Monday, 11 October 2021

Penemuan Fosil Gajah di Bandung Barat

Penemuan Fosil Gajah di Bandung Barat

Penemuan Fosil Gajah di Bandung Barat


Penemuan tulang, yang ternyata fosil gajah purba di Kabupaten Bandung Barat, bagi para peneliti sebandingan dengan menemukan 'harta karun'. (Ayobandung.com/Restu Nugraha)








Penemuan tulang, yang ternyata fosil gajah purba di Kabupaten Bandung Barat, bagi para peneliti sebanding dengan menemukan "harta karun".






Para paleontolog semringah, lantaran penemuan ini membawa mereka pada pengetahuan baru yang belum pernah terkuak sebelumnya: Pulau Jawa pernah jadi tempat tinggal gajah.


Tulang fosil gajah itu ialah kejutan yang tak pernah diduga untuk ditemukan para arkeolog.


Asal Mula Penemuan Tulang Fosil Gajah Warga Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menemukan tulang binatang diduga fosil hewan purba di bantaran Waduk Saguling.


Penemuan fosil tulang binatang tersebut tersebar hampir di 20 titik di kawasan pulau waduk Saguling bernama Sirtwo Island. Tulang-tulang itu berbentuk mirip paha, kaki, kepala, dan gigi binatang.


Salah satu warga, Jahidin (43) mengatakan, tulang-tulang tersebut dia temukan saat hendak menjala ikan. Awalnya dia mengira hanya tulang biasa, tapi saya dilihat ukurannya besar dan tersebar dibeberapa titik.


"Saya temukan saat menjala ikan, ada sekitar 20 titik, ada tulang mirip paha, kepala, dan gigi," kata Jahidin saat ditemui, Kamis 7 Oktober 2021.


Pantauan di lokasi, salah satu tulang mirip paha binatang memiliki panjang sekitar 90 sentimeter. Letak tulang tersebut hampir mirip batuan dan tanah. Letaknya berada tak jauh dari permukiman air waduk Saguling.


Warga Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menemukan tulang binatang diduga fosil hewan purba di bantaran Waduk Saguling. (Ayobandung.com/Restu Nugraha)


Menurut Jahidin pulau tersebut dulunya bekas tambang pasir tradisional sehingga banyak pula dari tulang-tulang tersebut kondisi rusak dan tidak utuh.






"Kalau dulu banyak, tapi karena ada tambang pasir jadi sebagian rusak dan terbawa arus air," paparnya.


Jahidin mengaku belum melaporkan temuan tulang diduga fosil binatang tersebut kepada pihak berwenang. Namun ia berharap benda tersebut diteliti agar diketahui benda sejarah atau bukan.


"Belum kita laporkan, mudah-mudahan ada peneliti yang kaji tulang apa ini," pungkasnya.


Sementara itu, pengelola wisata Sirtwo Island, M Rizky Harjadinata mengatakan telah melaporkan temuan tersebut kepada beberapa peneliti di ITB dan UI. Ia berharap benda misterius tersebut segera ditinjau dan diambil sampelnya.


"Saya sudah laporkan ke peneliti di UI dan ITB, kebetulan saya punya kawan di sana. Tapi sampai sekarang mereka belum cek lokasi jadi belum bisa simpulkan apakah tulang ini fosil atau bukan," katanya.


Warga Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menemukan tulang binatang diduga fosil hewan purba di bantaran Waduk Saguling. (Ayobandung.com/Restu Nugraha)


Paleontolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berencana meninjau langsung lokasi penemuan fosil binatang di bantaran Waduk Saguling, Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB).


Paleontolog ITB, Dr. Mika Rizki Puspaningrum mengatakan jika dilihat dari jepretan kamera, tulang tersebut merupakan fosil. Namun pihaknya tetap mesti terjun ke lapangan guna memastikan jenis spesies dan usia dari fosil tersebut.






"Saya melihat kalau dari gambar ada gigi, tulang bahu, dan kepala. Tapi kalau lewat gambar kita belum bisa pastikan itu fosil spesies apa dan usianya berapa. Rencananya kita survei langsung ke lokasi dalam waktu dekat ini," kata Mika saat dihubungi, Jumat 8 Oktober 2021.


Diketahui, warga Kampung Suramanggala, RT 01 RW 01, Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, menemukan benda diduga fosil tulang binatang di 20 titik kawasan pulau Waduk Saguling bernama Sirtwo Island. Tulang-tulang itu berbentuk mirip paha, kaki, kepala, dan gigi binatang.


Menurut Mika, dilihat dari peta geologi wilayah Saguling memang kaya akan peninggalan benda bersejarah. Pemuan fosil di Saguling telah dilaporkan sejak 1972.


