Sunday 8 November 2020

Status Siaga Gunung Merapi





Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. (ANTARA FOTO/Agus Nugroho)








Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, dari level II (waspada) ke level III (Siaga) pada hari Kamis siang, 05/11/2020.




Terjadinya erupsi gunung Merapi dan berdasarkan hasil pemantauan, sejak bulan Oktober-November 2020 kegempaan meningkat semakin intensif akibat aktivitas vulkanik Merapi.


Lereng selatan Gunung Merapi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman, DIY. Sedangkan lereng lainnya merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Magelang (sisi barat), Boyolali (utara dan timur), serta Klaten (tenggara).


Merespons tanda bahaya alam itu, Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan status darurat siaga bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman juga akan mulai mengungsikan kelompok rentan yang tinggal di zona bahaya Gunung Merapi dalam waktu dekat.


Baca juga: Fakta Keterkaitan Tedros Adhanom, Faucy dan Bill Gates mengungkapkan: kesehatan dunia selama bertahun-tahun bergantung pada kepentingan mereka.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


Selain itu, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut meminta warganya tak panik, namun tidak mengendorkan kewaspadaan.


Meningkatnya aktivitas vulkanik Merapi itu pun membuka kembali memori saat letusan besar yang menewaskan hingga ratusan jiwa pada 2010 silam.


Kala itu, 26 Oktober 2010, Merapi meletus setelah rangkaian peristiwa seismik sejak akhir September.


Isian panas di dalam perut Merapi menyapu ladang dan rumah penduduk di sekitarnya. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal akibat erupsi Merapi mencapai lebih dari 300 orang. Salah satu yang menjadi korban adalah juru kunci Kraton Yogya di Gunung Merapi yang kerap disapa Mbah Maridjan.




Kala erupsi terjadi saat itu, gulungan gulungan awan yang melambung hingga 1,5 kilometer turut menghampiri kediaman Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo dan menewaskannya.


Mbah Maridjan sendiri sebelumnya sempat diperintahkan mengungsi oleh Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X. Hal tersebut pun seirin evakuasi besar-besaran terhadap penduduk di kawasan rawan bencana Merapi. Pasalnya, status Merapi naik begitu cepat dari siaga menjadi awas pada akhir September 2010.


Namun, Mbah Maridjan memilih tetap di sana karena teguh pada pendiriannya yang telah bersumpah sebagai abdi dalem Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Mbah Maridjan diketahui menjadi juru kunci Kraton untuk Merapi setelah ditunjuk ayah dari Sri Sultan HB X, Sri Sultan HBIX.


Pada 26 Oktober 2010, Merapi memasuki tahap erupsi. Setidaknya terjadi tiga kali letusan yang menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 kilometer.


Kemudian pada 28 Oktober 2010, Merapi memuntahkan lava pijar bersamaan dengan keluarnya awan panas pukul 19.54 WIB. Awan panas yang menggulung bersamaan dengan letusan merapi mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Erupsi terus berlanjut beberapa kali hingga November.


Akibat letusan tersebut, wilayah sekitar gunung yang meliputi Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman mengalami kerusakan besar.


Puluhan ribu orang harus mengungsi dan ternaknya banyak yang mati. Menurut data BNPB, akibat erupsi ini, 368 orang dirawat di Rumah Sakit, 61.154 orang dievakuasi dan kerugian materi mencapai Rp4,23 triliun.


Bencana alam ini juga tercatat sebagai erupsi Merapi terbesar sejak letusan yang terjadi pada tahun 1872 silam yang konon menelan korban ratusan nyawa. Erupsi yang berlangsung pada 15 hingga 20 April 1872 itu bahkan disebut-sebut sebagai letusan Gunung Merapi paling dahsyat yang tercatat dalam sejarah modern.


Sejarah mengenai Merapi itu pun tersimpan untuk menjadi memori maupun pelajaran di Museum Gunungapi Merapi yang berada di Jalan Kaliurang, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Kenangan lainnya pun bisa dilihat pula di Museum Mini Sisa Hartaku di Petung, Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman

No comments: