Saturday 24 April 2021

Eks Menkes Siti Fadilah Disuntik Vaksin Nusantara

Eks Menkes Siti Fadilah Disuntik Vaksin Nusantara

Eks Menkes Siti Fadilah Disuntik Vaksin Nusantara














Siti Fadilah disuntik sel dendritik oleh Terawan (Dok. Istimewa)










Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari menerima suntikan sel denditrik atau vaksin Nusantara di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Dia disuntik langsung oleh penggagas vaksin Nusantara, Terawan Agus Putranto.




“Sebagai relawan penelitian vaksin imunoterapi dari dr Terawan, hari ini saya disuntik sel dendritik saya sendiri yang diambil dari darah saya sendiri 8 hari yang lalu sebanyak 40 cc,” katanya melalui keterangan tertulis, hari Jumat, 23/04/2021.


Siti menyebut, penyuntikan vaksin Nusantara berjalan lancar. Dia mengaku tak mengalami efek samping apapun setelah disuntik vaksin Nusantara.


“Seperti suntikan biasa. Tidak ada yang saya rasakan sama sekali,” ujarnya.


Setelah menjalani penyuntikan sel denditrik, Siti menunggu jadwal pengambilan sampel darah untuk membandingkan kadar antibodi sebelum dan sesudah divaksin. Usai sampel darah diambil, dia akan menjalani pemeriksaan laboratorium lanjutan sebagai bagian pengembangan vaksin Nusantara.


“Saya sudah diberi jadwal untuk kembali ke RSPAD lagi untuk melanjutkan pemeriksaan lab dalam rangka penelitian vaksin Nusantara,” jelasnya.


Sebelumnya, Siti mengaku bersedia menjadi relawan uji klinik fase dua vaksin Nusantara karena pengembangannya cukup inovatif. Selain itu, penelitian vaksin gagasan Terawan itu berbeda dengan pengembangan lainnya.


"Harapan saya kalau memang uji klinik ini mendapatkan hasil yang positif, artinya hipotesis dr Terawan terbukti," ujarnya.


Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan izin uji klinik tahap dua vaksin Nusantara. Sebab, uji klinik fase satu sel denditrik itu belum sesuai standar pengembangan vaksin.


"Saya kira penilaian BPOM sudah final dan kami menunggu koreksi yang sudah akan dilakukan," katanya dalam konferensi pers, Jumat (16/4).




Mengenai sikap peneliti vaksin Nusantara yang tetap melanjutkan uji klinik fase dua, BPOM enggan menilai. Menurut BOPM, pihaknya tak memiliki kewenangan untuk menilai tahapan pengembangan vaksin yang seharusnya belum dilakukan.


"Apa yang sekarang terjadi itu tentunya di luar BPOM, bukan kami menilai itu. BPOM melakukan pendampingan saat uji klinik sesuai dengan standar-standar good clinical trial yang berlaku internasional, yang berlaku umum," ujarnya.


Sebagai informasi, temuan BPOM, uji klinik fase satu vaksin Nusantara belum sesuai standar. Di antaranya, pembuatan vaksin Nusantara tidak steril. Selain itu, data keamanan uji klinik fase satu vaksin Nusantara dihilangkan peneliti.









No comments: