Selain itu, pemimpin Prancis itu menyerukan agar operasi Rusia segera diakhiri dan dimulainya pembicaraan tentang "memulihkan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina".
©Irina Yakovleva/TASS
Presiden Prancis Emmanuel Macron berencana untuk berbicara dengan timpalannya dari Rusia, Vladimir Putin, melalui telepon lagi tentang situasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhye dalam beberapa hari mendatang, kata Istana Elysee pada hari Minggu.
"Presiden akan berbicara dengan Presiden Putin lagi dalam beberapa hari mendatang untuk mencapai kesepakatan mengenai masalah memastikan keamanan di PLTN Zaporozhye," kata kantor kepresidenan, menambahkan bahwa Macron "akan tetap berhubungan dengan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky dan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi."
Menurut Istana Elysee, Macron menekankan perlunya menjamin keamanan PLTN Zapaorozhye dan mencatat bahwa "kehadiran Rusia mendasari risiko yang dihadapi pembangkit listrik tenaga nuklir." "Presiden Prancis menyerukan penarikan senjata berat dan senjata Rusia lainnya, serta penerapan rekomendasi IAEA untuk memastikan keamanan fasilitas," katanya.
Selain itu, pemimpin Prancis itu menyerukan agar operasi Rusia segera diakhiri dan dimulainya pembicaraan tentang "memulihkan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina."
Telepon sebelumnya antara Putin dan Macron terjadi pada 19 Agustus, juga atas permintaan pihak Prancis. Itu adalah percakapan telepon pertama antara kedua pemimpin sejak Mei. Pada 10 September, Macron berbicara melalui telepon dengan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky.
Terletak di kota Energodar, pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhye dikendalikan oleh pasukan Rusia. Pasukan Ukraina telah secara teratur menembaki PLTN Zaporozhye belakangan ini.
Sebuah misi dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Rafael Grossi, mengunjungi pabrik tersebut pada awal September. Dalam laporannya yang dikeluarkan setelah kunjungan tersebut, IAEA menyerukan pembentukan segera zona aman di sekitar pabrik Zaporozhye untuk mencegah kemungkinan "insiden nuklir" yang memicu permusuhan.
Perwakilan Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Vasily Nebenzya menekankan bahwa demiliterisasi tidak akan dapat menjamin keamanan pabrik tetapi malah akan menimbulkan risiko provokasi Ukraina.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan bahwa Rusia sedang mempelajari laporan IAEA tetapi membutuhkan lebih banyak waktu untuk menanggapi proposal badan tersebut.
No comments:
Post a Comment