Wednesday, 7 September 2022

Erdogan - Eropa Sendiri yang Harus Disalahkan atas Krisis Gas

Erdogan - Eropa Sendiri yang Harus Disalahkan atas Krisis Gas

Erdogan - Eropa Sendiri yang Harus Disalahkan atas Krisis Gas


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Net






Keputusan Rusia menghentikan pasokan Gas ke Negara - Negara unfriend, akan menjadi musim dingin yang sulit bagi orang-orang Eropa. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan, itu terjadi karena kesalahan mereka sendiri.







Pada konferensi pers di Ankara hari Selasa, 06/09/2022, Erdogan mengatakan bahwa orang-orang Eropa sendiri yang menyebabkan timbulnya krisis yang kini melanda benua itu.


"Eropa menuai apa yang ditaburnya," kata Erdogan, menyalahkan sikap negara-negara tersebut terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan sanksi besar yang dijatuhkan pada Moskow.


“Saya pikir Eropa akan menghabiskan musim dingin ini dengan masalah serius. Turki, pada tahap ini, tidak memiliki masalah dengan pasokan gas,” ujarnya.


Moskow telah memperingatkan adanya "badai global besar" yang disebabkan oleh langkah-langkah tidak logis dan sering tidak masuk akal oleh negara-negara Barat.


Dalam sebuah pernyataan pada Senin, Kremlin mencatat bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh AS, Uni Eropa dan negara-negara lain di Rusia telah menjadi bumerang dan mengakibatkan krisis energi yang luas serta rekor inflasi di seluruh Barat.


Harga gas alam melonjak 30 pada hari Senin setelah pipa Nord Stream 1 Rusia gagal melanjutkan operasi karena masalah pemeliharaan terkait sanksi.


Raksasa energi Rusia Gazprom, yang mengoperasikan pipa, mengatakan rute gas akan tetap ditutup tanpa batas setelah inspeksi menemukan masalah teknis dengan turbin utama.


Moskow mengklaim bahwa satu-satunya hal yang mencegah pipa Nord Stream 1 bekerja dengan kapasitas penuh adalah sanksi yang dikenakan oleh Barat, sementara Gazprom juga memperingatkan bahwa pembatasan anti-Rusia menghalangi pemeliharaan rutin pada peralatan pipa.


Para pemimpin Eropa telah menuduh Moskow menggunakan pasokan energi sebagai senjata geopolitik, sementara Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menyatakan bahwa Rusia tidak dapat lagi dianggap sebagai mitra energi yang dapat diandalkan


No comments: