Saturday, 29 March 2014

Wanita - Wanita Menggugat

Wanita Menggugat
Wanita menggugat, tulisan ini sambungan dari judul "Dedeh Wanita Menggugat", dihubungkankan dengan kejadian kriminal yang akhir - akhir ini diwarnai oleh pelakunya para wanita, dari kasus penculikan anak hingga anak yang dianiaya oleh kekasih ibunya sampai TKI yang akan menghadapi hukuman pancung di Saudi Arabia.

Semua melengkapi isi yang akan diurai pada tulisan kali ini, tentang harkat martabat wanita dalam kedudukannya sebagai Mahkota Negara dikaitkan dengan hadits " Idza Shaluhat Shaluhat bilad", yang uraiannya akan dihubungkan dengan UUD 45 tentang fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dalam ruang lingkup wanita dan peranannya berikut cetusan hari - hari yang dibesarkan, seperti hari ibu, hari kartini, hari kasih sayang dan hari - hari yang lainnya dalam lingkaran harkat dan azasi.


Mari kita kupas..

  • apa yang menyebabkan wanita memperlihatkan lekuk tubuhnya untuk mengundang birahi...
  • apa yang menyebabkan wanita menganiaya darah dagingnya sendiri..
  • apa yang menyebabkan wanita mudah termakan janji..
  • apa yang menyebabkan wanita tidak mampu menenangkan hatinya ( mudah panik ) dalam situasi yang genting..


Kesemuanya jawabannya cuma satu, kembali ke hadits Idza Shaluhat shaluhat bilad. Hadits ini bukan menggambarkan permintaan atau tuntunan kepada kaum hawa, Idza Sholuhat, bahwa wanita itu harus solehah. Namun tidak jarang hadits ini dijadikan pemagar bagi para wanita, terutama gerak wanita dalam berbusana, berkepribadian oleh kaum adam yang pikiran dan geraknya terfokus pada kehidupan seksualitasnya.

Realitas yang dihadapi kaum hawa seperti itu, ujungnya wanita hanya dijadikan pemuas nafsunya. Hadits dan ayat hanya dijadikannya sebagai perayu untuk merebut mahkotanya, contohnya kawin kontrak. Dari sana terbentuklah penilaian yang menyelubungi pendirian masyarakat, yakni Wanita itu bagian dari simbol - simbol sukses kaum adam.


Sebaliknya, tuntunan demikian, pada permulaan, disaat wanita mencapai kematangan seksual, kematangan usia dan kemandiriannya, mendorong wanita, berhadapan dalam kepanikannya menyongsong masa depannya.

Kondisi seperti ini membikin wanita siap dimadu, siap memperlihatkan lekuk tubuhnya, siap menerima rayuan indah seindah hidup di surga khayalan yang membuai angannya.

Kalaulah yang mendorong ini lingkungannya, maka lingkungan itu terikat erat dengan wilayah, dalam skup besar yang disebut wilayah itu bilad sama dengan negara. Dengan begitu Negaralah yang membikin semua menjadi begini atau begitu. Sedangkan dalam Negara, yang menggerakkannya itu pemerintahan, sebagai pengendali kewenangan otoritas wilayah, dari pusat ke bawah secara struktural vertikal.

bersambung








Wednesday, 26 March 2014

EL CLASSICO II 2014

EL CLASSICO II 2014
La liga Spanyol, selalu menghadirkan perseteruan seru antara real madrid vs barca. Liga ini sepertinya hanya memiliki dua tim saja yang menjadi maskot daya tarik la liga . Tim - tim lain seperti penggembira, atau tetapnya jadi penopang statistik bagi kedua tim tersebut dalam jumlah gol dan pencetak gol.


Namun biarpun begitu, buat penggemar sepakbola, perseteruan keduanya selalu menarik untuk ditonton. Pertandingan el clasico jilid dua kemaren, lebih menarik dibanding jilid pertama. Melihat kualitas keduanya, hasil akhir sudah tidak lagi menjadi ukuran.


Mau begini




atau begini




sama saja


Madrid yang mengandalkan pencetakan aerobik pada struktur anatomi pemain - pemainnya, lihat saja perubahan para pemainnya sebelum bergabung dan sesudahnya, yang sangat bisa dilihat pada fostur Di maria sekarang, Redondo dan steve mc manaman, tahun 90an. Kebutuhan aerobik ini jika dilihat dari gaya bermainnya dari masa ke masa menjadi kongruen, dimana kecepatan pergerakan , kekuatan body dan  keindahan overan yang selalu diperlihatkannya. Ini seperti meracik pola dari Eropa Timur dengan Total fotball.

Sedangkan Barca lebih mengandalkan Kecepatan dan keindahan gaya amerika latin dengan Total fotball. Hampir semua pemain muda terbaik di dunia berharap dapat dipinang diantara kedua klub tersebut. Jadi tentunya menjadi tontonan yang punya magnet tersendiri. Sehingga hasil akhirnya..


Begini




atau begini




sama saja


Perseteruan itu selalu menarik oleh karena kedua klub yang bekerja adalah sistem berdasarkan visi dan misinya masing - masing. Sehingga siapa pun yang menjadi pelatih, pola dasar permaian diantara keduanya selalu begitu dari masa ke masa.  Pertandingan jilid kedua la liga periode 2013 - 2014 bukan jumlah golnya saja yang membuat pertandingan ini menarik, karena 3 gol lahir dari tendangan finalti. Yang membikin menarik perseteruan, pertama adalah sebelum pertandingan ini berlangsung, ada persetruan yang tak kalah serunya, yakni dilintasan motoGP seri perdana di Qatar, antara Valentino Rossi dan Mac Marquesz. Kedua, pada saat laga itu berlangsung, bukan karena lahirnya satu kartu merah dan banjirnya kartu kuning, tapi perseteruan anatara Lionel Mesi dan Christiano Ronaldo yang diciptakan oleh media.

Friday, 21 March 2014

Pembangunan itu Ke Gurun Ikut Ke Kutub Turut

Pembangunan itu Ke Gurun Ikut Ke Kutub Turut


Mungkin tidak sedikit yang mencela produk - produk buatan China, tapi yang mereka tidak tahu China tahu orang sayang uang. Meski di cela, harus diakui China berhasil meraup uang dari orang - orang yang sayang uang.

Tetangganya Korea selatan berlari juga, sukses dengan segmentasi barang aksesoris imitasi yang teristimewa gadget sejuta umatnya, samsxxng merajai disemua lapisan strata sosial, dari model yang termahal sampai harga eceran, suksesnya gadget samsxxng tidak terlepas dari suksesnya mengeksport drama korea dan kpop-nya. Ras kuning identik dengan keuletan, termasuk pendahulunya, Jepang.


