Kenaikan harga telur di pasaran sangat berdampak terhadap para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sebab, kenaikan harga telur ayam belakangan ini membuat keuntungan yang didapat menjadi menipis.
Para pelaku UMKM yang memanfaatkan telur ayam sebagai bahan baku pun dilema karena mereka tidak tega menaikan harga ke pelanggan, namun di satu sisi harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli telur.
"Sudah semingga harga telur naik, dulu biasa beli Rp28 ribu/kg sekarang harganya Rp32 ribu sampai Rp35 ribu/kg," ungkap Dinas Kusnawati (43) salah seorang penjual roti asal Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Senin (29/8/2022).
Pemilik toko kue Nareen Cake & Bakery ini mengaku dalam sekali membuat kue atau roti menghabiskan 6-8 telor.
Sementara jika membeli satu kilohram rata-rata berisi 15-16 butir, sehingga untuk dua kali pembuatan sudah bisa menghabiskan 1 kilogram telur.
Alhasil dengan naiknya harga telur membuat pengeluarannya membengkak. Untuk sementara ini, Dina memutuskan tak menaikan harga jual ke pelanggan tetapnya karena sudah terbiasa dengan harga yang selama ini.
"Saya biasa jual kue dan roti premium, misalnya bolu ulang tahun harganya Rp200 ribu sampai Rp280 ribu. Kalau untuk roti satuan dijual Rp10 ribu sampai Rp15 ribu. Jadi meski harga telur naik, saya masih jual dengan harga lama ke pelanggan," terang Dina.
Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), KBB, Asep M Azhar mengatakan, harga telur ayam broiler saat ini memang sedang naik.
"Naiknya harga telur itu karena pasokan yang kurang sementara permintaan tinggi. Untuk KBB telur dipasok dari wilayah Tasik dan Brebes," katanya.
Penyebab Kenaikan Harga Telur
Berdasarkan sejumlah data diketahui bahwa harga telur naik sekitar 6,83 persen per tanggal 26 Agustus 2022.
Namun, peningkatan harga telur tersebut telah dimulai sejak bulan Juli 2022, lalu dengan rincian, pada 29 Juli 2022 harga telur diketahui mencapai angka Rp29.400/kg. Tetapi, pada tanggal 5 Agustus 2022, harga telur ayam pun sempat turun menjadi Rp29.300/kg.
Lalu, pada 12 Agustus 2022, harga telur pun kembali naik di pasaran yaitu Rp29.500/kg. Mengejutkannya, pada 19 Agustus 2022, harga telur ayam meroket hingga Rp30.800/kg.
Terakhir, pada 26 Agustus 2022, harga telur ayam pun melejit hingga Rp31.300/kg.
Menteri Perdagangan (Kemendag) Zulkifli Hasan menyebutkan bahwa harga telur itu naik akibat kurangnya suplai. Ia pun memprediksi bahwa kondisi naiknya harga telur ini akan bertahan hingga dua minggu ke depan.
“Biasa kalau suplai kurang dikit, kaget, harga naik. Mudah-mudahan paling lambat dua minggu sudah normal harga telur ayam..nanti juga akan kita tambah (jumlah) ayam petelur,” katanya, dikutip dari Antara, Minggu, 28 Agustus 2022.
Selain kurangnya pasokan, ada sejumlah penyebab lain yang membuat harga telur meroket, diantaranya yaitu adanya peningkatan permintaan telur ayam seiring pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Selanjutnya, bahan baku pakan ayam yang meningkat juga menyebabkan harga telur naik. Tak hanya itu saja, peningkatan stok telur oleh pedagang besar hingga pemenuhan keperluan untuk mendukung program bantuan sosial pun menjadi sejumlah faktor yang menyebabkan harga telur meningkat.
Nantinya, Pemerintah juga akan melakukan beberapa upaya untuk mengendalikan harga telur ayam tersebut, diantaranya dengan menyediakan jagung pakan ayam yang sesuai dengan harga acuan pemerintah, yaitu Rp4.500/kg.
Adapun, jumlah ayam petelur akan diperbanyak, peternak dan pedagang juga dihimbau untuk meredam laju kenaikan harga telur tersebut.
Peternak dan petelur disarankan untuk bekerjasama dengan Badan Pangan Nasional dan Kementerian Pertanian guna menciptakan iklim usaha perunggasan yang kondusif.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan bahwa harga telur mungkin saja turun, namun tak akan sampai ke harga Rp19.000/kg lantaran akan mematikan para peternak.
"Kalau harga menjadi Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilogram peternak pasti kolaps dan mereka bakal kapok menjadi peternak," ujarnya.
Meski demikian, Arief mengatakan bahwa ada sejumlah hambatan yang diprediksi dapat timbul setelah harga telur ayam kembali normal.
"Namun apa yang terjadi setelah harga kembali normal. Pengadaan ayam petelur itu tidaklah mudah. Butuh waktu lima hingga enam bulan agar ayam bisa bertelur kembali," tuturnya.
Oleh karena itu, ia meminta sejumlah lembaga untuk saling berkoordinasi menciptakan keberimbangan produksi dan konsumsi di kalangan masyarakat Indonesia.
Ia pun menyarankan agar Kementerian Sosial memetakan daerah-daerah rawan kemiskinan agar mendapatkan pasokan telur ayam dan sejumlah bahan pangan lainnya.
"Tidak hanya telur ayam tetapi juga sembilan bahan pangan lainnya kita akan siapkan sebagai upaya tercapainya keseimbangan antara konsumsi dan produksi," ujarnya.
No comments:
Post a Comment