Thursday 24 November 2022

Sepinya Mal Elit Ratu Plaza Dulu Tempat Syuting Film Warkop

Sepinya Mal Elit Ratu Plaza Dulu Tempat Syuting Film Warkop

Sepinya Mal Elit Ratu Plaza Dulu Tempat Syuting Film Warkop








Mall Ratu Plaza adalah salah satu mal elit di era 1980-an hingga menjadi pusat tren di Jakarta Jakarta. Ratu Plaza yang masih berdiri kokoh sejak pandemi hingga kini semakin sepi.







Ratu Plaza terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan yang bersebelahan dengan gedung Bank Panin dan masih menjadi bagian dari kawasan komplek olahraga Gelora Bung Karno Jakarta.


Dikutip dari Encyclopedia Jakarta, Ratu Plaza adalah salah satu pusat perbelanjaan dan perkantoran di Jakarta yang dibangun pada tahun 1970-an.


Bangunan Ratu Plaza ada yang difungsikan khusus untuk perkantoran dan ada pula yang dipakai sebagai pusat perbelanjaan. Pada tahun 1980-an pusat perbelanjaan Ratu Plaza sangat populer di kalangan masyarakat Jakarta.


Kini jumlah pengunjung yang mendatangi mal itu bisa dihitung jari. Kios-kios di mal ini juga lebih banyak yang sudah tutup ketimbang yang beroperasi.


Tulisan Ratu Plaza yang berada di depan gedung pintu masuk pun semakin memudar seiring dengan pudarnya kejayaan mal. Hal ini juga ternyata terjadi juga di mall lainnya di Jakarta.







Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi pusat trend memiliki banyak mal yang paling banyak dibanding kota-kota lain di Indonesia yang juga bisa dikatakan mall legendaris.


Tren pembangunan mal di Jakarta mulai menggeliat pada tahun 90-an. Saat itu banyak pengusaha atau konglomerat negeri ini yang membangun mal mewah di beberapa tempat strategis untuk memenuhi kebutuhan warga Ibu Kota yang senang berbelanja.


Tapi, memasuki 2020, beberapa mal di Jakarta yang dulu ramai, nge-hits, dan sering jadi tempat nongkrong anak muda, sekarang kondisinya sepi, bahkan mulai sejak pandemi ada yang mati suri. Berikut 4 mal lainnya selain mal Ratu Plaza di Jakarta yang dulunya ramai, sekarang sepi.



Blok M Mall



Blok M Mall, yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini dulunya adalah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di era 90an. Mal ini terbilang unik, karena menjadi mal pertama di Indonesia yang dibangun di bawah tanah. Di atasnya dibangun terminal bus yang juga paling modern saat itu. Karena letaknya yang menyatu dengan terminal bus, maka wajar kalau Blok M Mall yang mulai dibuka pada 1992, dulunya sangat ramai dikunjungi, karena aksesnya yang begitu gampang.


Foto: Mall Blok M (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)


Setelah turun dari bus, kita bisa langsung masuk ke mal lewat tangga peron yang ada di setiap jalur bus. Blok M Mall terkenal sebagai pusat penjualan fashion remaja. Banyak toko-toko yang menjual baju, celana, sepatu, dan berbagai jenis aksesoris dengan harga yang terjangkau.







Tapi, masa keemasan Blok M Mall saat ini memang sudah pudar. Tidak ada lagi keramaian orang-orang seperti yang dulu bisa kita temui di sini. Selasar Blok M Mall yang dulu sering membuat kita susah jalan karena saking ramainya orang yang lalu lalang, sekarang kondisinya sangat sepi karena banyak toko-toko yang sudah tutup. Tinggal menyisakan beberapa toko saja yang masih bertahan buka, itu pun kata pedagangnya omzetnya menurun drastis.


Meski demikian, pihak pengelola mengklaim kondisi saat ini sudah lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu. Pada masa awal Covid, keberadaan pengunjung saat minim, namun saat ini diklaim lebih baik.


Meski diklaim sudah lebih baik, namun nasib Blok M Plaza berbeda jauh dengan yang terjadi di mal Pakuwon lainnya. Kota Kasablanka dan Gandaria City selalu ramai setiap harinya. Stefanus pun mengakui bahwa okupansi mal tersebut sangatlah tinggi.


"Macam-macam tergantung mal. Di kita (yang) sudah di atas 80-90% Kota Kasablanka, Gandaria City," kata Dewan Pembina DPP Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) tersebut.


Masyarakat memang lebih senang mengunjungi mal-mal baru dengan konsep yang unik dan Instagramable. Alhasil, mal legendaris mulai ditinggalkan, termasuk Mal Blok M yang kini sepi dan tak lagi dipadati pengunjung muda dan tua.



