Sekilas ada iklan di tipi (televisi) berjudul green talk.
Melihat itu yang terpikirkan adalah final nanti malam. Padahal Green
talk disana (tipi) itu barangkali bukan itu. Maklum cuma sekilas
melihatnya. Barangkali juga iya tentang bola. Tapi tentunya bukan
tentang bola sepak bola, green disana mungkin tentang seputar kesehatan
dan sanitasinya (atau daur ulang dan penghijauan kembali). Itu karena,
kata Green ini sudah diidiomatikan dengan hal - hal yang sehat lagi
menyegarkan kembali.
Penyegaran terhadap lahan rusak, air sungai terkontaminasi limbah oleh
kerja pemanfaatan dan pembuangan dalam industri, dimana itu kemudian
disehatkan lagi dengan macam - macam model perlakuannya, seperti 4R,
sebagai langkah kearah penghijauan kembali. Jadi Green talk disana
tentang penghijauan, penghijauan dalam rangka supaya dapat sehat dan
menyegarkan. Cuma, hati - hati, tidak semua yang disebut hijau itu
sehat, kaya yang ada dilubang hidung.
Berbeda dengan penonton bola, apalagi ditengah hingar bingarnya
kemeriahan eurocup 2010, green bisa diidiomatikan lapangan rumput sepak
bola. Jadi kalau ada kata kerja go didepan green, go green itu bisa
nonton bola lagi..main bola lagi..asyik.
Hari ini sudah hampir dekat dipenghujung pagelaran Euro Cup 2012. Banyak
drama sebelum, ketika dan sesudah pertandingan, yang bisa dilihat
disana, ada tawa, gegap gempita, ada tangis, tersedu sedan, gambaran
dari betapa hebatnya kekuatan magnetis sepakbola, yang telah menyedot
daya pikat suasana hati.
Uraian ini bukan mau memprediksi ataupun menduga - duga siapa
pemenangnya, Spanyol atau bukan Spanyol. Italia atau bukan Italia.
Sekalipun itu juga menjadi satu paket dengan go green, green talk buat
para pecinta bola. Tapi hanya ingin mempengaruhi, kalau nanti malam,
Spanyol masih bertahan dengan selisih gol,, nah itu dia yang tidak bisa
ditebak…
Apa tebakan anda? Samakah dengan tebakan disini? Atau berbeda?
Itu tidak masalah, yang penting mari go green, green talk..sampai peluit pertama dibunyikan.
Mari green talk menjelang laga pamungkas..
Go..go..go..green.. go Spanyol.!
Go..go..go..green.. go Italia.!
Eurocup 2012: 2 Gol Membenamkan German Sejak Babak Pertama
Dua gol Baloteli telah cukup menutup peluang German, itu yang dirasakan
ketika melihat laga itu dini hari tadi, walau masih ada banyak
kesempatan di babak kedua.
Dua tim yang sama - sama jawaranya di laga - laga turnamen panjang yang menguras mental dan stamina, telah memanjakan para penggila bolanya
dengan dipertontonkannya kembali satu pertandingan klasik dan mendebarkan.
Pertandingan klasik sedini tadi, tentunya selalu menarik jika 10 tahun kedepan diurai lagi dengan cerita - cerita yang mendramatisir kejadian moment permoment dilaga itu. Dimana itu bisa mengundang luapan emosi, antusias dan kekaguman.
Namun pertandingan klasik itu pada ujungnya harus dihadapkan pada hasil akhir, ada yang menang dan yang kalah. German harus tersingkir, meski semangat diesel tim panzer telah berhasil mengurung Italia di area finalti, hingga di detik - detik terakhir peluit panjang ditiupkan.
German yang selalu tampil impresive, harus kandas ditangan Italia.
Dan inipun sama, seperti sudah diduga sebelumnya. Kekhawatiran akan ada
pengaruh besar, beban cerita susahnya mengalahkan Italia dikepala pemain -
pemain German, dimana itu nantinya akan banyak mempengaruhi permainan mereka jadi tidak setenang dan se-impresive seperti dilaga - laga sebelumnya, terjadi.
Dan akhirnya kekhawatiran itu pun terjadi. Ini mirip kaya Indonesia
mau menghadapi Thailand, seperti dibutuh ekstra konsentrasi dan
ketenangan dibanding dengan lawan - lawannya yang lain. Dan buat German
dua gol itu seperti buah imbalan atas beban mentalnya itu.
Berbeda dengan Italia, bermain lebih lepas. Perbedaan ini pun sepertinya dipengaruhi juga oleh beban cerita mudahnya mengatasi German. Lebih pasnya diuntungkan oleh sejarah. Baloteli ternyata bukan bolabekel atau pun bola plastik. Layaknya yang suka melekat di pemain - pemain yang punya kelebihan bakat, suka ada saja yang bikin aneh - aneh, itupun melekat pada baloteli. Dini hari tadi menjadi arena pengukuhan
kembali namanya sebagai bintang sepakbola dan bintang bagi Italia.
Final nanti, lawan Spanyol. Ini pertandingan yang tidak akan mudah
buat Italia, mengingat ada cacat Italia saat melawan Inggris. Seperti Inggris kalah tragis oleh Italia dimana sebelumnya ada cacat saat melawan ukrania.
Seperti German kalah di putaran piala Dunia 2010, yang sebelumnya ada cacat saat laga melawan Inggris kala itu. Meski cacat itu adalah keputusan wasit.. Ini seperti menjadi sebuah karma dalam
sepakbola.
Duabintang, Lionel Mesi dan Christiano Ronaldo, lima tahun lebih
sedikit, meroket dipapan atas saling berkejaran menjadi superstar
dijagad sepakbola dunia. Keduanya terus menjadi buah bibir oleh
penampilannya yang selalu fenomenal. Torehan gelar sebagai pemain
terbaik dan pencetak gol terbanyak selalu dikuasai oleh mereka berdua.
Dan keduanya pun punya kesamaan, yaitu sama - sama belum juga bisa
membawa harum nama negaranya dipentas laga dunia.
Gelar juara di pentas laga dunia antar negara selalu menorehkan
tinta sejarah, nama - nama pemain yang menjadi superstarnya akan selalu
dikenang sepanjang masa. Berbeda jika gelar itu tidak pernah diraih
sekalipun seorang bintang fenomemal dimasanya. Tentu bagi Lionel Mesi
dan Christiano Ronaldo, gelar itu menjadi tantangan terbesar dalam
karirnya, bila keduanya ingin menjadi bagian dari souvenir oleh - oleh
abad nanti di abad ini. Kalaupun bukan itu sebagai tujuan mereka berdua,
yang jelas gelar juara dunia adalah menjadi ajang pembuktian kemampuan
yang sebenarnya.
Nama - nama besar pesebakbola dunia, nama mereka tetap besar hingga
kakek - kakek setelah sukses mempersembahkan gelar juara. Sedang mereka
yang hits dimasanya, hilang ditelan bumi. Mungkin hanya kalangan
tertentu saja yang masih bisa mengingat, ya siapa lagi kalau bukan
penggila bola dan media - media. Berbeda dengan pemain top yang
mempersembahkan juara, mereka akan diingat oleh semua kalangan.
Tentu hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka berdua
dan bukan tidak mungkin, kalau keduanya juga masih menyimpan obsesi itu,
kalau tidak percaya, silahkan sms saja langsung sama mereka berdua. Dan
khusus bagi CR7, dini hari tadi, Fabrecas telah meluluhlantahkan
impiannya. 5 tahun berjuang, 3 kali melaju kebabak elit, harus tumbang
lagi dan lagi. Bagi Portugal, hasil laga semifinal kemaren itu tidaklah
lebih menyakitkan dibanding hasil torehan di laga final lawan Yunani,
EuroCup 2006. Tapi lain bagi CR7, semifinal itu, mungkin lebih
menyakitkannya. Mengingat sebelumnya selalu gagal membawa klubnya di
Liga Champion. Melihat usianya yang kian bertambah, sepertinya harapan
itu sudah pupus, seiring dengan kecepatan dan sentuhannya kian menurun.
Tapi di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin sepertihalnya tidak ada
yang mungkin jika tidak mungkin. Dua tahun ke depan ada laga lagi
sebagai ajang pembuktiannya, final PD. Meski rata - rata diusia 20-25
tahun top peak penampilan bagi seorang pemain, usia yang masih gesit,
lincah dan lagi mengkel- mengkelnya.
Akan tetapi tetap masih ada asa bagi L.Mesi dan Ronaldo. Final Piala
Dunia 2014 adalah arenanya, 2 tahun lagi, artinya 2 Bintang itu masih
punya asa paling tidak 2 tahun lagi. Mungkin saja itu menjadi batas dari
batasan asa mereka berdua. Jika ternyata nanti gagal lagi, setidak -
tidaknya keduanya telah menyumbangkan daya tarik yang luar biasa diajang
sepakbola, selama satu dasawarsa di jagad sepakbola dunia.
Bravo buat keduanya dan pecinta pro - kontra keduanya.
Event lomba nyanyi para calon penyanyi yang dulu sering bermunculan
dibeberapa stasiun televisi dan kini mungkin hanya tinggal rcti, cukup
menghibur buat pemirsanya.
Dan yang terpenting buat calon - calon
pesertanya, memberi harapan terwujudnya impian mereka. Namun, event
festival yang marathon, sangat tidak menguntungkan buat pesertanya.
Mereka dituntut untuk bisa membawakan lagu - lagu dengan berbagai genre.
Satu segi bagus sebagai tantangan, di sisi lain, ini tentunya
menurunkan kemampuan menyanyi penyanyi, yaitu kekhasannya, dimana itu
sebetulnya nilai jualnya.
Nilai jual penyanyi dalam festival, memang dibutuhankan suara diatas
rata - rata yang sanggup menimbangi suara musik orkestra. Nah,
kebanyakan dari penyanyi suka memaksakan diri mengeluarkan nada tinggi
dengan sekeras - keras bahkan suka memaksakan diakhir nada dipanjangkan
seolah - olah punya napas panjang.
Ujungnya membuat nyanyian tidak mampu
menyentuh nada nadi disetiap pendengar. Karena nada nadi pendengar itu
bisa bergetar dan hanyut oleh nada suara penyanyi yang padu dengan
musiknya.
Saya sebagai pencinta musik dangdut sejati, memandang festival
semacam itu berat buat bagi penyanyi yang punya suara dan karakter musik
khas. Kalau diambil sample, Chrisye, suaranya mantap dijalurnya. Broery
Marantika/Pesolima, suaranya jagonya dilagu-lagu pop dan festival. Vina
Panduwinta, punya suara khas. Mereka ini jawaranya dijalur Pop.
Saya sebagai pencinta musik dangdut sejati, pernah melihat dan
mendengar bagaimana George Michael mantap membawakan too love
somebody-nya Queen. Tapi tetap saja ada yang tidak pas kalau bukan
Freddie Mercury. Saya sebagai pecinta musik dangdut sejati, tidak pernah
mendengarkan yang meniru the Beattles bisa menyamai the Beattles, baik
dari suara maupun musik sekalipun sudah mati - matian berusaha dimirip -
miripin.
Jadi uraian ini hanya sekedar sharing saja, bahwa event festival itu
harus diambil oleh mereka yang punya impian menjadi penyanyi namun
jangan dijadikan target juara. Jadikan sebagai parameter kemampuan
menyanyi sebagai penyanyi dijalur apa.. Yang ngpress suaranya juga nekad
berani, jadi kenapa takut.
Ayo kita ramaikan boyfriends and girlfriends dangdut sejati.
Catenaccio, strategi bawaan Italia bisa
dibilang pola yang aneh, walau orang lebih suka menyebutnya pola
pertahanan grendel. Pola ini sering disebut pola negative football,
dimana pemainnya cenderung bertahan dengan pertahanan rapat dan keras,
disertai trik - trik mengelabui wasit (diving),.
Karena gaya permainan seperti itu, itulah yang membuat pola ini
tidak disukai pecinta bola dan dibenci pemain lawannya. Oleh karena
penilaian itu, di Euro Cup 2012, Italia dinilai oleh pengamat bola,
tidak lagi menerapkan pola itu, karena mereka bermain lebih terbuka.
Tapi menurut pengamatan penulis, Italia masih mempertahankan gaya
catenaccio-nya.
Catenaccio di EuroCup 2012, memang agak sedikit
berbeda, terutama pada pola serangnya. Namun tetap sama pada gaya
bertahan dan karakter pemain catenaccio. Pemain bertahan solid dalam
menjaga daerahnya, dibantu oleh pemain libero dan pemain tengah sebagai
pengganggu penyerang lawan.
Ketika menyerang, mirip dengan pola lama
juga, mereka tidak mengandalkan penyerangnya, tapi kemampuan pemain
tengah dalam mengirim bola dan menendang jarak jauh ke gawang lawan.
Bedanya, pemain belakang kiri dan tidak selalu ikut dalam menyerang.
Dan
yang terpenting dalam Catenaccio adalah karakter petarung pemainnya.
Dengan karakter ini Italia tidak membutuhkan pemain bintang didalam
timnya. Malah kalau ada pemain bintangnya, Italia tidak juara. Jadi
inilah kenapa Catenaccio itu disebut gaya aneh. Gaya yang bisa
menyulitkan tim top dunia, bahkan German sendiri sulit menaklukannya.
Maka tak heran, Italia bisa Juara Dunia. Tapi gaya ini juga mudah
dipatahkan oleh tim - tim bukan unggulan, salah satunya Korea Selatan
dan Jepang. Juga oleh tim - tim dari daratan Amerika Latin, tapi belum
sampai ke timnas Indonesia.
Apapun itu, yang namanya penilaian,
bersifat subjektif, jadi jangan mudah cepat percaya.. Yang harus
dipercaya, siapkan cemilan dan kopi sebelum pertandingan, supaya tidak
mengganggu, mencari cemilan pas gol..hilang deh moment pentingnya.
Demikian
sekelumit cerita seputaran Euro2012 dari pasar anyar bogor.. Salam dari
tukang cendol dan tukang parkir yg tetap bergairah bekerja ditengah
gegap gempitanya EuroCup2012.
Adios
Bangsa Indonesia kebanyakan memaksakan diri ke intelek - intelekan. Itu tergambar dalam setiap penyampaian ataupun penulisan, selalu menyelipkan kata atau istilah asing. Entah apa yang disampaikannya itu sudah dimengertinya atau memang asal - asalan yang tidak difahami oleh dirinya sendiri. Dan bisa mungkin, apa yang dilontakannya itu tidak dipikirkan lagi maknanya kemana, yang penting kata - katanya keren, sehingga diomonginnya juga keren biar tambah beken, biar bisa dianggap orang, dirinya orang intelek. Mungkin saja
begitu.
Seperti di kota Bogor ada spanduk terpampang tulisan Botani Garden.
Saya tanya dimana itu, kata tukang asesoris, kebun raya.
Aduh..! Bayangkan kalau semua tempat disamakan padanan katanya dengan bahasa asing?
Ntar Gunung gede jadi big mountain, Cisaat menjadi drain river, dsb. Sampai nama sekolah, misalkan Sekolah Analis Kimia, biar keren mungkin jadi Analyst of Chemist Snappish High School dan banyak lagi contoh - contoh yang
semodel itu yang sering kita jumpai dilihat, dibaca dan kita dengar.
Kalau nama tempat boleh dirubah menurut padanan bahasa, maka tentunya boleh dong liverpool jadi orang empang. Rocky mountain jadi gunung batu, jadi kalau dalam Pendidikan murid menjawab soal dari gurunya, liverpool fc dengan klub sepakbola orang empang, guru tidak
boleh mencontreng salah. Terus New York jadi york baru.
Inilah bahagian dari kebiasaan dan menjadi ikutan pula oleh mereka
yang ikut - ikutan yang tidak mengerti sama sekali maknanya, yang kalau
sudah menyebutkan serasa sudah sejajar masuk dalam barisan orang -
oramg intelek.
Kebanyakan orang seperti ini suenang dipuja puji. Jadi jangan heran, karenanya banyak bangsa lain, negara lain senang di negara kita, karena gampang dikibulin. Sampai bangga terpingkal - pingkal bisa menulis west java, midle java, east java. Merasa punya jati diri sebenarnya sudah tidak punya jati diri.
Sudahlama tidak meraih prestasi, kini sejak ada perubahaan ditubuh PSSI, prestasinya malah makin memburuk. Ujungnya para pemain, dari mulai
usia dini sampai ke tim seniornya menjadi korban atas polemik di tubuh
PSSI. Korban penyekatan, tidak tersaring bukan tidak lolos tapi tidak
sepihak. Korban hujatan, hujatan dari pecintanya karna buruknya
prestasi. Dan pencinta bola di seluruh tanah air pun terbelah kedalam
dua arus yang saling bertentangan dari pusaran yang terjadi di tubuh
PSSI. Sebuah potret yang kalau diafdruk pun hasilnya tetap buram.
Buramnya prestasi ini tidak baik bagi perkembangan sepakbola itu
sendiri, juga bagi pengembangan motivasi para pemain untuk meningkatkan
skill mereka dan kerjasama tim. Hadirnya klub - klub besar dunia tak
akan membawa manfaat yang significant buat timnas, karena pemain -
pemainnya terpecah tadi, tidak dalam satu kesatuan hasil seleksi yang
benar - benar objektif. Kehadiran klub - klub besar hanya mendatangkan
hiburan bagi pecintanya dan mendatangkan duit buat pengelolanya. Dan
buat pemain cuma mendatangkan kebanggaan karna bisa berlaga dengan klub
itu.
Kebanggaan ini tentu bisa sebagai nilai lebih yang diserap sebagai
bekal kemampuan individu dan mental bertandingnya, namun sulit diterap
dalam satu tim, terbangunnya kebersamaan, kebersamaan yang bisa
menyeiramakan kerjasama didalam tim.
Ya, bagaimana bisa terbangunnya kebersamaan tim, sekarangnya saja
sudah dipastikan walau sulit dibuktikan, bahwa telah terbangun
kecemburuan, kecemburuan yang bisa menjadi cikal bakal bentuk penanaman
ketidakpedulian secara tidak langsung, munculnya sikap antipati secara
tidak sadar.
Siapa yang membangun ini?
Ya, perseteruan di tubuh PSSI itu
sendiri.
Kenapa bisa terjadi kemungkinan seperti itu?
Ya, karena ada pemain -
pemain yang dulu dilibatkan bermain dan pernah dieluk - elukkan oleh
pecintanya, kini tidak lagi masuk daftar skuad.
Kemudian nantinya bukan
tidak mungkin pula nantinya akan dibuatkan event - event eforia
tandingannya, selain model event yang sudah ada, baik event formal dan
event tandingan formal yang sudah, ipl dan isl. Oleh karena kepala batu
diantara keduanya, maka siapa yang menjadi tandingan atau yang menjadi
aslinya sudah tidak jelas lagi. Perseteruan ditubuh PSSI itu yang
mencoreng nilai eventnya, pantas tidaknya mana yang pantas sebagai event
formal. Dan dalam mempertahankan pendapatnya, sikap anak kecil dari
keduanya selalu menyeruak, bahwa masing - masing selalu membawa - bawa
nama statuta Fifa. Disebut kaya anak kecil, bukankah kalau diantara anak
kecil lag marahan atau berantem, selalu membawa nama jagoannya, yang
nggak - nggak pun suka disebut.
Begitulah pusaran sahara timnas, nasib prestasinya diombang ambingkan oleh kekacauan di tubuh PSSI itu.
Dan yang disebut Tubuh PSSI, yaitu pengurus formal PSSI dan pengurus formal tandingannya, KPSI.
Sedangkan yang disebut pecinta bola, yaitu SPKTI, saya pecinta kopi tubruk Indonesia.
Lucu ya, ketika orang tua menjauhkan hp,
games dan tivi dari anak - anak untuk membangun disiplin dan
kreativitasnya. Lucunya, tivi, games dan hp itu tidak pernah jauh dari
orang tuanya. Orang tua menikmatinya ketika anaknya tidak tahu atau sama
- sama menikmati kalau orang tua suka acara tivinya atau boleh main
games kalau dan kalau.. Dengan kata lain kenapa itu semua dibeli kalau
anaknya tidak boleh? Atau ikut menikmatinya apa yang menjadi
kesukaannya? Apa tidak kalau begitu orang tua terlalu egois?
Keinginan
besar dari pikiran orang tua untuk mengaplikasikan satu model pendidikan ideal pada anak
tapi menjadi kontradiktif. Kontras antara rasa sayang yang berlebihan
dengan aturan disiplin yang sedang diterapkannya. Rasa sayangnya membuat
orang tua slalu berusaha memenuhi kebutuhan tersier apa saja yang
menjadi trend pada usia anaknya dengan mudahnya, tapi disisi lain ingin
punya anak yang disiplin dan punya kreativitas. Kemudian dalam
aplikasinya buah pikirannya, apa yang dibelinya untuk anak, boleh digunakan diwaktu
tertentu terutama di hari libur, sementara orang tuanya boleh setiap
hari. Dalam hal bermain diluar rumah juga dibatasi waktu dan aturan -
aturannya. Bahkan mungkin lebih banyak larangannya. Dan lucunya,
kreativitas yang diharapkan itu adalah kreativitas yang diinginkan orang
tuanya, bukan dorongan keinginan / kesukaan awal dari anaknya. Dan itu
diimplentasikannya melalui kursus - kursus keterampilan, seperti serasi namun ada yang timpang disini.
Ketimpangan
dalam keseimbangan pemberian nilai pendidikan pada anak, tidak akan
menghasilkan seorang anak yang persis seperti yang diharapkan orang
tuanya. Mungkin kalau keterampilan pada si anak terbentuk, tapi tidak
pada pembentukan karakternya. Karakter seorang ksatria yang memiliki
rasa solidaritas lagi punya rasa kepedulian besar pada sesamanya (bagi
anak laki) atau feminim yang bersahaja ( pada anaj wanita). Yang ada
adalah melahirkan anak - anak yang egois, pemalu tapi sombong, pemberani
tapi tak tau diri. Dan yang paling buruk adalah tidak memiliki
pendirian yang agung dalam arti menjadi gampang ikut - ikutan.
Nah
jika diminta untuk memilih diantara pengasahan bakat dan perkembangan
jiwanya, tentu banyak yang lebih memilih bakat sebagai pilihan
prioritas, sebab itu menyangkut penghidupannya kelak. Jadi itu adalah
pilihan wajar. Namun pilihan itu menunjukan, mungkin ada hal yang
terlewatkan yang tidak kalah pentingnya bagi para orang tua, bahwa
manusia esensinya adalah mahluk sosial. Jadi dimana pun manusia berada,
di tempat kerja, dalam keluarga, dalam organisasi dan di tengah - tengah
masyarakatnya, ia tidak bisa melepaskan dirinya dari simpul - simpul
ikatan itu. Dan simpul - simpul itulah yang akan membantu jalannya.
Jalannya akan lebih mudah jika ia bisa bekerja atau diterima
keberadaannya dengan baik. Sebaliknya simpul - simpul itu juga bisa
mempersulit jalannya, jika ia tidak bisa bekerjasama atau tidak begitu
diterima keberadaannya.
Alangkah lebih baiknya memberikan porsi disipilin menurut
takaran usianya, porsi kreativitas menurut pilihannya, yang digenapi
dengan keteladan dari para orang tuanya. Jika tidak ada keteladan, nilai pendidikannya tidak ada, buah usahanya mengetrapkan pendidikan menjadi sia - sia, seperti mendidik melayang tidak memberi titik
pijakan, membuat anak melayang - layang dimainkan angin dan benang.
Barangkali ini bisa bermanfaat, kalau pun tidak sama sekali, ya abaikan saja dan habiskan kopinya…
"Hasil Pendidikan yang buruk adalah selalu mengajarkan nilai - nilai baik kepada peserta didik atau anak atau murid.. Sedangkan pendidikan yang baik mengajarkan nilai yang utuh, baik dan jahat, dengan segala akibatnya / ganjaran atas pilihannya"
Uraian pembukaan diatas sebagai kesimpulan dari realita yang ada,
bahwa rusaknya moral sebagian besar anak bangsa akibat salah didik.
Salah didik oleh karena pada orientasinya itu selalu mengedepankan
pemaksaan nilai - nilai , yaitu hanya memaksakan nilai - nilai baiknya saja, tidak
menyuguhkan dengan utuh dari sebuah nilai moral, yang baik maupun yang jahat, pilihan bagus atau pilihan buruk.
Pada orientasi pendidikan yang cendrung memaksakan nilai baik saja, kalaupun diberikan gambaran moral buruk,
tekanannya lebih kepada untuk menakut - nakutinya agar si anak menjauh. Sementara dalam kenyataan hidupnya diluar dunia pendidikan, anak - anak disuguhi contoh riil ucapan, mimik / expresi, sikap dan perbuatan buruk, di jalan ketika pulang sekolah, ketika bermain, di rumah, dari internet, vcd dan media televisi.
Pendidikan timpang seperti ini memberikan andil besar juga didalam merusak
mental bangsa, terutama kestabilan pilihan hidup dan dalam hal
pengambilan keputusannya di setiap masalah. Karena tidak utuh mendapatkan informasi lengkap tentang akibat pilihannya, ujungnya mereka mencoba - coba apa yang tidak diketahuinya dan apa yang samar yang ia terima di bangku sekolah maupun dari orang tua.
Kita semua tahu, bahwa ada satu kenyataan riil dari satu cita - cita
di setiap para orang tua, yaitu satu keinginan yang sama didalam
mendidik anak, bahwa mereka berharap anaknya kelak memilih jalan yang
baik didalam menempuh jalan hidupnya. Diatas dorongan keinginan seperti
inilah yang kemudian menggerakkan setiap orang tua / pendidik /
penyampai moral, didalam menanamkan nilai pendidikannya, menjadi
cenderung dominan memaksakan nilai - nilai baik dengan segala perangkat
pemagarannya.
Satu tingkat model pendidikan seperti ini seakan terlihat
baik dan baik - baik saja ketika sudah berjalan. Apa yang dilakukannya
sebagai pengukuhannya atas kesungguhan dari itikad baiknya. Disana orang
tua/pendidik mau mengukir nilai baik, sama dengan mau memberikan
penanaman pengaruh secara internal kepada si anak, agar kelak bisa
tangguh ketika si anak berhadapan dengan dunia nyata, yaitu atas berbagai
arus pengaruh eksternal, baik yang baik maupun yang buruk.
Maka atas dasar itu, tidak jarang orang tua/pendidik juga memasang
perangkatnya sebagai bentuk pemagarannya, yaitu berusaha memagari si
anak/murid dengan segala cara agar pengaruh nilai - nilai
buruk/jahat/amoral tidak sempat masuk ke dalam penglihatan, pikiran dan
hatinya.
Kenyataannya, hasil pendidikan semodel ini selain memperburuk dalam
pembentukan jati diri kepada anak. Juga melelahkan bagi orang tuanya
baik secara mental maupun kematangan berpikir.
Pendidikan yang dimaksud itu malah akan memperburuk pembentukan jati
diri anak, oleh karena pada ujungnya nanti si anak itu sendiri yang
nantinya menentukan jalan hidupnya. Ketika si anak ini masih dalam
asuhan orang tua, dalam arti persentuhan dengan dunia luarnya masih
minim dibanding dengan pengaruh dari orang tuanya, sebelum mencapai aqil
baligh, si anak akan terbentuk dengan nilai - nilai baik itu dan dia
akan menyenanginya, disamping si anak saat itu sudah tahu apa itu yang
dimaksud dengan tidak baik dan ia juga tidak mau dengan itu.
Namun pembentukan karakter ini tidak akan bertahan lama, ketika ia
diperkenalkan dengan pergaulan yang lebih luas, dimana pergaulan itu
mulai mendominasi dalam kesehariannya didalam pergaulannya. Artinya
waktu si anak bersama orang tua / pendidik-nya lebih sedikit dibanding
pergaulannya.
Kemudian karena pergaulannya itu, mungkin saja yang
tadinya buruk menurut pikirannya, yaitu pikiran dulu yang pernah
ditanamkan oleh orang tua/pendidik secara memaksa, mulai ia ragu dan nyoba - nyoba sesuatu hal - hal baru atau yang dianggap tabu, ketika
ia melihat itu pada sisi lain berdasarkan penilaian hasil dari pengaruh
eksternalnya, baik dalam pergaulannya, ilmu pengetahuannya dan
informasi - informasi yang berseleweran yang pernah ditangkapnya.
Dan
ujungnya si anak mulai mencoba, mulai nyoba - nyoba menjajakinya dan
akhirnya tidak sedikit yang memilih yang jahat baik, memilih apa yang dilarang sebelumnya oleh etika, norma dan agama secara terpaksa
maupun karena kemantapannya.
Apa yang dilakukannya ini berangkatnya ada karena ketidak tahuannya, karena kematangan tingjat berpikirnya ia telah bisa menyimpulkannya
sendiri tentang nilai jahat / buruk / amoral tersebut, ada juga karena benar - benar mencoba dan ketagihan ujungnya si anak terperosok dan sulit kembali ke keadaan semula.
Akibat pendidikan tidak lengkap ini, tidak sedikit
pula, yang tadinya baik menjadi jahat. Walaupun ada juga yang tetap
bertahan tidak mencobanya, itu bukan karena hebatnya pendirian yang
telah terbentuknya, tapi kebanyakan itu oleh karena ketakutan -
ketakutannya atau tepatnya karena keluguannya. Dan itu bukan karena
diatas malunya.
Pendidikan seperti ini juga, bagi orang tua, sangatlah melelahkan,
sangat menguras energi dan materi. Sebab meski mereka, para orang tua
sudah memberikan pendidikan, namun tetap saja mereka selalu dihinggapi
dengan kekhawatiranya atas arus luar yang akan mempengaruhi perkembangan
bentuk berpikir dan kejiwaan si anak tersebut, yang karena
kekhawatirannya malah membuat si anak terjerumus nantinya . Belum lagi
nanti si anak menjadi sasaran pertanyaan - pertanyaan dari
kekhawatirannya ketika si anak telat pulang, disamping ia juga terkadang
sebagai sasaran empuk atas alibi dari dalih masalah pada pekerjaannya,
yaitu si anak tak jarang menjadi korban pelampiasan orang tuanya atas
segala masalahnya dengan pekerjaannya atau bermasalah dengan apa saja.
Pada Ujungnya untuk menjawab kekhawatirannya mereka para orang tua harus merogoh kocek lebih dalan lagi. Mereka akan memasukan anak - anaknya ke sekolah yang exlusive lagi expansive, yang memberikan garansi protektif pada si anak, selama di sekola, menuju dan pulang sekolah.
Pernah lihat Lady Gaga nyanyi?
Jadi tidaklah heran, kenapa konser Lady Gaga terus dijadikan polemik. Itu adalah hasil dari pendidikannya.
Terakhir dalam dunia yang tidak steril ini, dalam mendidik dan membina bukan berarti harus mensterilisasi si
anak dari pengaruh - pengaruh tidak benar.
Dalam pendidikan yang utuh, nilai pendidikan itu harus teruji mempunyai kekebalan yang nantinya menjadi imun yang menghasilkan
sterilisasi dengan sendirinya pada si anak..
Reformasi, yang dimaksud disana kembali ke formasinya, sama dengan melakukan perbaikan, melakukan pembenahan, melakukan pembaharuan. Sehingga semangat gerakan reformasi adalah semangat gerakan pembaharuan. Orangnya disebut reformist, yaitu pendukung gerakan pembaharu.
Reformasi memberikan isyarat, bahwa sistim ketatanegaraan yang sebelumnya tidak baik, maka diperlukan perbaikan. Namun, di masa itu tidak mungkin perbaikan dilakukan dengan cara - cara yang intelektual melalui forum ilmiah sebagai sumbang saran, juga tidak mungkin memberikan saran dan masukan kepada penguasa ORBA dalam suasana
keIndonesiaan, yaitu asas musyawarah, mengingat rezim yang otoriter.
Jadi gerakan Reformasi yang massive sebagai jawaban yang kondusif,
ditengah - tengah suasana yang tidak kondusif, baik dalam politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya dan hankam, akibat krisis moneter global. Dan
jawaban itu pas momentnya, ditengah - tengah krisis moneter, dimana
kondisi ekonomi saat itu dititik nadir, mengalami keterpurukan yang luar
biasa.
Reformasi ini juga sebagai tuntutan atas hasil diujung perjalanan rezim ORBA, dimana menjelang di penghujung perjalanan rezim-nya pada akhirnya tidak juga memberikan jawaban dengan PELITA-nya.
Satu rumusan empiris mac iver menngatakan, bahwa kesuksesan sebuah sistim pemerintahan akan terukur setelah mencapai 25 tahun berjalan. Ketika melewati masa 25 tahun keatas, jika tidak ada peningkatan kesejahteraan yang nyata bagi sebagian rakyatnya, maka akan selalu terjadi gerakan masa yang massive.
Sebagai satu pembuktian terhadap ketidaksuksesan sistim pemerintahan
dari rezim ORBA dengan PELITA-nya, yaitu diawali dengan munculnya percikan krisis moneter melanda Asia, pada saat itu rezime Soeharto tidak mampu mengatasi badai krisis moneter yang berimbas besar terhadap roda perekonomian yang sebelumnya begitu dibangga - banggakan dan disanjung - sanjung atas semua hasi pembangunan, baik berupa benda fisik maupun gaya hidup, peradaban dan kebudayaan.
Benda fisik, yaitu infrastruktur dan gedung - gedung megah di kota -
kota besar. Dan gaya hidup, yaitu selera tinggi dalam standard hidup
dan dalam orientasi pembangunan pabrikasi yang berskala internasional.
Walaupun dari kedua hasil pembangunan tersebut tidak ada yang salah,
bahkan memang seharusnya begitu, sebagai tanda ujud dari sebuah
keberhasilan.
Namun keberhasilan itu memberikan satu jawaban nyata sebagai sebuah kegagalan didalam pengelolaannya ketika itu berhadapan dengan masalah besar, yaitu krisis moneter. Pemerintah saat itu tidak mampu mengatasi serangan badai krisis dan laju pertumbuhan ekonomi pun benar - benar merayap.
Itu sebagai imbas besar akibat lumpuhnya roda perekonomian, dimana hampir sebagian besar perusahaan disemua jenis usaha, besar maupun berskala menengah, tidak mampu lagi bertahan dan bangkrut. Kemudian kondisi ini menjadi bagian dari "pemicunya" terjadinya gerakan reformasi.
Ekses dari setiap gerakan besar perubahan adalah selalu ada korban. Dan yang menjadi korban adalah rakyatnya. Sementara gerakan reformasi itu adalah gerakan yang menginginkan perubahaan terhadap sebuah sistim yang tidak lagi memberikan harapan, dimana rezimnya sendiri saat itu bertahan dengan status quo-nya.
Maka pergerakan dengan gerakan yang
sangat massive menjadi satu - satunya solusi kala itu. Jadi dengan begitu bisa dikatakan gerakan reformasi 1998 itu merupakan gerakan reformasi yang revolusioner. Karena sudah terpenuhi persyaratannya, yaitu gerakan untuk menjebol yang lama membangun yang baru.
