Friday, 21 August 2020

Kudeta - Presiden Mali yang Ditahan Dapat Dideportasi ke Senegal, Ungkap Militer Mali

Kudeta - Presiden Mali yang Ditahan Dapat Dideportasi ke Senegal, Ungkap Militer Mali

Kudeta - Presiden Mali yang Ditahan Dapat Dideportasi ke Senegal, Ungkap Militer Mali









NOUAKCHOTT - Otoritas Mali baru, yang berkuasa setelah kudeta baru-baru ini, sedang mendiskusikan dengan Senegal kemungkinan deportasi Presiden Ibrahim Boubacar Keita yang ditahan ke negara itu, kata sumber militer Mali.




“Ada pembicaraan dengan Senegal tentang deportasi (Keita) ke Senegal,” kata sumber itu Kamis malam.


Sebelumnya pada hari itu, juru bicara Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat Kolonel Mayor Ismael Wague mengatakan bahwa dewan transisi akan dibentuk di Mali. Dewan itu akan dipimpin oleh "presiden transisi", yang bisa jadi perwira militer atau sipil, tambahnya.


Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat yang dibehtuk oleh para pemimpin militer pemberontak setelah kudeta awal pekan ini sebagai badan pemerintahan baru Mali.


Baca juga: Serangan Steve Bannon Terhadap Beijing Sebagai Proteksi Bill Gates Dan Faucy.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


Kudeta dimulai pada hari Selasa di pangkalan militer Kati dekat ibu kota Mali, Bamako. Pemberontak menahan Keita, Perdana Menteri Boubou Cisse, dan beberapa pejabat senior pemerintah. Belakangan, Keita mengumumkan pengunduran dirinya dan pembubaran parlemen.


Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat pada hari Kamis mengungkapkan rencana untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Mali untuk membantu memulihkan ketertiban konstitusional di negara itu. ECOWAS ingin mendapatkan kembali Keita sebagai presiden Mali.


Sputnik berbicara dengan Tran Thi Lam untuk membahas vaksin pertama di dunia melawan virus corona.


Sputnik: Ternyata, Grup Hoa Lam telah menunjukkan minat untuk membeli vaksin buatan Rusia. Bagaimana ini bisa terjadi, kapan dan mengapa?


Sehari sebelumnya Militer Mali yang melakukan kudeta menggulingkan Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keïta mengatakan mereka berencana untuk membentuk pemerintahan transisi sipil dan mengadakan pemilihan baru.


Juru bicara militee mengatakan mereka telah bertindak untuk mencegah negara itu jatuh lebih jauh ke dalam kekacauan.


Presiden Keïta mengundurkan diri pada Selasa malam dengan mengatakan dia tidak ingin "darah tumpah untuk membuat saya tetap berkuasa".




Dewan Keamanan PBB mengutuk "pemberontakan" itu, mendesak pembebasan segera presiden dan para pejabatnya.


Semua pasukan harus "kembali ke barak mereka tanpa penundaan", katanya.


Mali, negara luas yang membentang hingga Gurun Sahara adalah salah satu negara termiskin di dunia dan telah mengalami beberapa kali pengambilalihan militer. Saat ini sedang berjuang untuk menahan gelombang serangan jihadis dan kekerasan etnis.



Apa kata militer itu ?



Para prajurit, yang menyebut diri mereka Komite Nasional untuk Penyelamatan Rakyat, mengatakan mereka tidak ingin tetap berkuasa.


"Kami tertarik pada stabilitas negara, yang akan memungkinkan kami menyelenggarakan pemilihan umum untuk memungkinkan Mali melengkapi dirinya dengan lembaga-lembaga yang kuat dalam batas waktu yang wajar," kata juru bicara kelompok itu, Kolonel Ismaël Wagué, wakil kepala staff angkatan udara.


Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, diapit oleh tentara, dia mendesak kelompok sipil dan politik Mali untuk membantu menciptakan "transisi politik yang mengarah ke pemilihan umum yang kredibel untuk pelaksanaan demokrasi melalui peta jalan yang akan meletakkan dasar bagi Mali baru".


Dia juga mengumumkan penutupan semua perbatasan udara dan darat serta jam malam dari pukul 21:00 hingga 05:00.



























Update kasus virus corona ditiap negara




No comments: