Monday 19 October 2020

Twitter menjadi algojo untuk bidang yang bukan keahliannya dengan menghapus panduan masker dari penasihat Covid-19 Gedung Putih, mengklaim itu melanggar kebijakan tentang 'informasi yang menyesatkan'

Twitter menjadi algojo untuk bidang yang bukan keahliannya dengan menghapus panduan masker dari penasihat Covid-19 Gedung Putih, mengklaim itu melanggar kebijakan tentang 'informasi yang menyesatkan'

Twitter menjadi algojo untuk bidang yang bukan keahliannya dengan menghapus panduan masker dari penasihat Covid-19 Gedung Putih, mengklaim itu melanggar kebijakan tentang 'informasi yang menyesatkan'





©REUTERS/Tom Brenner








Media sosial kini berubah wajah menjadi algojo untuk bidang yang bukan keahliannya. Baru - baru ini terjadi, Twitter telah menghapus tweet dari anggota Satuan Tugas Coronavirus Gedung Putih Dr. Scott Atlas yang mempertanyakan efektivitas mandat masker, mengklaim pesan tersebut melanggar Kebijakan Informasi Menyesatkan Covid-19 di platform.




Media sosial sepertinya telah menjadi trigger untuk satu tujuan tertentu. Sehingga mereka tidak melihat lagi perbedaan pendapat dalam dunia sebagai sebuah argumentasi ilmiah. Ini sangat membahayakan bagi dunia sains bila media sosial berlaku sepihak dan terlibat dalam menentukan satu ulasan yang bersifat ilmiah.


Untuk menjalankan eksekusinya, Twitter berdalih mensensor sains jika bertentangan dengan tujuan indoktronasi. Namun justru apa yang dilakukan Twitter mencoba mendoktrinasi sains dari sudut mereka. Ini sangat berbahaya bagi eksistensi Ilmu Pengetahuan.


Dalam masalah tweet yang dihapus twitter, tweet asli Atlas menulis, “Masker berfungsi? TIDAK, ”sebelum mengutip berbagai contoh dan kutipan dari pejabat kesehatan yang menolak perlindungan yang dapat diberikan oleh penutup wajah.


Baca juga: Fakta Keterkaitan Tedros Adhanom, Faucy dan Bill Gates mengungkapkan: kesehatan dunia selama bertahun-tahun bergantung pada kepentingan mereka.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


Kami sebagai analis melihat itu tidak serta merta percaya sepenuhnya apa yang dikatakan Atlas, namun kami menghargai pendapatnya, sebagai gagasan argumentasi. Dan yang bisa menentukan kevalidan argumentasinya harus dilakukan uji ilmiah. masalahnya apakah twitter sudah melakukan riset ilmiah tentang mekanism kerja virus pada celah serabut masker. Twitter wajib memperlihatkan hasil kerja ilmiah jika alasannya masalah sains.


Argumentasi serupa tentang masalah "masker" pernah disampaikan juga oleh official WHO Dr. Carl Heneghan.


Informasi yang dikutip termasuk rincian berbagai tempat yang telah melihat kasus Covid-19 meningkat meskipun ada mandat masker, serta kutipan dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Dr. Carl Heneghan, direktur Pusat Pengobatan Berbasis Bukti dan editor-in- kepala publikasi Pengobatan Berbasis Bukti Jurnal Medis Inggris.



“Tampaknya meskipun dua dekade kesiapsiagaan pandemi, ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai nilai memakai masker,” kata Dr. Heneghan tentang penutup wajah.




Jika hal ini dibiarkan.. Maka media sosial terutama twitter penyumbang kerusakan dunia sains.


No comments: