Bank Dunia berencana mengirim bantuan US$500 juta atau setara Rp7,15 triliun (kurs Rp14.300) bagi masyarakat Afghanistan. Mengutip Reuters, Selasa (30/11), rencana pemberian bantuan itu diungkap oleh seorang sumber yang paham betul dengan rencana itu.
Sumber itu menambahkan bantuan akan diambilkan dari dana kemanusiaan Afghanistan yang sempat dibekukan saat negara itu diambil alih Taliban.
Bantuan itu akan digunakan terutama untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan yang mendesak di Afghanistan. Termasuk, melakukan vaksinasi covid.
Pasalnya, sampai sekarang hanya sekitar 7 persen dari populasi saja yang sudah mendapat vaksinasi virus covid-19.
Sumber itu menambahkan dana bantuan itu akan disalurkan tanpa pengawasan. Ia menyebut Bank Dunia tidak akan mengawasi pemanfaatan dana usai ditransfer ke Afghanistan.
"Proposal tersebut meminta Bank Dunia untuk mentransfer uang itu ke PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya, tanpa pengawasan atau pelaporan apa pun. Mereka tak membahas apa pun tentang sektor keuangan atau bagaimana uang itu akan masuk ke negara itu," kata sumber tersebut seperti dikutip, Selasa (30/11).
Untuk melaksanakan rencana itu, Bank Dunia sekarang ini sedang menyelesaikan proposal. Anggota dewan Bank Dunia dijadwalkan bakal bertemu secara informal pada Selasa (30/11) ini untuk mendiskusikan proposal yang disepakati bersama oleh pejabat AS dan PBB tersebut.
Sumber menyebut rencananya dana bakal diambil dari dana perwalian Afghanistan Reconstruction Trust Fund (ARTF) yang memiliki dana total US$1,5 miliar.
Saat ini sekitar 39 juta warga Afghanistan terlilit penderitaan. Itu terjadi usai Taliban mengambil alih kekuasaan Afghanistan beberapa waktu lalu.
Usai pengambilalihan itu, banyak rakyat yang mengalami tekanan ekonomi, defisit pangan selama musim dingin. Tak hanya itu, kecamuk juga mendorong banyak masyarakat Afghanistan jatuh ke dalam jurang kemiskinan.
Sumber tersebut menambahkan gelontoran dana bantuan itu kemungkinan tidak akan mencukupi semua kebutuhan masyarakat Afghanistan. Apalagi, untuk membayar gaji guru dan pegawai pemerintah lainnya.
Kondisi itu membuat para ahli khawatir. Mereka menilai sistem pendidikan publik, layanan kesehatan, dan sosial Afghanistan bakal runtuh bila tak segera mendapat bantuan keuangan.
Mereka memperingatkan bahwa ratusan ribu pekerja yang tidak dibayar selama beberapa bulan terakhir dapat berhenti dan memilih bergabung dengan gelombang eksodus besar-besaran dari negara itu.
No comments:
Post a Comment