Eropa. kumpulan negara yang dibangun hasil menjarah kekayaan alam benua asia, afrika dan amerika pasca perang salib. Dari sana telah mengangkat strata sosial masyarakatnya, strata sosial ini identik dengan selera gaya hidup.

Dengan dukungan dana yang cukup, cukup untuk mengeksplore ilmu pengetahuan, untuk membangun peradaban eropa modern. Ilmu pengetahuan ini bukan ide hasil lamunan, tapi warisan yang mereka sadap peradaban yahudi selama ribuan tahun dipangkuan peradaban para nabi.

Sehingga mereka akan selalu maju dua tiga langkah dari negara - negara dunia ke-3, termasuk China dan Jepang. Selain mampu melahirkan produk baru juga kualitas pun selalu diatas. Produk unggulannya Industri alat berat, instalasi industri, otomotif, dirgantara, artileri dan teristimewa alat komunikasi.


Dari kedua model, gaya eropa ( termasuk amerika serikat didalamnya ) dan Mongolia (China dan Jepang), Indonesia tidak masuk diantara keduanya. Selain itu tidak jelas apa yang mau dicapainya, sedangkan yang selalu didengung - dengungkan pengen jadi negara besar.

Pada sudut lain gerakan dengungan itu, memang berhasil menjadikan Indonesia negara besar, tapi besar penduduknya dan besar kepalanya, bukan besar dananya, selain itu kerjanya tidak ada kecuali memeras, mengucilkan, mengerjai bangsanya sendiri.

Dari situ itu, melahirkan konsep tak tertulis tentang konsep pembangunannya, yang seperti judul lagu ciptaan Titik Puspa " CINTA",ke gurun kau ikut ke kutub kau turut. Dan setiap ocehannya pengambil kebijakannya tidak bisa dipegang, "mudahnya buat janji semudah ingkar janji". sedehananya menjadi pembual kata.

Yang demikian ini bukan begitu saja lahir atau bukan menjadi karakter asli. Ini akibat sistem yang mendukung tumbuhnya pembentukan karakter - karakter demikian. Yang semodel ini juga ada di negeri lain, termasuk di China. Pembedanya China punya data karakter bangsa lain dan data tehnologi.

Kesuksesan China perpaduan antara historis sebagai pedagang, pos outlet yang ada di setiap negara dengan ketajaman MAO Zedong memadukan kedua tersebut dengan potensi dalam negerinya, baik SDA maupun SDM. outlet ini outlet abadi bukan outlet lisensi sebagai kekuatannya. outlet abadi seperti China Town di Amerika.

Lalu Indonesia?

Belum apa - apa bangsa kita ini ge-eran, baru menetap setengah abad di negeri orang sudah ge-er bikin perkumpulan perantauan yang mereka sebut Diaspora Indonesia.

Ada Diaspora Indonesia?

Kagak ada. itu cuma ngaku - ngaku saja. Contoh lain yang mereka ajukan sebagai perantauan Indonesia, salah satunya, itu yang tinggal di Belanda yang kagak bisa pulang karena asal yang melatarbelakanginya karena konflik politik.


Nah!!! Kalau itu sih bukan perantauan, tapi mereka yang minta suaka kemudian dapat suaka.

Kenapa bisa disebut bukan perantauan?


Karena masih kental karakter keindonesiaannya, baik nama, logat dan kerinduannya yang turun pada turunannya disana. Jadi Lebih tepatnya masih bisa disebut warga negara Indonesia yang sedang terkendala untuk pulang ke kampung halamannya.

Begitu yang tinggal menetap di negara lain. sama. Datang kesini ( Indonesia ) kebanyakan juga lebih cenderung menggerecoki negerinya sendiri dibanding menyuplai kekuatan energi positif. Itu ketidaksamaan antara China perantauan dengan warga negara Indonesia yang menetap di negeri orang ( meski berganti status kewarganegaraanya ).


Balik lagi ke masalah dalam negeri tentang pembangunan dan hasil dari itu..


Bersambung..

Wednesday, 19 March 2014

Dedeh Wanita Menggugat

Dedeh Wanita Menggugat
Disamping wanita lemah harus ada lelaki yang kuat 
Disamping wanita kuat harus ada lelaki yang kuat 



Kasus seorang ibu mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya adalah bagian - bagian dari fenomena sebagai buah perjalanan. Potretnya itu bukanlah pada si ibu itu yang mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya, tapi bagaimana pada reaksi - reaksinya. Melihat, membaca reaksi atas kasus tersebut, macam - macam, yang maknanya sama, ada yang mencela, ada yang menghujat, ada yang iba, ada pula yang biasa - biasa saja, ada juga yang mencoba mengukur dengan kehebatannya atau orang - orang disekitarnya atau dari cerita orang dalam menghadapi cobaaan hidupnya agar orang lain tidak mengambil jalan pintas seperti si ibu atau kehebatan orang lain (seolah - olah sudah menjadi mahluk yang sempurna).. dan banyak lagi macam reaksi terhadap itu. Ini semua adalah bentuk reaksi, bentuk reaksi itu adalah hasil, dan hasil itu buah dari perjalanan.

Buah perjalanan sangat ditentukan oleh langkah kaki pertama, ditentukan ketika langkah pertama berjalan. Ini bukan persoalan yang menyangkut langkah pertama orang perorang, tapi ini menyangkut buah perjalanan dari sebuah negara besar Indonesia. Negara yang bangsanya selalu berbangga dengan kebesaran bangsanya, selalu berbangga dengan keramahtamaannya, selalu berbangga dengan tolerannya, selalu berbangga sebagai bangsa Indonesia. Tapi kenyataan mereka tidak pernah sadar telah menelantarkan bangsanya sendiri.
Bangga, dendam, benci, mudah tersinggung satu ikatan setipis kulit bawang dibawah komando syaithan
Tahukah haram apa yang kita makan jika dalam radius 1/1000mil ada insan yang tidak bisa makan?
Hebatnya lagi kejadian itu, tidak ada satupun yang muncul ke permukaan, memandang ini sebagai satu tragedi nasional, tragedi atas gagalnya membina negara, semua sama mengkristal kepada satu anggapan, bahwa peristiwa itu hanyalah sebuah kecelakaan biasa, sebentuk model dari gagal dalam membina rumah tangga. Begitulah, mereka melihat pada sudut yang sama, adalah si Ibu dan pasangannya ini gagal membina keluarganya atau gagal melewati rintangan hidupnya. Mereka anggap itu cuma tragedi  biasa, yang bisa  terjadi kepada siapa pun yang mengalami depresi. Anggapan - anggapan seperti inilah yang membuat anteung / tenang bahkan menjadi - jadi bagi  para pemburu kekuasaan atas negara ini melanjutkan nafsunya, mengejar tahta kekuasaan atas negeri ini.

Ketika berita ini muncul di media dan media menyampaikan kasus tersebut dengan judul "Seorang Ibu keji menghabisi anak - anaknya", ini sebagai bentuk citra rasa termutakhir, bahwa sebenarnya yang keji itu media, menurutnya si ibu keji. satu tingkat mungkin judul tersebut untuk memancing reaksi orang membacanya, tapi ketika melihat isinya, jelas bukan itu, yang uraiannya memang mau menyampaikan, kalau si ibu itu keji.

Ketika ahli kejiwaan mengatakan si ibu ini mengalami gangguan kejiwaaan, ini citra rasa termutakhir,bahwa ahli jiwa ini yang mengalami gangguan kejiwaan. Kenapa demikian? karena sama dengan ahli jiwa menganggap bahwa sebagai penyebab si ibu mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya adalah karena gangguan jiwa. Apa benar begitu? jangan- jangan ahli kejiwaannya yang sakit jiwa..hehe..

Diatas sudah disampaikan ini adalah buah perjalanan membina negara. Jadi yang membuat si Ibu mencoba mengakhiri hidup anak - anaknya bukan gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan pada si ibu ini akibat saja bukan sebagai sebab, bukan sebabnya. Sebabnya ini merupakan tumpukan beban terpaan hidup terus berakumulasi yang tidak sanggup lagi bertahan untuk keluar dari situasi seperti itu, dimana kanan, kiri, depan dan belakangnya tidak ada yang tempat yang bisa meredakan itu, sebab yang membuat si ibu menjdi demikian (yang demikian itu yang dikata oleh ahli jiwa, gangguan kejiwaan).

Situasi seperti itu,  dibutuhkan pendamping yang sanggup meredakan ketakutan yang jika tidak ada / bisa akan mengantarkannya kepada blank kesadaraan. situasi seperti itu dibutuhkan lingkungan yang bersahabat layaknya lingkungan yang menggambarkan khitah manusia sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial memiliki ikatan yang kuat untuk melepaskan belenggu - belenggu hidup yang ringan hinggga jeratan yang bisa mencekik leher.

Dan kata - kata pelipur lara seperti:"sabar ya..yang kuat ya.." itu bukanlah jawaban pada situasi demikian. Bahkan perkataan seperti itu malah menjadi racun  yang membuat si ibu menjadi kian yakin tidak dapat melepaskan jeratan lehernya, yakin itu suratan takdirnya, yakin itu garis nasibnya. artinya dalam belenggunya akan menyimpulkan bahwa "kata sabar dan kuat" itu tidak akan pernah menjawab persoalan hidupnya, mengingat waktu terus bergerak kian membayangi mendekati masalah. Singkatnya situasinya, orang yang semodel si ibu itu butuh nasi, dimana nasi? ia butuh uang, dimana uang? bukan butuh sama sekali seorang semodel mario t, butuh diberi ruang untuk bernapas, bicara, hiburan hati dan pikirannya.

Diatas sudah dikatakan bahwa situasi demikan itu dibutuhkan seorang pendamping yang kuat...Tentunya pendamping itu seorang laki - laki. Sementara kenyataannya dunia tidak seindah yang dibayangkannya, dunia tidak memberi jaminan dalam pencarian seorang laki - laki akan pasti ketemu laki - laki yang kuat yang sanggup mengayomi dan menguatkannya dikala duka dalam mengarungi bahterea hidupnya. Sebaliknya negara sudah melupakan/mengabaikan mensuplai pembangun SDM berkualitas tangguh dalam segala posisi. SDM berkualitas itu bukan seperti gambaran mereka,yakni manusia pintar dan pendidikannya tinggi-tinggi semua.. bukan itu sama sekali!!!.

Berkualitas itu menyangkut penghargaan dan keberpihakan dalam satu ikatan janji menjadi satu bangsa dalam kebangsaan; itulah yang dimaksud SDM berkualitas!!! Itu yang diabaikan. Mereka selalu saja kembali pada bangsa - bangsanya. Dan ujungnya cerita palsu tentang SDM berkualitas itu diaktualisasikan dengan ukuran berkualitas sebagai bahan mereka untuk dijadikan acuannya adalah sekolah gratis, sebagai cetakan untuk membentuk sdm pinter dan ahli, hanya dan cuma sebatas itu.

Kemudian dikatakan pula bahwa dalam situasi demikian dibutuhkan lingkungan yang bersahabat. nah sekarang mari dilihat kenyataan kehidupan interaksi sosial masyarakat dalam satu wilyah saja, cukup satu sebagai contoh kasusnya, karena tatanannya sekarang sudah tidak jauh berbeda, lalu ajukan pertanyaan dalam hubungan lingkungan bersahabat, seperti begini:
" apa ada garansi ketika tanah - tanah sudah dibatasi pagar tinggi tercapai ssatu kehidupan toleran yang hakiki?
" apa ada garansi satu kehidupan toleran ketika ruang - ruang jalan di area pemukiman dijaga satpam, sementara dibalik temboknya pemukiman orang miskin yang bisa saja lebih dekat jaraknya dibanding rumah pak RT/RW pemukim yang dijaga satpam?

Mungkin pernah membaca umat kristiani dari bangsa negro menguliti bangsanya sendiri yang muslim. sebaliknya dibelahan lain bangsa negro muslim membumi hanguskan bangsanya sendiri yang kritiani. Ohhhh.. itukan disana bukan disini, di Indonesia tidak bakal sampai terjadi hal semacam itu.. benarkah begitu?? jika yakin benar seperti itu..sepertinya perlu keliling Indonesia dalam satu waktu agar yakin yang demikian pun ternyata bisa terjadi di negerinya sendiri. Bisa karena agama, bisa karena penghidupan, bisa karena dorongan seks dsb..

Bersambung.. dengan judul yang lain, isinya kelanjutannya.

Saturday, 15 March 2014

Bilur Pemilu

Bilur Pemilu


Pesta Pemilu sudah dekat, kampanye menggelinding deras. Kampanye searah melalui, pamflet, poster, spanduk, bendera parpol menutup semua ruang kosong. Kampanye dua arah, kian gencar, kasak - kusuk barter dukungan. Derasnya ini kian bertambah hebat dari kampanye lima - sepuluh tahun sebelumnya. Dedengkot parpol menganggap ini dinamika yang sehat sebagai keriangan di desa, perkampungan padat kota dari perjalanan menuju hajatan besar.




Mereka mengira suasana keriangan ini sama seperti pagelaran sebuah lomba menyanyi, menari, olah raga, atau 17an. Mereka menyamakan gembira yang sehat dengan politik. Mereka tidak berkaca, bahwa politik itu doktrin, doktrin yang dapat mengendalikan pikiran, hati orang - orang yang tidak mampu mengedalikan diri, yang itu dapat berujung paling getir pertumpahan darah. Ini adalah dao yang terkabul dari semangat menjaga seluruh tumpah darah Indonesia. Yang tidak mampu mengendalikan diri ini golongan labil.


Labil ini bukan persoalan kedewasaan tapi ditentukan ukuran kesulitan menjalani hidup, perut lapar atau kenyang. Perut lapar tidak bisa diganjal dengan ayat, hadis dan ceramah model motivator, tebusan laparnya pulus.


Ya setiap periode masa antar pemilu lima tahun sekali ataupun pilkada, pasti ada saja pertumpahan darah. Pertumpahan darah seperti dijaga agar terus mengalir darah - darah dari orang - orang yang polos, lugu. Ditingkat bawah ladang berkumpulnya luapan darah dan amarah akibat sulit hidup, yang siap meledak kapan saja jika sedikit saja disenggol.


Dan sekarang mereka di undang untuk memeriahkan sekaligus menggulirkan ledakan amarah. Doa mereka yang terkabul, menjaga seluruh tumpah darah Indonesia.


Tiga parpol saja sudah membuat garis dalam satu kampung antar parpol, apalagi banyak!..


Satu rumah bisa dikunjungi oleh puluhan orang dari parpol yang beda untuk minta dukungan, puluhan orang ini masih tetangaan dalam satu kampung. bahkan bisa satu atap. Mereka tidak terbebani saat menjalankan tugas menjadi garis depan untuk berkampanye, yang penting pulus buat nambal dompet bolong. Tapi mereka tidak mampu menutupi raut wajahnya dari kesan yang sebenarnya. Suksesi penyemaian bilur nanah..hehe.




Kalau dulu, meski dalam satu kampung pasti ada kelompok masyarakat dari tiga partai, tapi masing - masing antar pendukung parpol berjauhan tempat tinggalnya. Kalau pun ada yang berdekatan, itu pasti minoritas ditengah mayoritas, biasanya yang minoritas tidak akan berani memperlihatkan efforianya.


kondisi seperti itu saja sudah sangat memperlihatkan sekat, merusak sikap toleran asli. Nah, kalau sekarang sudah tidak lagi demikian, tidak lagi ada dinding pemisah, namun sebaliknya ini menjadi kumpulan endapan luapan yang ada dalam jiwanya atas pulus kerja bisa meledak kapan saja dalam satu kampung satu atap seperti harimau liar, singa dan serigala liar dalam satu kandang, bisa saling melukai oleh sedikit saja percikan api, meski permukaan lahirnya bersahaja saling bertegur sapa, namun bagian dalamnya seperti bilur yang siap meledak, kondisi dimana kalau dielus - elus makin enak buat mengurangi rasanya nyeri menjelang nanah siap keluar.


Bilur - bilur itu bagaikan duri dalam pemilu. Ini akibat dari sistem yang amburadul, itu yang mereka tidak tahu, mereka mau tujuannya tercapai (menguasai apbn).


Kenapa demikian?


Lihat saja, mereka tetap kukuh bertahan dengan keyakinannya atas pendiriannya, bahwa ini dijalur yang benar, bahwa gesekan - gesekan menjadi pernak - pernik dari perjalanan masa transisi demokrasi menuju kearah yang demokratis. Padahal sebaliknya, ini adalah masa- masa transit menjelang bilur - bilur itu meledak.


Adios....

Monday, 10 March 2014

Salah Benar Tentang HUKUM

Politik-Salah Benar Tentang Hukum


Pernyataan salah dan benar dalam interaksi sosial biasanya pada masalah prilaku, sedangkan dalam pendidikan menyangkut masalah soal ujian atau materi ujian. Dan pada budaya menyangkut rasa, gaya dan etika. Yang unik adalah pada persoalan hukum, di Indonesia dan masyarakat dunia, hukum dibuat dalam rangka yang hampir sama, yaitu untuk membatasi gerak. Sehingga muncul kata bersalah dan tidak bersalah, terbukti dan tidak terbukti, bebas bersyarat dan tanpa syarat dsb. Uraian itu hanya sebagai pembuka saja dari apa yang akan  diurai tekanannya pada hukum, yaitu tentang bagaimana hukum di Indonesia dibuat ditetapkan dan dijalankan.




Hukum di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan hukum yang ada di seluruh negara di dunia, kerangka berpikirnya diatas satu dogma bahwa "hukum itu nilainya bersifat relatif, isinya bisa berubah mengikuti perkembangan masa dan situasi yang berubah" atau"perubahan itu mengikuti perubahan masa/zaman". Seakan teori itu baku tidak boleh melanggar dogma itu. Hal ini wajar, karena yang menjadi landasannya adalah untuk membatasi gerak. Sehingga nanti kalau ada yang mencuri divonis, dikatakan bersalah, divonis korupsi dikatakan bersalah, divonis membunuh dikatakan bersalah. Konsep seperti ini diambil atau hasil pengembangan dari konsep yang dibikin firaun disadur kembali oleh plato diteruskan oleh socrates dan aristoteles, mengalir yang kini menjadi pegangan besar dalam penyusunan kerangka hukum.


Sedangkan Hukum itu sendiri adalah pengaturan, norma berbuat, kaidah hidup, jadi bukan untuk melakukan pembatasan gerak. sekalipun mereka mengklaim dengan matanya yang melotot dan kepalanya keluar api, "hukum itu pengaturan". Namun itu ucapan itu tidak dapat membuktikan pernyataanya,  jika melihat hasil, yakni melihat isi undang -undangnya, baik KUHP dan KUHAP, pada isinya tetap saja sama, dalam rangka pembatasan gerak. Muncul lagi yang lagi ramai meminta tindakan pencegahan, terus panik minta harus dibuatkan perangkat regulasinya, agar bisa efektif melakukan tindakan pencegahannya. Pernyataan ini makin mempertegas terhadap hukum itu sendiri sebagai pembatas gerak. Seperti orang bikin pagar rumah tinggi dengan gembok segede gajah, tetap saja kecolongan karena tujuannya memang untuk membatasi dari pengaruh tidak baik dari luar.  Contoh konkritnya lagi bagaimana mereka kebakaran jenggot ketika banyak koruptor digelandang, segera mereka bikin perubahan / undang -undang tujuannya sangat kelihatan, sebagai pencegahan, mencegah jangan sampai tangannya juga diborgol.


Ujungnya Hukum menjadi alat mainan, tidak memberi ruh pada dasar negara, dengan begitu sasaran menjadi kabur buram.


Singkat kata, yang benar itu kalau ada yang mencuri ia bersalah jika hukumnya belum ada, sebaliknya ia tidak bersalah selama hukumnya ada, bingungkan? hehe..


Hukum itu supaya aturan menjadi rampung karena pengaturan. Jadi perbuatan pencurian bersalah dari sudut sosial budaya, sedangkan perbuatannya dari sudut hukum tidak salah selama ada ganjaran konkritnya, yakni benar karena   diatur dalam hukum, yaitu  pidana tentang untuk pencurian, itu yang dimaksud kepastiannya, yang dimaksud hukum sudah benar karena memenuhi nilai sosial, tapi belum sampai bicara tentang keadilan sosial apalagi bicara adil dan beradab. Sehingga ketika dibacakan dakwaan itu bukan "ia terbukti bersalah..", tapi " ia melanggar.." Apa perlu kata bukti? terbukti? tidak terbukti?




Tidak perlu! kan barang buktinya ada dan atau tidak ada. kalimat itu cuma membikin lebay dari hidup yang sudah lebay. Makin puyengkan??? hehe..


Hal lain, bagaimana mereka menetapkan UU sebagai perangkat hukum untuk memberikan kepastian geraknya, tidak berakar serabut dengan dasar dan konstitusi, meski mereka cantumkan dalam isi sebagai bahan pertimbangannya. Lebih tekanannya oleh karena dendam, itu yang membuat hukum itu rapuh, kekuatan hukum menjadi lemah. Kesemua itu dasar motivasi dilakukan perubahan bukan karena perubahan zaman, tapi tolak tarik permainan sentimentil yang ada didalam diri mereka. Sehingga bisa seenaknya saja, kapan pun mereka mau, mereka ubah menurut pesanan yang bisa membuat perutnya buncit. Biar terang, paling enak dikasih contoh ilustrasi, walaupun sebenarnya malas membaca produk hukum yang ada sekarang, ya itu tadi masalahnya, bahasanya saja sudah tidak bernilai hukum. Contoh pada UU pemberantasan tindak pidana korupsi, pada isi timbangannya sebagai prolognya sudah lemah secara hukum dalam arti lebih karena muatan dendam. Begini ;


"...menimbang: bahwa tindakan pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional.."


Ini bahasa lebay selain mengambang, ini yang dikatakan muatannya karena dendam, jadi muatannya menjadi tidak berakar serabut dengan tujuan bernegara ( Dasar dan Konstitusi NEGARA ). korupsi itu tindakan pidana, kenapa ditambah tindak pidana korupsi? ini yang dikatakan lebay, belum kata "sangat merugikan" ini bahasa sentimentil bukan bahasa hukum. terus kalau diangkat untuk dikupas disini UU perubahan yang yang lainnnya, tambah ngaco lagi, seperti contoh dibawah ini;


"menimbang : bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas"


Jadi kalau tidak meluas tidak apa - apa, itu implikasi hukumnya, kemudian coba lihat pada UU perubahan berikutnya, makin memperlihatkan ketidakberdayaan, baik dalam pelaksanaan maupun menyusun sebuah kerangka HUKUM. Jadi mereka terus akan bikin perubahan - perubahan yang itu semakin mengambang, karena motivasinya dendam atau main - main. Ujungnya tidak sedikit korban hasil main - main seperti ini.  Disini tidak ingin mengupas semua isi dari uu tersebut, apalagi semua produk UU yang ada dan berlaku, karena sudah seperti tumpukan sampah yang tidak bisa didaur ulang, harus dibuang.


Contoh ilustrasi lainnya, nah! ini paling hangat contoh kasusnya, kasus sidang mantan pejabat PLN SUMUT, disana dikatakan oleh HAKIM, ia bersalah telah melanggar pasal 2 ayat 1. Ini menggelikan, pembacaan seperti ini sudah menjadi bahasa umum para hakim. Bagaimana tidak menggelikan, kalau  dikatakan ia bersalah melanggar pasal 2 ayat 1 artinya terdakwa tidak tidak melakukan yang digambarkan pasal 2 ayat 1. Dan kata salah ini juga menjadi salah karena pasalnya ada. Jadi yang pas itu kalau memang terbukti telah melakukan tindakan pada pasal 2 ayat 1 , bukan seperti diatas disebutkannya, tapi hakim bisa mengatakan, seccara harafiahnya ( bukan harus persis seperti contohnya), bahwa " berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi - saksi terdakwa telah memenuhi pasal 2 ayat 1 etc, maka ...." atau ia melanggar karean memenuhi pasal 2 ayat 1..dsb"..


Terus apa begitu penting menyebutkan "kata bersalah atau tidak bersalah"?

Tidak!!!..tidak penting lagi kecuali menambah atau memenuhi atau menularkan sikap dendam pada masyarakat, yang mana itu memperburuk tatanan kehidupan.


Itu sekilas tentang Salah Benar Tentang Hukum, agar tidak mengambang lagi seperti sekarang lagi demam bikin kata - kata  mengambang, yang datangnya dari masing - masing parpol. Semua parpol hampir sama jualannnya: "membikin Indonesia lebih baik", ini kalimat yang mengambang, tidak jelas seperti apa, bagaimana, kapan tercapainya. By the way, bisa dianggap wajarlah karena tujuan sebenarnya kan bukan untuk Indonesia yang lebih baik tapi untuk diri mereka sendiri. Kalimat itu begitu karena hasil colongan jadi asbun saja yang keluar dari mulutnya, biar keren dilihat orang pejuang yang cinta tanah air.


Adios.

Friday, 7 March 2014

Jelang PEMILU 2014

Jelang Pemilu 2014



tidak serupa tapi sama





Menjelang pemilu 2014, tidak jauh berbeda dengan jelang pemilu sebelum dan sebelumnya. Orang yang sama berbondong mendaftarkan kembali menjadi caleg, orang yang berbeda dengan profesi yang semodel ikut - ikutan mendaftarkan diri. KPU dan masing - masing partai politik sibuk menyiapkan diri kearah itu, diatas tujuan yang sama, yaitu duit, duit dan duit, tidak ada satupun kontennya untuk menguatkan apa yang menjadi dasar negara, kalaupun ada baru sebatas ingin.. Kesemuanya itu lalu dikemas dengan berbagai kemasan jualan, dimana isinya tetap sama mengejar duit demi isi dompet dan memenuhi hasrat gaya hidup. Mereka mengutak - atik aturan main, tidak dalam rangka untuk memperbaiki Indonesia, lebih dari sekedar oleh pengalaman di kasus - kasus sebelumnya karena merasa dirugikan. Tak kalah hingar bingarnya, berjamuran lembaga survey daftar meramaikan jelaga udara, menuju ke satu tujuan, yaitu duit.

Peredaran duit menjadi luar biasa menjelang pemilu, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, mendorong mata berbinar - binar, lidah terjulur seperti hewan. Hampir sebagian besar bertarung kearah itu, bermacam cara dengan dikemas rangkaian kata hukum  yang seolah - olah legal secara hukum, agar pembobolan itu dikemudian hari terdeteksi  bisa diatasi untuk berkelid. Inilah pesta hajatan yang meracuni tujuan bernegara. Selesai Hajatan, sudah pasti ketemu dengan masalah yang sama di pelataran lembaga - lembaga negara, baik dari dalam maupun antar lembaga, juga akan ketemu lagi model penjarahan apbn yang sasma dengan modus yang lain tentunya, akan ketemu lagi masyaraka t yang miskin papan, sandang dan pendidikan, ketemu lagi jalan - jalan yang berlubang setiap kali diguyur air, teristimewa seperti proyrek abadi benerin jalan pantura tiap jelang lebaran. Rupa atau ujud yang tidak pernah berubah sekian puluh tahun membangun negeri ini. Maka jangan heran banyak bangunan fasilitas umum cepat ambruk karena masalah kualitas yang berbanding terbalik dengan kualitas duit yang digelontorkannya. Bahkan situainya seperti telah didorong rakyat untuk menjadi buta permanen, lewat pagelaran - pagelaran hiburan, baik on the  air maupun off  the air, frekwensinya pun kian sering dan tak mengenal waktu, bagi - bagi duit, buat bikin rakyat senang, itu dilakukan oleh media - media televisi. Senang yang sifatnya temporer, tidak berdampak apa -apa selain kembali bisa jalan - jalan ke mall dan plaza. semodel dengan ketika parpol berkampanye.

Di pemilu kali ini yang bertambah adalah calon - calon presidennya, munculnya muka - muka baru, meramaikan persaingan. Bermacam visi dan misi mereka lempar kesana kemari menjaring pendukung. Dimana visi dan misi itu kalau pun terpilih menjadi presiden, dipastikan tidak akan dan mampu dijalankanya, lihat saja sistem berlakunya. Itu hanya lips service saja. Apalagi caleg - calegnya yang mau menebar janji, sama.

Jika banyak orang berharap hasil pemilu nanti berdampak perubahan kearah yang lebih baik bagi Indonesia seumumnya dan semua lapisan masyarakat Indonesia pada khususnya, tidak bakalan, Ini seperti harapan kosong, orang - orang yang sudah dimabuk kepayang oleh situasi yang terkondisikan. Terkondisikan oleh bagi - bagi duit yang membuat bangsa ini semakin bodoh, tercermin banyaknya generasi baru menjadi dukun dan pendakwah selebritis.

Indonesia tidak akan berubah oleh karena Presiden baru, anggota dewan baru. Perubahan itu sangat ditentukan pada dasar, arah dan tujuan yang itu diikat kedalam ikatan ikrar ( ikrar yang bukan koar - koar diucapkan yang biasa dilihat sehari - hari pada moment - moment tertentu, itu namanya bukan ikrar orang yang sedang senewen atau diajak untuk senewen ).

Itu saja yang bisa disampaikan, materi nanti tentang Daftar pemilih tetap yang tidak kalah menggelikannya, jadi menarik untuk dikupas lebih dalam.





Tuesday, 25 February 2014

Spionase

Spionase
"...The hiden has followed you.. orang yang selalu bersamamu...like shadow in a convex lens "

Ya, bukankah begitu mister Snowden?
 if I'm wrong, dont laugh  out loud ..hehe..

Ramainya berita penyadapan akhir  - akhir ini tidak terlepas peranan Edward Snowden yang memutuskan keluar dan lari untuk mencari tempat perlindungan.  Rusia lawan sepadan USA, jadi tempat ideal untuk berlindung, kemudian mengambil corong toa untuk membocorkan semua yang ia ketahui ke senjuru bumi yang membahana berputar - putar di langit.


Seperti biasa ada pro kontra, itu biasa. Namun satu hal, ini membuka tabir dari fakta yang selama ini telah menjadi data yang tidak ada pembuktiannya, sebaliknya begitu dengan laporan Snowden, bisa menjadi issue jika ia tidak melampirkan datanya. Namun dunia seharusnya berterima kasih pada Edwar Snowden, karena bocorannya setidaknya telah membuat melek dunia (tercermin sikapnya terperanjat ketika mendengar kabar itu), bahwa, technology informatika,  technology cyber, technology perekam bicara, technology maping dan pesawat tanpa awak, sebelum itu menjadi konsumsi masal, telah menjadi bagian dari  alat intelejen. Ketika alat intelejen mulai menggunakan technology baru, maka technology lama diproduksi masal/ bebas digunakan, sayangnya hal penjelasan itu tidak disadari. Sebaliknya yang paling disadari adalah mereka telah disadap, sebatas itu. Dan dalam ruang batasannya, mencuat ledakan sakit hati dan dongkol, yang ditunjukan dengan gesture marah, geram kemudian mencari antinya, laku lagi nih barang (penjual anti sadap), hehe.

Sikap seperti itu contoh sederhananya seperti di negara Indonesia, ketika begitu  mendengar informasi dari Edward Snowden kalau Indonesia disadap lihat saja seperti kebakaran jenggot,, sampai - sampai para tukang duduk  di senayan pun tidak mau ketinggalan, bahkan sampai tercetus mau bertandang ke snowden. mau datang apa cari - cari kesempatan ngutak - ngutik duit apbn buat plesiran (plesure)?..cetusan semodel ini cetusan  para oppotunis bukan cetusan seorang abdi negara.

Dan sikap yang berlebihan yang ditunjukan SBY ketika setelah tahu Australia melakukan penyadapan, ujungnya berakhir dengan tangan menampar muka sendiri. Lihat saja walaupun surat balsan  PM Australia ke SBY  tidak dibeberkan  ke publik, minimal tidak sikap apa - apa terhadap surat yang dilayangkan PM Australia itu. Karena apa pun isi balasan harus ada sikap yang diambil, ini tidak. apa bukan gamang? seperti menentukan sikap pada anak yang disayang dan dimanja tapi nakal, ketahuan nyolong ( mencuri), sikap yang diambilpun pasti setengah jadi ( hati ). Terus apa mau dibawa ke Undang - Undang pencemaran nama baik? UU ini saja ( pencemaran nama baik) sudah bertolak belakang dengan dasar negara ( Pancasila), bagaimana bisa dijangkau untuk lintas negara. oooh, Undang - Undang IT  barangkali? apalagi ini, kelanjutan dari UU pencemaran nama baik. Undang - undang yang tidak membuat bangsa Indonesia pintar. Karena mereka kerjanya membikin pager, cermin buat memantas diri (bukan untuk introspeksi diri) dan membangun singgasana istana. Siapa yang mengotori, atribut - atribut itu, bakal kena UU pencemaran nama baik. Mau Bukti ? lihat saja,  kelojotannya sama ketika seseorang ketahuan disadap dengan ketika seseorang dirundung fitnah. Itulah Bangunan yang dibangun yang membikin bangsa ini tidak pintar dan membentuk karakter bangsa yang tidak mempunyai kematangan berpikir ( dewasa ).

Balik lagi masalah penyadapan, sebagai catatan akhir yang tidak perlu dicatat, "selama agen intelejen disetiap negara masih ada selama itu pula kerja penyadapan akan terus terjadi, orang pintar yang didalamnya otomatis akan terus mengembangkan berbagai technology-nya.".






adios

Monday, 24 February 2014

The frame of socio-political in structuring constitutional law

The frame of socio-political in structuring constitutional law


Despite the political, economic, educational, social, cultural of Indonesia has been quite favorable, but it does not reflect the results of the implementation of the goal state. The meaning of state goals is stated in the basic state, which is the basis of the so-called five-point of Pancasila.







And now, The situation like being brought into the trip of bad ideals of acute, that's the individual centric attitude attached to bureaucrats, which gave birth to the stability of attitudes on race derivative gratification of ownership to show off each individual. This attitude encourages the growth of exclusive lifestyle that high again nepotistic collusio.


It would not need to cite examples - case in poin, because each of us have seen the news reports of the past and feel it for yourself or even. It is the gift of building a political life in the frame socio-political in structuring constitutional law.


Constitutional law cannot be separated from the principles of Pancasila as the foundation for driving a just and prosperous life. In this way, the most basic thing is the Constitution. Looking at the amended Constitution, it still contains right-wing content, which is not congruent with free and active politics. In the sense that it is still copying what the West created.


This Constitutional Law must be able to give birth to a generation that loves the country predominantly. So the basic essence is in the education corridor. Education does not prioritize competition for the best schools, but rather schools that have a science base that is based on a high level of morals.


Meanwhile, existing schools have heritage from the west and the Middle East, and most of the patterns are taken from the west and/or from abroad. This is due to the opinion that what is outside is better.

Sunday, 23 February 2014

Sosio-Historis Kunyuk, Kanal Barat Dan Timur

Sosio-Historis Kunyuk, Kanal Barat Dan Timur
ahmad.hanafiah33@gmail.comKunyuk kental dikenal sebagai kata umpatan di palataran komunitas tanah jawa. Sebagian besarnya cangkam dengan sebutan itu tapi tidak mengenalnya, hanya menjadi penyambung lidah dari sebelumnya yang ditularkan begitu saja dari hasil perjalanan interaksi sosial. Akibatnya histori kunyuk menjadi berkonotasi buruk. Pembawanya kebiasaan membawa kata pengganti yang kiasannya disandangkan kepada binatang.


Histori kunyuk tidaklah seperti yang dibayang dalam gambaran ungkapan bahasa sarcasme. Dalam histori ini mau menengok sosio kunyuk pada tahun 1905an seiring dengan gonjang ganjing diantara meneer tentang rencana dibangunnya kanal - kanal di batavia dan kalimantan.


Menyangkut kanal, dalam tulisan kanal ini masih bagian dari sambungan tulisan kanal sebelumnya. Master Plan For Drainage tahun 1973 menjadi acuan dibangunya kanal, yang itu buah gagasan meneer Belanda. Meneer ini bukan tuan tanah Belanda, meneer Van Breen ini yang sama membawa proposal bangunan kanal di Batavia dan Borneo di pertengahan tahun 1919. Meneer ini suruhan Ratu Belanda, jadi bukan pemilik gagasan, yang tersurat berangkat dari banjir besar di Batavia, itu yang meneer bawa. Padahal meneer ini tidak tahu alasan sebenarnya selain Ratu Belanda dan Komandan angkatan perang Belanda, karena si menneer hanya seorang professor, tenaga ahli Belanda.

Sepertihalnya kedatangan westerling, westerling ini budak suruhan perang., datang atas nama ratu Belanda yang itu beradu dengan karater dan maunya si westerling sendiri, kalau dibawa ke paradigma umum kalau prajurit itu lebih galak dari pada jenderal, ya seperti itu gambaran tentang westerling. Ia di Indonesia  jadi komandan di bawah GubJen Hindia Belanda yang ugal - ugalan bukan kepalang,ya begitulah yang namanya saja prajuri kalau mendadak menjadi komandan.

Mengungkap ini bukan mau menggali kisah masa lalu, juga tidak untuk mendeskridetkan Ratu Belanda. Tapi sebagai hadiah buat bangsa Indonesia, yang gampang terpukau, karena gampang terpukau suka gampang lupa diri. Bahwa kanal yang mau dibangun itu tidak ada hubungnnya dengan mengatasi banjir tanah Batavia. Kaitannya kanal dengan banjir, hanya pada kepentingan moda transportasi Belanda pada saat itu di Batavia.

Namun yang terjadi Soehoed atas rekomendasi koleganya di Belanda menerima gagasan itu yang dianggapnya yang masuk akal. Dan seperti kebiasaan bangsa yang mudah terpukau, Soehoed terpukau, ya otomatis lupa diri, ia jabarkan rencana itu seakan - akan murni hasil kajiannya. Terus bergulir seperti itu , di tenteng lagi oleh Ali Sadikin, kaya - kaya gagasanya, dan begitu hingga sekarang. Sikap - sikap premature ini erat kaitan dengan manusia pemalas tapi ingin terlihat menonjol diantara yang lainnya.

Dan tulisan ini tidak akan membuka apa yang menjadi alasan sebenarnya, karena ketika tahun lalu saya sampaikan tentang blue print dam Katulampa, lusanya, muncul opportunis - opportunis belanda bikin tulisan di media (detik.com), bahwa mereka tahu blue print itu.

Sekali lagi.. asik.. sekali lagi, bangsa Indonesia terpukau dengan tulisan itu. Ini semua terus berlangsung, hingga penggalan peristiwa itu dijadikan panduan sejarah yang tidak pernah sejarah itu dilihat rangkaian dari setiap kejadian yang berlangsung pada saat itu. Semua dibungkus mentah - mentah kemudian diberlakukan untuk dikonsumsi siswa dan mahasiswa.

Kembali ke sosio-histori kunyuk, kunyuk ini sebutan jenis monyet jawa yang lincah. Pada awal tahun 1919, dimulai datangnya gelombang dua arus besar membentuk pusaran di tanah Indonesia. kembalinya malaka ke Indonesia sebagai suruhan Kaisar China dan Meneer Van Beer suruhan Ratu Inggris. Yang satu mengumpulkan data seiring dengan perang Jepang - China, dan yang satu lagi membangun infrastruktur untuk lalulintas logistik armada perang Belanda pasca perang dunia I dalam hubungan kondisi di Eropa pada saat itu.

Pada saat terjadinya Perang Dunia II, pasukan German meluluh lantahkan rencana Belanda. Perang Dunia II, peristiwanya di luar dugaan meluas ke semua daratan eropa.

Walaupun pada masa transisi dari Perang Dunia I dengan perang Dunia II suasana di eropa masih tegang, namun mereka tidak pernah mengira kalau Hitler punya rencana segila itu dalam rencana genosida yahudi di pelataran eropa.

Sedangkan di Asia, dengan konflik yang berbeda latarbelakangnya, Jepang merayu bangsa asia untuk jadi tentaranya, karena ketakutanya pasca pengeboman pearl harbor.

Pada suasana saat itu, bangsa Indonesia menjadi kurcaci diantara yang berkuasa, sehingga kedua kunyuk berhasil membentuk karakter kuat bangsa saat ini, menjadi bangsa yang gampang terpukau, karena shock, jadi kagetan, was - was, berpadu satu, yang itu obatnya merunduk sambil menyembah nyembah kunyuk biar bisa hidup.

Adios

Friday, 21 February 2014

Menghayati 'MERDEKA' Dalam Pola Pikir Keramat

Menghayati 'MERDEKA' Dalam Pola Pikir Keramat

Tulisan ini diambil dari Note Facebook saya, 17 Agustus 2013, yang belum sempat diteruskan isinya, disalin kembali di sini untuk diteruskan dari sambungan tulisan yang belum sempat diteruskan di note facebook
..


Pola pikir keramat, mengkeramatkan apa saja, bisa benda, bisa ghaib, bisa juga tradisi. Pola pikir ini dipengaruhi besar oleh kebodohan yang dipelihara lagi enggan beranjak dari dudukan lama, untuk membuka mata, telinga, pikiran dan hati melihat dunia dan alam sekitarnya. Pola pikir keramat ini hampir menenggelamkan NKRI kalau saja di NKRI tidak terjadi perimbangan antara penguasa dunia menguasai NKRI.






Namun hampir ini juga telah membuat NKRI menjadi mainan mereka, tidak benar - benar murni berdaulat. Akibat dari pola pikir keramat adalah lahirlah bule - bule hitam berhadapan dengan pembusung dada dari pola pikir keramat diramaikan lagi campuran dari keduanya. Dalam hubungan merdeka makna pada arti kemerdekaan, itu terkandung pada naskah kemerdekaan yaitu Proklamasi NKRI.


Naskah Proklamasi ini juga sepertinya sudah dikeramatkan, jadi kalau mau dikritik akan membikin ledakan - ledakan dari mulut mereka, para bule hitam, pola pikir keramat dan diantara keduanya. Sebaliknya memang tidak bisa dirubah - rubah isinya, karna itu adalah maklumat, ikrar sebuah pernyataan kebulatan sikap meminta persetujuan untuk dipersetujukan, bukan undang - undang. Setelah disetujui (legl of de jure de fact ) baru menyusun aturan (produk undang - undang dan pengaturan (produk norma hukum / perangkat hukum penataan) yang di ikat oleh visi dan misi.


Dalam catatan ini hanya ingin melihat naskah proklamasi pada sisi muatan isi sebagai ukuran kematangan bukan pada sisi semangat. Karna dalam hal semangat justru mendorong lahirnya naskah proklamasi dan proklamir kemerdekaan. Jadi dengan membaca muatan isi/makna yang terkandung didalamnya, tampak nyata, semangat yang tidak ada ilmu dan keahlian. Ibarat bertinju tidak pernah dilatih tidak tahu aturan, sudah merepotkan lawan tidak enak ditonton selain hasilnya membuat badan babak belur.


Ini seperti main bola dari orang yang tidak pernah main bola dan tidak tahu aturan mainnya, main tendang saja. Nanti dalam mengambil kesimpulannya pun menghasilkan perbedaan pula pada muatan maknanya, karna berhadapan dengan pola pikir keramat tadi. Alhasil mereka kemudian secara tidak sadar menjadi benteng terakhir bagi para bule hitam terhadap bagi siapa saja yang mau mencoba mengutak - utik pancasila dan UUD'45.


Perlu diterangkan disini, yang dimaksud bule hitam dalam catatan ini, bukan mereka yang dimaksud dengan para belanda hitam (pandangan mereka : belanda bukan rasnya, tapi kesan lamanya yg pernah menjajah membikin hidup getir dan sengsara), juga bukan dengan yang dimaksud oleh mereka sebagai antek barat (Perlu dilihat lagi kata neolib,agar tidak salah sasaran). Bule - bule hitam disini kiasan, pada tampilannya bisa didekati secara harafiah, tampilan perujudan apa yang didalam. Maksudnya, tampilan jelek, apa pantas tubuh hitam warna bule pada rambutnya. Dimana setiap orang menyebut bule itu bukan menunjuk ras, tapi pada warna rambut. Jadi bule - bule disini, orang yang tidak mampu memantaskan diri. Jadi dengan kata lain bagaimana bisa mereka mampu memantaskan orang lain?








Mereka ini orang yang asik dengan dirinya sendiri, orang rugi tidak apa asal ia untung besar. Mereka ini selalu ingin tampil di mana pun ia berada. Bukan itu saja selalu ingin terlibat dan berbagai cara usaha agar bisa dilibatkan pada moment - moment penting.


Kemudian bagaimana kita bisa lihat mereka dalam menuntaskan persoalan - persoalan hukum yang masih mengambang dan berlaku. Ketika aturan yang dijalankan bertemu dengan permasalahannya, yakni ketika masalah terjadi tidak tertampung oleh hukum yang berlaku pada saat kejadian itu masih hangat terjadi.

Seperti satu contoh adakah bagaimana mereka menanggapi perpu tentang MK juga bagaimana mereka menyelesaikan kasus korupsi, mereka tinjau KUHAP dan KUHP yang mereka sendiri kebanyakan kagak ngarti tapi belaga paling paham. Dan terakhir tentang UU PEMILU.


Itu semua bukan jalan keluar untuk memperbaiki Indonesia yang bermartabat, tapi itu dorongan dari ingin tampil ( menjaga eksistensi diantara mereka ) tadi yang melahirkan sulaman baru menjadi kain yang compang camping yang tak jelas corak ragamnya.