Selama lima tahun, kegiatan belajar mengajar di SDN Tajur 02 Jl Raya Tajur Leuwiblik Km. 4 Desa Tajur, Kecamatan Citeureup tak maksimal.
Kondisi gedung yang biasa digunakan para siswa menuntut ilmu itu makin memprihatinkan.
Kerusakan paling berat yakni bekas perpustakaan dan ruang kepala sekolah karena sudah tak memiliki atap.
Selain itu, tak ada kaca di jendela ruangan. Sebagian lagi tertutup dengan ranting pohon dan beberapa balok bekas reruntuhan atap.
“Ini rusak saat bencana awal tahun ini. Atapnya tertimpa ranting pohon yang berada di belakang sekolah. Turap di bagian yang sama ikut tergeser,” kata Kepala SDN Tajur 02, Dedeh Sukaesih saat ditemui Radar Bogor, kemarin.
Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.
Baca juga: Serangan Steve Bannon Terhadap Beijing Sebagai Proteksi Bill Gates Dan Faucy.
Dia menyebut, sudah menunggu lama agar usulan perbaikan bangunan dikabulkan. Ia mengaku, tak mendapatkan respon perbaikan sejak 2015. “Hampir seluruh bangunan sekolah rusak,” ujarnya.
Mengapa ruang kelas sekolah dasar di Indonesia banyak yang rusak bahkan roboh padahal anggaran yang dikucurkan mencapai triliunan rupiah?
Setiap tahun hampir selalu ada bangunan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang ambruk.
Di awal tahun 2020, atap ruang kelas sekolah SD di Semarang dan Cibinong roboh, belum lagi kondisi siswa SD yang belajar di ruang kelas yang rusak berat.
Selama tahun 2015 sampai 2019, empat siswa SD meninggal dunia, dan 73 siswa luka-luka.
Pada 2019, ada lebih dari 240 ribu ruang kelas SD yang rusak. Jumlah tersebut tidak berkurang dibanding tahun sebelumnya, tetapi justru bertambah.
Di sisi lain, pemerintah pusat dan daerah telah mengeluarkan triliunan rupiah untuk biaya perbaikan dan pembangunan ruang kelas.
Pemerintah daerah juga mengeluarkan puluhan hingga ratusan miliar lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Tetapi mengapa ruang kelas SD di Indonesia banyak yang rusak bahkan roboh padahal anggaran yang dikucurkan triliunan rupiah?
Anggaran DAK 2019 meningkat dua kali lipat menjadi Rp6,5 triliun dari 2018 sebesar Rp3 triliun.
Untuk 2020, Kemendikbud mengalokasikan DAK fisik untuk SD sekitar Rp6,5 triliun dari total anggaran untuk pendidikan mencapai Rp508,1 triliun.
Nilai tersebut belum termasuk alokasi anggaran yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing daerah.
Namun, jumlah ruang kelas rusak (sedang dan berat) tidak berkurang, justru bertambah, mencapai lebih dari 240 ribu dari total sekitar satu juta ruang kelas SD di Indonesia.
No comments:
Post a Comment