Pasaraya Manggarai



Pasaraya adalah salah satu mal legendaris di Jakarta, yang didirikan oleh pengusaha Abdul Latief pada 1974. Pasaraya Manggarai adalah toko kedua Pasaraya, setelah yang pertama berdiri di Blok M. Dulunya, Pasaraya dikenal sebagai departemen store eksklusif dan terbesar di Indonesia, yang menjual segala kebutuhan, dari mulai fashion, kerajinan, peralatan rumah tangga, buku, serta dilengkapi pula dengan supermarket dan beberapa restoran.


Pasaraya Manggarai dulu punya tagline “Young and Trendy”, yang artinya mal ini menyasar kelompok masyarakat muda yang ingin tampil trendi. Dulu, di atas bangunan Pasaraya Manggarai juga terdapat kolam renang yang besar, dan kantor stasiun radio anak muda terkenal di Jakarta, yaitu Radio SK. Radio humor yang banyak melahirkan selebritis top, seperti Eko Patriot, Parto, Komeng, alm Taufik Savalas, dan Ulfa Dwiyanti.


Beberapa event anak muda pun kerap digelar di sini. Maka wajar pula kalau dulu Pasaraya Manggarai sangat ramai pengunjungnya, apalagi bila akhir pekan. Apalagi lokasinya juga berseberangan dengan terminal bus Manggarai.


Tapi sayang, kejayaan Pasaraya Manggarai sepertinya saat ini hanya tinggal kenangan saja. Setelah pengunjungnya kian sepi, sejak masuknya pandemi Covid-19, Pasaraya Manggarai sudah tidak pernah dibuka lagi. Sekarang tinggal gerai J.Co Bakery dan KFC yang masih membuka gerainya di lantai dasar.


Pasaraya Manggarai kian sepi pengunjung sejak tahun 2017, saat itu hanya tiga lantai gerai Matahari saja yang dipadati pengunjung. Masyarakat beramai-ramai memburu barang yang diberi label potongan harga mulai dari 20-75 persen.


Meski lokasinya berdekatan dengan ITC Roxy, keadaan di dalamnya jauh berbeda. Saat itu pula di pintu utama Roxy Square, terasa begitu hening, tanpa musik ataupun suara layaknya tempat perbelanjaan, banyak toko-toko yang ditutup dengan rolling door. Hal itu menandakan tidak ada lagi aktivitas yang berlangsung. Kemungkinan lain, toko-toko tersebut sedang tutup dan akan kembali buka dalam beberapa hari.


Bahkan di tahun yang sama dua gerai Matahari di Pasar Raya Manggarai dan Pasar Raya Blok M akhir bulan ini tidak lagi beroperasi. Pengunjung sepi menjadi alasan kedua gerai tersebut gulung tikar.



Mal Golden Truly Gunung Sahari



Sebelum adanya Transmart atau Hypermart, Golden Truly merupakan pusat perbelanjaan dengan konsep super store pertama di Indonesia yang dibangun oleh pengusaha lokal Sudwikatmono. Setelah membuka toko swalayan dan departemen store di beberapa lokasi di Jakarta, Golden Truly lantas membangun toko yang paling besar dengan konsep mal di daerah Gunung Sahari, Jakarta Pusat, pada 1990.


Foto : ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA


Ketika dibuka, mal ini langsung ramai diserbu pengunjung, karena isinya lengkap dan barang-barangnya juga berkualitas. Beberapa gerai resto ternama juga pernah buka di sini, termasuk toko buku Gramedia. Ada kebanggaan bagi warga ibukota saat itu bila bisa berbelanja di Golden Truly. Tapi, lagi-lagi karena pengunjungnya yang kian sepi, per 1 Desember 2020 Golden Truly Gunung Sahari resmi berhenti beroperasi. Sementara toko Golden Truly di lokasi yang lain sudah tutup lebih dulu. Sekarang tinggal beberapa gerai resto seperti HokBen, KFC yang masih buka di lantai dasar bangunan malnya.



Istana Pasar Baru



Pasar Baru merupakan salah satu pusat perbelanjaan tertua di Indonesia karena sudah ada sejak tahun 1820, atau dibangun oleh Belanda. Sampai 1990-an, Pasar Baru masih menjadi tempat belanja yang menarik karena berkonsep street walk dan open air.


Pada 1987 di sini dibangun Istana Pasar Baru, sebuah mal yang memiliki fasilitas gedung parkir setinggi 10 lantai. Sejak adanya Istana Pasar Baru, pengunjung Pasar Baru pun jadi tambah ramai, karena pengunjung nggak kesulitan lagi untuk mencari parkir.


Tapi, kejayaan Pasar Baru sebagai pusat perbelanjaan tertua kian pudar seiring makin banyaknya mal-mal baru berdiri di Jakarta. Sekarang Pasar Baru termasuk Istana Pasar Barunya hanya dikenal sebagai pusat penjualan bahan tekstil, yang pengunjungnya tidak seramai dulu.


No comments: