Sebut Mahasiswa Papua Halal Darahnya, Natalius Pigai Kecam 'Rasisme' Kapolres Malang
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) dan mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengutuk keras pernyataan Kapolres Malang Kombes Leonardus Simarmata terkait instruksi tembak ditempat mahasiswa Papua yang melakukan demonstrasi.
"Mengutuk keras sikap rasis Kapolres Malang Kombes Leonardus Simarmata pd mhs Papua. 'Mahasiswa Papua halal darahnya," tulis Natalius Pigai dalam cuitan Twitternya seperti yang dikutip Indozone, pada hari Rabu, 10/03/2021.
Menurutnya ucapan tersebut tidak layak disampaikan oleh seorang aparat hukum terhadap warga negara Indonesia yang dilindungi haknya untuk menyampaikan pendapatnya di muka umum.
"Ini Contoh Nyata Rasisme Aparat. Sy minta Propam hrs periksa Kapolres Penghancur Negara. Org Papua sudah jengkel menderita krn rasisme Ngr ini. @propampolri," kata Natalius.
Pernyataan Kapolres itu disampaikan pada Senin, 8 Maret 2021 malam saat terjadi demo mahasiswa Papua di Mapolres Malang.
Dalam video itu menggambarkan suasana di halaman depan Mapolresta Malang Kota.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, demonstran datang ke Polresta Malang Kota menuntut salah satu rekannya yang ditangkap karena merusak truk polisi dalam aksi peringatan Hari Perempuan Internasional, agar dilepaskan.
Leonardus mengklarifikasi video viral yang beredar itu. Dia mengungkapkan bahwa video itu tidak utuh alias dipotong.
Menurutnya, kejadian malam itu, demonstran mencoba merangsek masuk ke dalam halaman Polresta Malang Kota.
"Saya sudah sampaikan bahwa itu videonya dipotong. Itu videonya dipotong jadi yang benar adalah mereka mencoba merangsek masuk ke dalam satuan saya," kata Leonardus Selasa kemarin, 09/03/2021.
Leonardus mengatakan, pagar Mapolresta Malang Kota telah ditutup. Tetapi demonstran memaksa masuk.
Dia sudah mengimbau demonstran untuk tidak memaksa masuk. Karena mereka menuntut teman mereka yang ditahan segera dilepaskan. Selain itu aksi demonstrasi dilakukan malam hari.
"Itu kan pintu ditutup. Mereka memaksa masuk, itu yang terjadi. Jadi itu video dipotong sama dia. Karena mereka memaksa masuk saya katakan tidak boleh masuk. Kalau kamu masuk itu ada aturannya. Kami ada SOP (standar operasional prosedur)," ujar Leonardus.
Leonardus mengatakan, bahwa polisi memiliki prosedur Pengaman Markas (Pamarkas). Jika ada yang mencoba masuk, maka akan dilakukan tindakan tegas. Dia pun mengaku memiliki video utuh yang belum dipotong terkait insiden malam itu.
"Pamarkas itu ada. Kalau ada yang mencoba merusak markas mencoba masuk, maka kami lakukan tindakan tegas itu tadi. Memang mau masuk. Memaksa masuk. Jadi itu hanya dipotong saja waktu saya bilang melakukan laksanakan tindakan tegas itu saja kan. Saya ada video lengkap. Itu dipotong. Kalau dipotong-potong itu kan ya beda jadinya," jelas Leonardus.
No comments:
Post a Comment