan pada Januari daripada perkiraan para ekonom, berpotensi memberi The Fed lebih banyak kelonggaran untuk mempertahankan kenaikan suku bunga.
Laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS yang diawasi ketat menunjukkan bahwa penggajian nonpertanian (NFP) melonjak sebanyak 517.000 pekerjaan bulan lalu.
Revandra memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp15.000 per dolar AS sampai dengan Rp15.200 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada akhir perdagangan Senin (6/2) melemah tajam 162 poin atau 1,08 persen ke posisi Rp15.055 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.894 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment