Perayaan hari kemenangan Idulfitri 1441 Hijriah dirasakan berbeda oleh seluruh umat muslim. Tak terkecuali Sa'am, Jun, dan Ocim, penjaga pusara korban virus corona di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Jangankan menjalankan tradisi sungkeman usai salat id, bahkan Sa'am tidak sempat mencicip ketupat dan opor buatan sang istri. Alasannya, dering telepon Sa'am tidak berhenti berbunyi.
"Nggak sempat makan opor sama ketupat. Orang udah krang kring krang kring (notifkasi pesan) di handphone," ujarnya saat ditemui CNNIndonesia.com, Minggu (24/5).
Maklumlah, tugas Sa'am menguburkan jenazah tak kenal waktu, terutama sejak penyakit covid-19 menyebar di dalam negeri. Tugas menumpuk dan bertubi-tubi ini dilakoninya tiga bulan terakhir. Beruntung, anak dan istrinya maklum.
"Namanya juga kerja, harus kita lakukan. Alhamdulilah masih sempet salat Id," tutur pria 42 tahun tersebut dengan nada ikhlas.
Sejak pagi hingga siang hari, kira-kira pukul 12.00 WIB tadi, ia sudah menurunkan dua jenazah ke liang lahat. Ia dibantu dua sejawatnya, Junaedi (42) dan Ocim (43).
Memang, menjadi tukang gali kubur membuat hidup tiga sekawan ini berbeda. Yang biasanya masuk rumah tidak perlu cuci tangan, kini setiap habis pulang kerja mereka wajib membersihkan seluruh badan.
"Sekarang harus mandi. Setidaknya bisa mengurangi kemungkinan menularkan virus corona ke keluarga," ujar Junaedi, yang akrab disapa Jun.
Lebih ironis lagi, Jun merasa pandangan yang dilempar mata para tetanggan pun berubah semenjak ia harus menguburkan jenazah orang terinfeksi corona.
"Tetangga kelihatan beda. Mereka kelihatan menjauh jaga jarak," imbuh dia.
Protes menyatukan berbagai kelompok teori konspirasi, ekstrimis, anti-vaxxers dan orang-orang yang peduli tentang pengurangan kebebasan sipil.
Pun demikian, ia mengaku paham dengan kondisi tersebut. Saat ini, semua orang perlu mengambil langkah antisipasi penularan virus corona.
Seperti halnya Sa'am, Jun dan Ocim pun terpaksa melewatkan tradisi sungkeman dengan keluarga dan silaturahmi dengan tetangga. Karenanya, ia meminta pengertian warga untuk tak menambah beban petugas penanganan covid-19 dengan berdiam di rumah.
"Capek sih pasti capek, apalagi kalau sampai nambah terus. Artinya, kalau pasien terus nambah, berarti kami terus gali lubang. Kasian juga kami para garda terakhir," imbuh dia.
Jun dan Ocim juga dituntut lebih bersih saat bertugas tiga bulan terakhir ini. Semua baju yang dipakai serta seluruh badan pasti dibasuh selepas bekerja.
"Dengan kerjaan seperti ini kebersihan memang sudah wajib," terang Ocim.
Meski begitu, Ocim merasa terharu karena pemerintah dan masyarakat menghujaninya dengan perhatian. Ia mengaku mendapat dukungan dan 'amunisi' untuk menjaga tubuh tetap fit. Antara lain, makanan, vitamin, dan suplemen.
Ini pula yang mengingatkan Ocim, termasuk Sa'am dan Jun, ketika jenuh dan rasa lelah menyerang. Apalagi, di situasi lebaran yang membuat keadaan terasa sangat berbeda.
Presiden Republik Indonesia sendiri beberapa kali mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dalam melaksanakan Hari Raya Idulfitri di tengah pandemi corona.
Mulai dari meminta masyarakat salat id di rumah alias tidak berjamaah, tidak mudik, hingga meminta masyarakat melakukan silaturahmi secara dalam jaringan (daring).
Hal tersebut diketahui sebagai langkah guna mencegah terjadinya penularan virus corona, di mana per Sabtu (23/5), jumlahnya masih terus bertambah.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tercatat ada 21.745 orang terkonfirmasi positif corona. 1.351 di antaranya meninggal dunia. Sementara, 5.249 lainnya dinyatakan sembuh.
No comments:
Post a Comment