Dilihat dari sisi lapisan tanah, wilayah ini dulu merupakan endapan Danau Bandung Purba terdiri dari tupaan, lempung, gamping, dan tulang-tulang binatang bertulang belakang.


"Memang kalau dilihat dari peta geologi daerah Saguling memang ada laporan mengandung fosil verterbrata. Karena wilayah itu dulu endapan Danau Bandung Purba. Ini perlu kita cek dulu untuk dipastikan," terangnya.


"Peta geologi dari badan geologi melaporkan endapan danau Bandung, Endapan danau bersifat tupaan, lempung, kerikil, kongromelat yang membentuk bidang-bidang berlapisan. Mengandung kongkrusi gamping, sisa tanaman, mollusca air tawar, dan tulang-tulang binatang bertulang belakang," tambahnya.


Selain melakukan survei, Mika bakal mendorong warga sekitar dan pengelolaan wisata untuk membuat rencana konservasi fosil tersebut. Ia berharap fosil itu dilestarikan dan jadi edukasi bagi masyarakat.


"Kita dorong juga sama pengelolaan dan warga untuk merancang rencana konservasinya agar fosilnya tetap dilindungi," ungkapnya.


Warga Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menemukan tulang binatang diduga fosil hewan purba di bantaran Waduk Saguling. (Ayobandung.com/Restu Nugraha)


Untuk meneliti temuan tulang diduga fosil di Kampung Suramanggala, Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Barat (KBB) bakal menggandeng Balai Arkeologi Bandung.






Diketahui, warga menemukan benda diduga fosil tulang binatang itu di 20 titik kawasan pulau Waduk Saguling bernama Sirtwo Island.


Tulang-tulang itu berbentuk mirip paha, kaki, kepala, dan gigi binatang.


Kepala Seksi Sejarah pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bandung Barat Asep Diki mengatakan, pihaknya bakal menggandeng Balai Arkeologi Bandung untuk meneliti temuan benda yang diduga fosil tulang itu, untuk memastikan apakah berasal dari hewan purba atau bukan.


"Harus dicek lagi sama ahlinya dari Geologi apakah memang tulang hewan purba atau bukan. Kebetulan salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) KBB adalah peneliti di sana dan basis pendidikannya arkeologi," ungkap Asep Diki saat dihubungi, Jumat 8 Oktober 2021 .


Saat ini pihaknya bakal berkomunikasi terlebih dahulu dengan warga di lokasi tulang itu ditemukan supaya mengamankan temuan tersebut.


"Kami komunikasikan dulu biar temuannya diamankan. Nanti akan kami minta juga dokumentasinya sebagai bahan laporan sebelum dilakukan pengecekan ke lapangan," ujar Asep.


Jika melihat lokasi benda tersebut ditemukan dia mengatakan ada kemungkinan benda tersebut memang merupakan tulang dari hewan yang telah lama mati.






"Bisa jadi (fosil hewan purba), karena kan dulunya itu bagian dari danau purba. Kalau danau kan sumber air tempat manusia dan hewan zaman dulu berada. Tapi biar lebih pastinya kan harus diteliliti oleh pihak yang berkompeten di bidangnya," tegas Asep.


Benda yang diduga fosil tulang hewan itu ditemukan sebanyak 20 lebih tulang yang terkubur pasir.


Jika melihat hasil temuan itu, warga memperkirakan masih banyak tulang belulang yang diduga bagian dari hewan purba lainnya namun sudah rusak ketika area tersebut masih aktif digunakan sebagai tambang pasir


Penemuan tulang di Waduk Saguling yang teridentifikasi sebagai fosil gajah memberikan kebahagiaan bagi para peneliti dan Paleontolog. (Ayobandung.com/Restu Nugraha)


Sejumlah paleontolog dari berbagai perguruan tinggi melakukan peninjauan langsung ke lokasi penemuan fosil binatang di bantaran Waduk Saguling, Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB).


Hasil survei ke lokasi, paleontolog menemukan sedikit 17 titik fosil tulang hewan (verterbrata) berbagai jenis dan bentuk. Mulai dari bagian lengan, kaki, tangan, tulang belakang, dan bagian kepala.






Paleontolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Mika Rizki Puspaningrum mengatakan tulang-tulang tersebut merupakan fosil binatang seperti kerbau, sapi, dan rusa.


"Ada 17 titik lokasi fosil. Kebanyakan tulang panjang bagian kaki, lengan, bagian tubuh, gigi, dan tulang kepala. Hasil identifikasi ada kerbau, keluarga sapi, dan rusa," kata Mika saat ditemui di lokasi, Minggu 10 Oktober 2021.


Selain tiga jenis binatang itu, peneliti juga menemukan fosil gajah.


Penemuan terakhir ini dianggap sangat menggembirakan, bak menemukan "harta karun", karena populasi gajah di Jawa sudah lama punah.


Menurutnya, penemuan fosil gajah bisa jadi bukti bahwa dahulu di Pulau Jawa juga pernah hidup gajah.


Penemuan tersebut juga bisa jadi bukti yang sangat penting untuk mereka ulang sejarah kehidupan dan bagaimana punahnya gajah di Pulau Jawa.


"Satu yang dominan adalah gajah. Gajah gak ada di Jawa sekarang, ini yang jadi spesial. Bukti bahwa dulu gajah pernah ada dan punah pada satu waktu. Kalau kerbau, rusa, dan sapi sekarang masih ada. Kalau gajah sekarang kita sudah tidak menemukan lagi," tambahnya.


Mika menduga, dahulu wilayah tersebut merupakan cekungan di mana di dalamnya terdapat rawa, padang rumput, dan sungai sebagai habitat nyaman binatang-binatang tersebut.


"Kalau kita lihat ini cekungan kecil dan di pinggir sungai. Mungkin hewan ini mati di tepian sungai. Dulu bisa jadi ini ada rawa, padang rumput yang luas beserta sungai di sini," jelasnya.


Paleontolog belum bisa memastikan berapa usia fosil tersebut.


Pasalnya, perlu penelitian dan metode lebih panjang untuk mengetahui umur dari tulang tersebut. Meski begitu, ia memperkirakan usia fosil itu lebih dari 3.000 tahun.






"Lebih dari 3000 tahun, tapi kita belum bisa pasti menentukan usianya karena tahapan panjang untuk mengetahui umum pastinya. Kalau ada kayu dan arang mungkin kita bisa tahu umumnya, tapi karena tidak ada kita harus cari metode penanggalan lain. Masih bisa diusahakan, tapi perlu waktu dana agak besar," paparnya.


Sebelumnya, warga Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) geger oleh penemuan benda diduga fosil tulang binatang di 20 titik kawasan pulau Waduk Saguling bernama Sirtwo Island.


Tulang-tulang itu berbentuk mirip paha, kaki, kepala, dan gigi binatang.


Puluhan fosil itu pertama kali ditemukan warga bernama Jahidin (43) saat hendak menjala ikan di Waduk Saguling.


Sejumlah peneliti dari berbagai perguruan tinggi mendorong lokasi Sirtwo Island di Waduk Saguling berstatus konservasi. (Ayobandung.com/Restu Nugraha)


Sejumlah peneliti dari berbagai perguruan tinggi mendorong lokasi Sirtwo Island di Kampung Suramanggala RT 01 RW 01 Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) berstatus konservasi, menyusul ditemukannya berbagai fosil hewan verterbrata di antaranya gajah.


"Kalau bisa ada status konservasinya agar bisa dijaga bersama supaya bertahan lama dan anak cucu bisa belajar. Kalau mau diserahkan ke pihak yang berkepentingan, kan sayang diambil dan jadi koleksi pribadi," kata Paleontolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Mika Rizki Puspaningrum, Minggu 10 Oktober 2021.


Menurutnya, semua pihak harus duduk bersama guna melindungi kawasan tersebut agar tidak dijarah atau tidak dirusak.


Dengan adanya fosil di tempat ini, juga bisa menambah nilai lebih untuk pengembangan kawasan wisata.


Mika mengatakan fosil di kawasan itu ditemukan sedikitnya di 17 titik. Penemuan fosil gajah ini dianggap sangat menggembirakan, karena populasi gajah di Jawa sudah lama punah.


Menurutnya, penemuan fosil gajah bisa jadi bukti bahwa dulu di pulau Jawa juga pernah hidup gajah.


"Ada 17 titik lokasi fosil. Kebanyakan tulang panjang bagian kaki, lengan, bagian tubuh, gigi, dan tulang kepala. Hasil identifikasi ada kerbau, keluarga sapi, dan rusa. Satu yang dominan adalah gajah," kata Mika.


Sementara itu, Dosen Geologi UI, Sukiatoh mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan hewan yang mati lantaran aktivitas perburuan di masa lampau.






Oleh karena itu, pihaknya belum bisa memastikan adanya fosil manusia purba.


"Kebanyakan tulang panjang bagian kaki, lengan, bagian tubuh, gigi, dan tulang kepala. Di lokasi banyak elemen tubuh seperti kepala, kaki, tangan, tulang belakang, dan bagian kepala. Kita tidak tahu apakah ini dari satu organisme yang sama atau beda," katanya.


Ia mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga kawasan ditemukannya fosil hewan purba.


Pasalnya, temuan tersebut penting dan sebanding dengan "harta karun" dalam ilmu pengetahuan dan kekayaan cagar budaya.


"Karena semua ilmu dan penelitian yang kita lakukan harus kembali lagi ke masyarakat. Informasinya mungkin bisa jadi nilai tambah wisata," pungkasnya.








No comments: