Gempa M 6,7 Guncang Kab Malang, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa bumi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada hari Sabtu, 10/04/2021, pukul 14:00 WIB yang berkekuatan kurang lebih M 6,7.
Seperti dikutip dari akun Twitter resmi BMKG, titik gempa berada pada 8,95 derajat lintang selatan dan 112,48 derajat bujur timur atau 90 kilometer barat daya Kabupaten Malang, Jawa Timur
#Gempa Mag:6.7, 10-Apr-21 14:00:15 WIB, Lok:8.95 LS,112.48 BT (90 km BaratDaya KAB-MALANG-JATIM), Kedlmn:25 Km, tdk berpotensi tsunami #BMKG pic.twitter.com/HvPt4HzGAo
— BMKG (@infoBMKG) April 10, 2021
BMKG mencatat pusat gempa berada di kedalaman 25 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.
Gempa ini juga dilaporkan terasa di Blitar, Kediri, Trenggalek, Jombang, Ngawi, Lombok Barat, Mataram, Kuta, Jimbaran, Denpasar, Mojokerto, Klaten, Lombok Utara, Sumbawa, Tabanan, Klungkung, Turen, dan Banjarnegara.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada laporan kerusakan atau korban yang timbul akibat gempa.
Mitigasi Gempa dan Tsunami di Malang
- Bencana gempa disertai tsunami berpotensi terjadi di pesisir selatan Jawa Timur mulai pantai Pacitan hingga Banyuwangi.
- Sumber gempa yaitu zona megathrust. Selain itu tujuh sesar darat aktif meliputi sesar naik pati, sesar Kendeng, sesar Pasuruan, Pribolinggo, Wongsorejo, Rembang-Madura-Kangean-Sakala (RMKS) dan sesar Bawean.
- Tsunami dan gelombang tinggi terjadi pada 1840, 1843 dan 1859. Sedangkan pada 1994 terjadi tsunami di Banyuwangi dengan ketinggian 13,9 meter yang menewaskan 259 jiwa.
- BPBD dan BMKG telah melakukan mitigasi bencana berupa pembuatan peta risiko bencana gempa bumi, peta terdampak tsunami, pemasangan alat penerima peringatan
Indonesia terletak dalam kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, sehingga berpotensi terjadi gempa, tsunami dan letusan gunung api. Peta gempa Indonesia pada 1987-2017 menunjukkan hampir semua kawasan selatan Jawa dan Sumatera, terjadi gempa. Sedangkan Kalimantan relatif aman, lantaran ada satu lempeng, yakni lempeng eurasia.
Sedangkan secara historis tercatat terjadi gempa darat di Malang pada 1958 dengan skala VIII Modified Mercalli Intensity (MMI) dan 1967 skala VIII-IX MMI. Sedangkan pada 19 Februari 1967 terjadi gempa dengan kekuatan 6,2 Skala Richter (SR).
“Belum teridentifikasi pusat gempa dari sesar lokal,” kata Kepala Stasiun Geofisika, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangkates Malang, Ma’muri dalam seri webinar Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami di Malang yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, akhir Maret.
Selama lima tahun terakhir, kata Ma’muri, terdapat lompatan aktivitas kegempaan. Potensi kejadian gempa bumi di Malang cenderung meningkat. Sehingga mendorong BMKG mengeluarkan rekomendasi kepada pemeritah setempat agar meningkatkan upaya mitigasi bencana gempa. Tercatat pada 2017 sebanyak 453, pada 2018 sebanyak 554 kejadian, sedangkan 2019 sebanyak 504 kejadian, pada 2020 meningkat sebanyak 512 kejadian.
Bencana gempa disertai tsunami berpotensi terjadi mulai pantai Pacitan hingga Banyuwangi. Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona subduksi, maka pantai selatan Jawa Timur berpotensi diterjang tsunami. Ada zona seismik gap di selatan Jatim yang patut diwaspadai, yakni zona yang relatif aktif secara tektonik tapi jarang terjadi gempa dalam waktu lama. “Sehingga menyimpan energi besar yang bisa terakumulasi jika terjadi gempa,” katanya.
Zona seismik gap, peluang besar terjadi gempa karena ada patahan di lokasi tersebut. Pada 1994, terjadi tsunami di Banyuwangi yang dampaknya sampai di Malang. Dari Kajian geologi di Jatim ada tiga sumber gempa. Meliputi segmen megathrust, sesar darat aktif, dan gempa karena gunung api.
No comments:
Post a Comment