Sayangnya gerakan ini setengah hati tidak tuntas, tak senilai dengan banyak korban berjatuhan. dengan kata lain dilakukan dengan aksi damai, yaitu diakhiri dengan kompromi.
Mungkin para reformis beranggapan dengan lengsernya Soeharto, perjuangan mereka sudah cukup dan final. Itu terbukti, ketika sambutan riuh membahana termasuk oleh para tokoh utama sesepuh reformasinya. Sehingga tidaklah salah kalau dikatakan, agendanya cuma menjatuhkan rezim Soeharto. Jadi tidak ada koreksi secara menyeluruh kepada akar masalahnya, yaitu peninjauan pada akar masalahnya.
Akar masalah ini pada sistimnya. Sistim yang telah melenakan Soeharto seperti di era orla, pengukuhan presiden seumur hidup telah melenakan Soekarno. Dan realitanya tidak pernah sistim yang ada ditinjau ulang dari berbagai sudut tinjauan.
Peninjauan ulang dan pembedahan sistim, mulai dari konstitusi yang menjadi ruh sistim itu sendiri, ketetapan sebagai perangkat hukum hingga regulasi di setiap institusi negara sampai pada tingkatan paling bawah yang ada di daerah.
Maka jangan heran, tidak ada perubahan sistim, sekalipun dilakukan amamdemen terhadap UUD-nya. Kenyataan inilah yang dimanfaatkan betul oleh para pengikut setia rezim 0RBA, yang mana hampir semua pengikut rezim, kemudian bermetamorfosi kedalam berbagai partai baru, seperti partai beranak pinak, seperti mutan yang bermutasi dalam ujud yang lain dengan niat yang sama mengejar singgasana dan pengaruh. Sedang yang sebagiannya memilih setia menetap dengan jubah kuningnya.
Kondisi seperti ini, bisa dikatakan status quo, yang menyebabkan tidak ada forum bedah ilmiah menuntut akar permasalahan kegagalannya dikupas dan dibuatkan jalan keluarnya. Tidak perlu harus cepat jika ini membutuhkan waktu, minimal ada usaha ke arah perbaikan.
Karena tidak ada perbaikan, maka yang terjadi adalah saling menahan diri dan melanjutkan saja. Pada masa ini mereka tindak lanjuti setelah lengsernya Soeharto seperti pembagian kue buat dedengkot reformis, amin rais jadi ketua mpr, gusdur jadi presiden dan mega jadi wakilnya. Dan orang - orang yang berjaya di era rezim soeharto, ikut masuk dalam barisan.
Pada masa inilah yang diklaim sebagai masa transisi, tepatnya ketika Habibie menjabat Presiden hingga laporan pertanggungjawabannya ditolak, dibalik layar mereka bikin kue kekuasaan seperti mendapatkan durian runtuh. Sementara diluar bersorak - sorai kegirangan seakan sejak dititik itu Indonesia akan lebih baik lagi kedepannya.
Kenyataan itulah, yang bisa dilihat sekarang setelah sudah lewat satu dasawarsa lebih, lebih dari selusin tahun, namun tidak ada perbaikan yang significant, bahkan kejahatan kerah putih kian merajalela yang hampir sama banyaknya dengan kejahatan dijalanan, itu tidak ada bedanya ketika di masa rezim 0RBA. Revolusi itu hanyalah
menghasilkan Revolusi Balik Nama saja.
Mei dan reformasi, reformasi yang telah diteladani oleh Ki Hajar Dewantoro, dengan tekun mengabadikan diri selama hidupnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Itu yang kian mengukuhkan kekuatan kesantunan dalam keseharian prilakunya, yang menobatkan kepada dirinya sebagai negarawan.
Untuk menjadi Negarawan seperti itu tidak dibutuhkan yang otak encer dan pandainya bersilat kata. Kecakapan budi pekerti melahirkan tutur kata yang bijak, memancarkan gerak yang santun
bijaksana. Itulah gerakan reformasi dari Ki Hajar Dewantoro. Dan kerjanya dihargai oleh masyarakatnya dan tokoh - tokoh Nasional saat
itu.
Sedang kondisi sekarang cukup dengan jualan kecap sayur. Hanya dengan jualan kecap sayur mereka bisa dipilih jadi yang berkuasa.
Tak terasa sudah 12 tahun peristiwa reformasi telah berlalu. Dan yang teristimewa puncak peristiwanya terjadi di bulan mei 1998. Bulan mei seperti "may" dalam bahasa inggris diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi semoga atau mungkin atau boleh, sehingga dapat diidentikan bulan mei itu sebagai bulan yang harapan dengan berbagai kemungkinan upaya penerobosannya.
Menyambungkan satu makna pada kata yang berbeda yang hampir mirip sebagai asumsi dibolehkan menurut logika berpikir yang memenuhi nilai - nilai kemanusian. Barangkali begitu, jika ini dilihat dari peristiwa sejarahnya bangsa Indonesia, yang terjadi di bulan mei 1998. Teristmewanya lagi adalah dihiasi dengan terjadi peristiwa – peristiwa tentang pembentukan jati diri bangsa.
Satu peristiwa pembentukan jati
diri bangsa, diawali oleh peristiwa sejarah yang disebut dengan perintis
kemerdekaan, sebagai satu bentuk keinginan yang bulat untuk hidup bersama kedalam satu bangsa, yaitu berdirinya Boedi Oetomo, ini juga terjadi di bulan mei. Kemudian lahirnya
organisasi kebangsaan itu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional, setiap tanggal 20 mei .
Selanjutnya, lahirnya Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro juga di bulan mei, tepatnya setiap tanggal 2
mei, peringatan Hari pendidikan Nasional itu dijadikan momentum sebagai semangat kebangsaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mencontoh kepada semangat dan pergerakannya yang telah dirintis oleh Ki Hajar Dewantor, dengan satu semboyannya yang sangat indah, tajam dan sarat keteladanan, yaitu “ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso tut wuri handayani”.
Semboyan itu adalah sebagai bentuk dari buah pikirnya selama mengabdikan dirinya didalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian semboyan itu dijadikan semboyan bagi Pendidikan Nasional hingga sekarang.
Sampai disini dari dua peristiwa
itu, telah sedikit memberikan gambaran satu keinginan yang sama dari semua
komponen bangsa, yaitu keinginan bersama, maju bersama dalam satu ikatan bangsa dan negara, didalamnya saling menjaga martabat dan kerukunan hidup yang menjunjung nilai – nilai keteladanan hidup dalam satu bingkai yang sama, yaitu mencapai tujuan dan cita – cita yang sama.
Kemudian juga dari dua peritiwa itu, dilihat dari sisi lain, berangkat dari keinginan luhur diatas, adalah sebagai bentuk pemberontakan. Pemberontakan secara Ilmiah, yang mengedepankan nilai – nilai Logika berpikir, bukan diatas dorongan semangat frontal yang radikal, anarkis yang non Illmiah. Pemberontakan terhadap realita yang dihadapi dari segala bentuk pembodohan dan penindasan
masal intelektual, terhadap saudara sebangsa dan setanah airnya, yang telah memperkosa nilai – nilai yang memenuhi harapan kemanusiaan.
Hal yang mei atau mungkin perlu
diperingati adalah ketika nilai – nilai kemanusiaan ini mulai dilanggar dan ketika pula pergerakan – pergerakan perlawanannya mulai dominan memenuhi setiap isi kepala di setiap kepala anak bangsanya, maka ledakan itu tak kan bisa dielakkan lagi. Seperti Peristiwa Reformasi selusin tahun yang lalu, juga di bulan mei, terlepas dari berbagai pernak – pernik yang melatar belakanginya dan hasil dari reformasi selama selusin tahun itu lebih, dari
tahun 1998 sd sekarang, baik atau buruk atau stag.
Itu intinya. Sebab sebagai manusia mahluk sosial adalah mahluk yang paling mulia, yang ingin dimulyakan dan memulyakan hidup, dirinya dan orang lain.
Bulan mei seperti awal pembukaan dan penutup disetiap perjalanan bangsa Indonesia, seperti dijalur pendidikan nasional, pendaftaran dan kenaikan kelas, tingkat terjadi diantara bulan mei.
Hampir seluruh pecinta sepakbola sejagad sudah memprediksikan final piala champion nanti bakal mempertemukan Real Madrid vs Baecelona, tak terkecuali saya dan pengurus FIFA. Pengurus FIFA sudah memplot kocokannya dengan sangat cantik waktu mau masuk ke babak perempat final, dimana kedua tim favorit tidak bertemu hingga partai final. Namun apa dikata, harapan berkata lain. Chelsea dengan mengadopsi strategi catenacio sukses membendung Barca dan Bayer berhasil memaku ronaldo Cs.
Banyak yang terpaku,, banyak yang tak mengira, banyak yang kecewa, banyak juga yang senang. Tak sedikit jua diantara mereka yang senang tim kesayangannya menang maupun yang kecewa jagoannya keok, tak sedikit yang dibumbui dengan memberikan argumentasi - argumentasinya dengan bebagai alasan yang tidak masuk, lebih karena diatas penilaian rasa kecintaannya. Sama seperti komentator yang cakap bicara tapi tak pernah berbuat yang sama , bahkan prestasi yang sama. Komentator yang tidak lagi sekedar sebagai sejawat reporter yang membuat pertandingan tidak dingin dan sepi, tapi sudah seperti pernah mengalaminya ataupun seolah selalu ikut bersama pelatih dari tim yang sedang bertanding, ketika pertandingannya berlangsung.
Pertandingn langsung final piala Champion nanti juga sudah dipastikan bakal diramaikan kembali oleh para komentator dengan komentar – komentarnya yang berapi – api yang tak ada apinya. Tapi yang pasti laga Final akan digelar kalau tidak ada aral dan rintangan. Laga Final nanti tetap bakal menarik, meski tidak ada pemain mega bintangmya. Inini adalah final Ideal .
Final Chelsea dan Bayer Munchen, laga yang akan dibumbui oleh perseteruan dendam lama antara tim Inggris dan German. Satu catatan saja, melihat dari jalannya semifinal kemaren dan pertandingan dari kedua tim. Chelsea mengedepankan focus dan seriusnya, sedangkan dan Munchen dengan mengedepankan ketenangan. Keduanya sama – sama dipecundangi di laga lokalnya.
Bayer Munchen sedikit lebih diunggulkan diunggulkan karena menjadi tuan rumah. Tapi bagimu, terserah apa katamu, mana yang kan kau pilih ataupun tidak memilih. Izin kan saya untuk meng-unggulkan Bayer Munchen. Bagimu terserah apa katamu.. Namun pilihan itu akan terus berubah sampai dengan hari ha. Satu yang tidak akan berubah pisgor dan kopinya.
Dari semua peristiwa tindak kejahatan, yang paling tidak bermoral adalah kejamnya seorang bapak menghamili anak kandungnya sendiri. Biadab.
Membaca berita ini, membuat makan tak berselera, ingin rasanya memecahkan kepala si bapak yang amoral itu. Meski anak itu bukan anak kandung saya, bukan saudara sedarah ataupun sanak familiy. Tapi kemarahan dalam ikatan satu bangsa.
Apa yang menimpa anak sekecil itu, terasa menusuk ulu hati. Dan Si bapak berhak melemparkan ayat - ayat setannya sebagai alasan pembelaannya, tapi itu tidak akan mengubah stempel amoralnya, biadabnya. Perbuatannya tak termaafkan.
Perbuatan seperti itu, tidak bisa disalahkan oleh karena pengaruh external oleh eforianya sex bebas, prilaku sex menyimpang dan problem penyaluran sex, tapi sekalipun demikian, tidak bisa dipungkiri itu juga ikut mewarnai yang melatarbelakangi birahinya.
Didalamnya sudah bertumpuk antara minimnya bekal pendidikan, status sosial, perlakuan sosial dan pengaruh sosial. Dan itu tidak bisa diurai lagi untuk dibedah, mencari yang menjadi penyebab utama prilaku menyimpang yang amoral.Itu sudah satu kesatuan yang melebur seperti makanan baru yang bantat, keras dan kesat rasanya.
Walaupun hukuman berat sudah dijatuhkan sebagai ganjaran, namun itu tidak akan mampu mengembalikan suasana kejiwaan anaknya hingga ia tumbuh dewasa.
Walaupun semua pihak telah menyaksikan imbalan hukum, mereka semestinya sadar ini adalah masalah besar yang tersembunyi yang bagaikan gunung es.
Tindakan yang diperlu kedepannya, yang terdekat adalah menyelamatkan anak sebagai korban. Memulihkan traumanya, membangkitkan semangat hidupnya, meyakinkan kembali harga diri dan keceriaannya yang telah hancur meledak berkeping - keping oleh kebiadaban seorang teroris terhadap kedaulatan keluarga, yang seharusnya melindungi, mengayomi dan menafkahinya jika memang tidak bisa mendidik dan membina.
Langkah kedua, si anak juga harus dioperasi, mengangkat janin jika ada yang jadi, sama seperti mengangkat tumor, bukan membiarkan anak yang didalam kandungannya dibiarkan tumbuh. Sebab itu malah akan merusak perkembangan kejiwaan si anak yang mau dipulihkan kepercayaan dirinya.
Ketiga, andil besar Pemerintah dalam kasus seperti ini adalah segera membuat program konkrit pemerataan kebutuhan pendidikan dan penghidupan ke segala pelosok di wilayah NKRI, melibatkan semua struktur aparat dan komponen masyarajat. Jangan ada satu warga negara pun yang luput dari perhatian.
Perhatian dalam kebijaksanaan bukan diatas keprihatinan ataupun kecurigaan atau atas nama kemanusiaan a, c ,d pada pelaku. Sebab ini adalah masalah bangsa yang konkrit, masalah generasi.
Judulnya sudah tidak aneh ya... Sudah sering didengar, sering dibaca, bahwa dalam mendidik anak tidak cuma cukup hanya sekedar
memberinya kebutuhan hidup saja. Bahkan mungkin diantara kita juga pasti ada yang sudah menerapkannya dengan baik.
Tapi tidak apa - apa juga kan kalau menulis lagi tentang ini?
Mudah - mudahan ada manfaatnya, ada sesuatu yang baru yang bisa diambil dalam tulisan ini.
Dan tulisan ini juga menyambung dengan tulisan saya tentang "Insting Bringas", judul itu berangkat dari kegetiran membaca berita atas peristiwa pembunuhan kakak kandung sama adik. Pada tulisan disini lebih diperjelas ke sasarannya,
tapi bukan tentang peristiwanya yang mau dikupas, tekanannya pada sebab akibatnya.
Nah dalam hal ini mau mengupas tentang bagaimana peranan orang tua mendidik dan membina anak menjadikan si anak kelak besar berlaku seperti doa orang tua ketika anak baru lahir.
Peranan orang tua didalam mendidik dan membina anak itu menjadi sangat menentukan didalam pembentukan mental dan kepribadiannya. Walaupun ada juga pengaruh besar dari lingkungan dimana si anak tumbuh besar ( baik yang buruk maupun yang baik ), serta sifat - sifat yang melekat bawaan lahir.
Pengaruh - pengaruh itu bisa dikelola dengan baik jika orang tua memberikan porsi besar mengambil peranannya dalam mendidik dan membina anak.
Sebaliknya jika tidak begitu, maka si anak akan digulung dengan pengaruh - pengaruh luar yang tiada henti datang bertubi-tubi dari segala penjuru, lingkungan, media. Bersyukur kalau yang diserapnya pengaruh baik saja, tapi kalau pengaruh buruk ?
Bisa - bisa sesal kemudian tak mungkin
dikembalikan. Disini yang harus diperhatikan dan dipahami adalah pengaruh - pengaruh dari luar ini
tidak bisa dihindarkan. Dengan begitu, kita sebagai orang tua dapat menyadari, dalam mendidik anak itu tidak cepat memberikan batasan - batasan geraknya atau dicecar dengan larangan yang ujungnya jadi sering mengumbar kata - kata larangan. Ini selain tidak akan menghasilkan terbentuknya karakter anak yang kelak besar siap mamdiri pada saat memasuki usia sekolah, sebaliknya hanya akan membuat kita jadi uring - uringan dibuatnya.
Kenapa demikian?
Sebab semakin sering kita menanamkan pada anak larangan, itu akan mematikan kreativitasnya yang sedang tumbuh dan mesti diasah. Tumbuh berkembangnya kreativitas pada anak itu tidak akan berjalan dengan sendirinya, harus ada yang lain yang menuntunnya, harus ada orang lain yang membantunya, hingga si anak terlatih dan terasah. Itu yang disebut diarahkan bakat dan
Dalam mengarahkan ini dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Dan kalau kita kurang sabar dan telaten, jangan kaget nantinya. Sebab tidak jarang malah akan membuat si anak tidak betah dengan apa yang sedang dikerjakannya, karena pada usia tersebut apa yang dilakukan anak itu sekedar coba - coba, sekedar ingin tahu saja. Jika pada fase ini jika terlewati jangat kaget lalu si anak menjadi lebih mengakrabi pengaruh dari luar.
Sederhananya, ada beberapa point yang harus diupayakan untuk dihindari sebagai langkah:
Tidak membanggakannya atau mengeluhkannya pada orang lain, apalagi didepan si anak.
Tidak memarahinya didepan saudaranya apalagi didepan umum
Tidak ikut campur apalagi membelanya ketika si anak berkelahi dengan temannya.
Membiasakan kepada si anak untuk segera minta maap pada temannya jika lagi berselisih.
Perhatikan perkembangannya dari kejauhan, tidak lekas curiga dengan aksi perubahan sikap si anak dan menegurnya.
Jangan terlalu sering memerintahkan anak untuk belajar.
Berikan hukuman jika si anak melakukan kesalahan, tapi tidak memberatkannya disesuaikan tingkatan usianya, diikuti dengan memberikan peringatan.
Jangan sekali - sekali keluar kata perintah kepada si anak ganti dengan kata permohonan "bisa tolong / bantu"
Demikian, semoga ini bisa diterapkan oleh orang tua dengan segala status sosial ekonominya. Tapi poin - poin diatas juga akan gugur bila tidak
ada ketauladan dari kedua orang tua dan tidak ada kerjasama yang baik dari ayah dan ibunya
dengan kadar sayangnya yang tidak seiring diantara keduanya.
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang pesat sebagai tanda tegaknya
kedaulatan Negara. Kedaulatan ini harus di imbangi dengan arah
pembangunan yang jelas bagi terciptanya perputaran ekonomi yang dinamis
dengan memaksimalkan sumber alam dan sumber daya manusianya yang
didalamnya didorong oleh sistim pengupahan yang layak hidup kearah
sejahtera. Jika tidak, Kedaulatan itu hanya sebatas kemerdekaan tinggal
dan berserikat. Mendorong rakyat untuk berkompetisi adalah baik dan
sangat dianjurkan, sebab itu dapat memacu peningkatan kemampuan
potesinya. Namun, membiarkannya berkompetisi tanpa ada pembinaan, arahan
dan kontrol dari pemerintah, memicu terciptanya hukum rimba, manusia
satu dengan yang lain saling bergesekan tak terkendali. Satu tingkatan
kondisi itu dapat menguntungkan pemerintah, mengurangi beban. Tapi pada 3
tingkatan diatasnya, dalam jangka panjang, membuat dinamika ekonomi
menjadi stag, berkutat dilingkaran tertentu. Tentunya ini memberikan
peluang besar bagi terciptanya persaingan yang kian tidak sehat,
menumbuhkan bibit gangster - gangster yang siap membunuh siapa saja. Dan
ini sudah terjadi, contoh - contohnya banyak, Parpol salah satu
gangsters formal. Itu semua adalah hasil dari pembangunan sebelum -
sebelumnya. Dan ujungnya terus terjadi tolak tarik.
Tolak tarik pembangunan sudah pasti menghambat cita - cita Negara,
membuatnya tidak pernah menunjukkan peningkatan yang significant, slalu
tertinggal 2 langkah dengan negara tetangganya, bahkan oleh negara
Vietnam sekalipun. Disamping itu memperburuk norma - norma kaidah hidup
yang selaras etika peradaban yang memenuhi harapan kemanusiaan dalam
ikatan berbangsa dan bernegara. Kembali muaranya adalah akibat tidak
jelasnya arah, tumpang tindihnya pengaturan, hingga mengabaikan jeritan
suara rakyatnya.
Bagi Rakyat, negara menjadi rumah tinggalnya. Yang dibutuhkan mereka
bukan dibuatkan tempat tinggal, sebab tempat tinggal itu adalah hak
asasi. Berdirinya tempat tinggal sepadan dengan kesejahteraannya,
artinya ditentukan oleh tingkat kemampuan finansialnya. Kemampuan
finansial ditentukan oleh pekerjaannya. Berikan pekerjaan yang diupah
pantas layak hidup, bukan alakadarnya diatas belas kasihan (sisthm upah
buruh harian/bulanan lepas yang menyayatkan) dan mengukur tingkat
pengabdiannya ( sistim upah honorer cpns yang menganiayakan). Sebab itu
adalah bagian dari bentuk penyelewang Pemerintah pada Negara, melakukan
pembiaran dan pengabaian terhadap satu unsur dari negara, sdm.