Uni Eropa Menegur Pernyataan Erdogan Macron Membutuhkan Perawatan Mental Atas Sikapnya terhadap Muslim
Emmanuel Macron telah menjadi sasaran Erdogan karena menjanjikan pemerintah Prancis akan tetap kuat melawan ancaman Islam setelah serangan mengerikan baru-baru ini terhadap seorang guru sekolah. Yang terakhir dipenggal oleh seorang imigran berusia 18 tahun setelah memperlihatkan karikatur, beberapa di antaranya secara satir menggambarkan Nabi Muhammad, di ruang kelasnya.
Presiden Komisi Uni Eropa Josep Borrell mentweet pada hari Minggu bahwa pernyataan presiden Turki mengenai Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak dapat diterima.
"Kami menyerukan kepada Turki untuk menghentikan spiral konfrontasi yang berbahaya ini," Presiden Komisi Uni Eropa Josep Borrell tweeted pada hari Minggu.
Les propos du Président @RTErdogan à l’égard du Président @EmmanuelMacron sont inacceptables. Appel à la Turquie à cesser cette spirale dangereuse de confrontation.
— Josep Borrell Fontelles (@JosepBorrellF) October 25, 2020
Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengecam mitranya dari Prancis yang mengomentari kebijakannya terhadap Muslim dan mengatakan bahwa Emmanuel Macron harus memiliki "pemeriksaan mental".
Pembunuhan Samuel Paty
Minggu lalu, Prancis hancur ketika guru Samuel Paty dipenggal oleh seorang remaja berusia 18 tahun keturunan Chechnya di pinggiran Paris setelah dia menunjukkan sekumpulan kartun satir Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama pelajaran sejarah tentang kebebasan berbicara dan kebebasan hati nurani. Tersangka ditembak mati oleh petugas polisi pada hari yang sama. Investigasi atas pembunuhan brutal sedang dilakukan.
Setelah pembunuhan tersebut, yang oleh Macron disebut sebagai "serangan teroris", pemerintah Prancis mempelopori serangkaian langkah yang harus diambil untuk membasmi ancaman Islam, termasuk pengetatan keamanan di sekolah.
Langkah Legislatif Baru
Secara terpisah, rancangan undang-undang yang berusaha untuk melarang pembenaran kejahatan karena motif etnis atau agama atas dasar konstitusional, disahkan ke Senat Prancis. Mengomentari RUU tersebut, Erdogan, terlepas dari kata-kata kasarnya terhadap Macron, mengatakan bahwa "tujuan utama dari inisiatif semacam itu yang dipimpin oleh Macron adalah untuk menyelesaikan masalah lama dengan Islam dan Muslim". Pada hari Sabtu, segera setelah pernyataan Erdogan, Paris memanggil kembali duta besarnya untuk Turki.
Kematian guru sejarah berusia 47 tahun itu telah memicu gelombang protes di seluruh Prancis, dengan Paty menjadi simbol perjuangan Paris melawan terorisme Islam, mirip dengan pembantaian Charlie Hebdo pada 7 Januari 2015.
No comments:
Post a Comment