Sunday 30 May 2021

Facebook Bakal Biarkan Pengguna Sebut Covid-19 Buatan Manusia

Facebook Bakal Biarkan Pengguna Sebut Covid-19 Buatan Manusia

Facebook Bakal Biarkan Pengguna Sebut Covid-19 Buatan Manusia














Facebook mengatakan tidak akan lagi menghapus klaim bahwa Covid-19 adalah buatan manusia dari platformnya.
FOTO: DADO RUVIC/REUTERS













Facebook menyatakan tidak akan lagi menghapus posting yang mengklaim bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 buatan manusia atau bukan. Kebijakan itu keluar menyusul pengawasan yang meningkat dan penyelidikan baru tentang asal muasal Covid-19.




Perubahan kebijakan terjadi sejalan dengan perintah Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang meminta intelijen AS untuk 'melipatgandakan' upaya mereka untuk menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19.


Biden secara khusus juga memerintahkan intelijen menyimpulkan apakah virus itu hasil dari kecelakaan laboratorium di Wuhan, China, atau tidak, bukan akibat perjumpaan dengan hewan yang terinfeksi.


Melansir Politico, tiga ilmuwan di Institut Virologi Wuhan dirawat di rumah sakit pada akhir 2019 dengan gejala yang sama dengan Covid-19. Temuan itu menghidupkan kembali perdebatan tentang apa yang disebut teori kebocoran laboratorium Wuhan, yang pernah dianggap sebagai teori konspirasi.


Pada Februari 2021, Facebook mengumumkan bahwa mereka telah memperluas daftar klaim kesehatan yang menyesatkan yang akan dihapus dari platformnya termasuk yang menyatakan bahwa Covid-19 adalah buatan manusia.


Raksasa teknologi itu memperbarui kebijakannya terhadap informasi virus korona yang salah dan menyesatkan, termasuk daftar klaim yang dibantah, selama pandemi dengan berkonsultasi dengan pejabat kesehatan global.


Tetapi juru bicara Facebook mengatakan bahwa kebijakan itu telah dihapus itu karena perdebatan baru tentang akar virus.


"Mengingat penyelidikan yang sedang berlangsung tentang asal-usul COVID-19 dan dengan berkonsultasi dengan pakar kesehatan masyarakat, kami tidak akan lagi menghapus klaim bahwa COVID-19 adalah buatan manusia dari aplikasi kami," kata juru bicara itu dalam pernyataan yang dikirim melalui email.


"Kami terus bekerja dengan pakar kesehatan untuk mengimbangi sifat pandemi yang terus berkembang dan secara teratur memperbarui kebijakan kami seiring dengan munculnya fakta dan tren baru," katanya.




Melansir Gizmodo, pejabat AS sedang menjajaki kemungkinan bahwa pandemi tersebut diakibatkan oleh kecelakaan laboratorium, tapi perlu dicatat bahwa hal itu belum tentu perbuatan manusia.


Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan bahwa dia telah meminta pejabat yang menyelidiki asal-usul virus untuk menyampaikan temuan mereka dalam waktu 90 hari. Namun, komunitas intelijen terpecah dalam memandang bagaimana virus itu pertama kali terpapar ke masyarakat umum.


China terkenal tertutup dalam hal asal-usul pandemi, menolak bekerja sama dengan internasional untuk melacak wabah virus dan dengan sengaja menyembunyikan informasi penting tentang tingkat infeksi sejak dini, selama periode waktu ketika sangat penting untuk bertindak cepat untuk mengurangi penyebaran virus.



No comments: