Guru honorer bernama Sri Hastuti, 42, itu selama tiga bulan terakhir memang tinggal di kandang kambing, berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah. Ia tinggal di rumah yang menyatu dengan kandang kambing itu bersama tiga orang anaknya dan suami, Anggi Nugroho.
Kondisi guru honorer di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim) sungguh memprihatinkan. Tak hanya tinggal di kandang kambing, guru honorer di sebuah sekolah dasar (SD) di Ngawi itu hanya menerima gaji Rp300.000 setiap bulannya.
Kendati demikian, guru honorer di Ngawi itu tak pernah mengeluh. Padahal, honor yang diterimanya dari mengajar di SDN Pandean 4, Kecamatan Karanganyar itu tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi, suaminya juga tidak memiliki pekerjaan tetap.
Suami Sri hanya bekerja serabutan, kadang menjadi kuli panen padi, kuli bangunan, hingga kuli tebang tebu.
“Honor saya dan hasil kerja suami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan. Masih ada yang kurang. Tapi ya kami hidup apa adanya seperti ini, yang ada disyukuri,” ujar Sri, dikutip dari Suara.com, Sabtu (23/10/2021).
Mulanya, Sri tidak mendapat gaji sebagai tenaga pendidik. Kemudian, ia mulai mendapatkan honor. Kali pertama, guru honorer di Ngawi ini hanya dibayar Rp50.000. Honornya lambat laun mengalami kenaikan menjadi Rp100.000 per bulan, dan kini Rp300.000.
Rumah yang ditempatinya bersama enam ekor kambing itu pun saat ini bukan lahan miliknya, melainkan lahan milik Perhutan.
“Akhirnya kami bangun empat tahun silam. Adanya seperti ini. Kami tinggali bersama. Meski bersama kambing ya tidak masalah. Itu juga rezeki kami. Kami syukuri,” ujarnya.
Jauh dalam hatinya, dia ingin memiliki tempat tinggal yang layak. Sekaligus, dia bisa segera diangkat jadi aparatur sipil negara (ASN). Bahkan, sesuai dengan kualifikasi minimal, dia bisa mendaftar calon pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Tak sedikit dukungan yang mengalir untuk Sri. Rekan-rekan guru di sekolah tempat dia mengajar kerap memperhatikannya. Bahkan, sering memberikan bantuan. Hati mereka teriris saat pertama kali datang ke rumah Sri.
“Pernah datang ke rumah bersama rekan-rekan lain saat Bu Sri melahirkan. Semua menangis, tidak bisa membayangkan kalau hujan angin bagaimana dengan kondisi rumahnya. Kami sarankan agar sekeluarga tidur di atas, agar tidak digigit binatang. Memang benar satu atap dengan kambing. Air pun sulit,” terang Supatmi, rekan seprofesi Sri.
Pemkab Ngawi akan buatkan rumah
Rencananya, Sri akan membangun rumah yang lebih layak di tanah yang sudah dia beli. Tanah tersebut Sri dibeli menggunakan uang hasil penjualan kambing.
Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko berkunjung ke rumah Sri. Ia membenarkan, Pemkab Ngawi akan membantu pembangunan rumah untuk keluarga Sri.
"Betul kita akan berikan fasilitas membantu membangunkan rumah untuk Ibu Sri. Jadi rumah Jawa kerangka di rumah ibunya kita pindah dengan pondasi dibangunkan di tanah yang Bu Sri beli," jelas wabup yang akrab disapa Antok.
"Secepatnya kita gerakkan nanti Forkopimca kecamatan dibantu warga masyarakat, untuk bangun pondasi minggu depan," imbuhnya.
Sri merupakan warga Desa Pandean, Kecamatan Karanganyar. Sejak 2007, ia menjadi guru honorer di SDN Pandean IV. Ia mengajar kelas 4.
No comments:
Post a Comment