Wednesday, 30 December 2020

Refleksi Covid-19 dengan segala penanganannya Dalam 1 Tahun

Refleksi Covid-19 dengan segala penanganannya Dalam 1 Tahun

















Berdasarkan data yang dirilis angka penambahan kasus positif covid-19 terus saja terjadi, dan Satgas Inti Pusat sudah dua kali diganti dengan peraturan untuk menekan penyebaran terus diulang - ulang tidak mampu menekan munculnya angka positif. Pembuat kebijakan seperti tidak mengevaluasi apa yang sudah mereka lakukan sebaliknya lebih banyak menyalahkan rakyatnya ketika angka itu tetap ada dan bertambah.




Evaluasi ini menjadi penting, dan mereka seperti tidak melakukan itu dan hanya menggunakan kira - kira dalam membuat peraturan semodel PSBB, new normal dan lain. Kira - kira bisa menurun dan kenyataannya tidak sama sekali namun merasa itulah cara satu - satunya menekan angka.


Coba lihat hari ini pagi berita di tv memaparkan kaleidoskop masalah kejadian kasus covid-19. Isinya hanya menakut - nakuti, dengan menceritakan historis angka covid-19 dengan nama- nama yang meninggal terutama pejabat pemda dan calon pejabat. Mereka tidak berani memaparkan kegagalan penyelenggara dalam penanganan kasus ini.


Ketidakberahasilan ini kemudian mereka, penyelenggara seperti brand ambasador produsen vaksin-19, kembali berbicara yang sama, seolah itu satu - satunya solusi, sama seperti peraturan yang mereka buat seolah satu - satunya solusi yang kenyataan kasus itu muncul.


Baca juga: Fakta Keterkaitan Tedros Adhanom, Faucy dan Bill Gates mengungkapkan: kesehatan dunia selama bertahun-tahun bergantung pada kepentingan mereka.


Baca juga: Perjalanan Panjang Kriminal Dr. Faucy.


Jika mereka sadar diri bahwa mereka tidak melakukan evaluasi dan kemudian mereka berani sadar diri untuk melakukan evaluasi masalah ini tidak akan serumit ketakutan mereka terhadap angka - angka positif.


Mereka harus melakukan evaluasi kenapa angka positif covid-19 tetap ada dan bertambah. Pertama adalah evaluasi masalah tracking sample dari mulai instrumens dan pengambilan sample.


Alat rapid test, PCR sampai terakhir tes antigen. Mereka seperti tidak tahu PCR itu sudah ada sebelum ada pandemi, bukan hanya untuk uji corona saja. Alat ini untuk menguji adanya bakteri atau virus dalam RNA. Tes suhu tidak selalu suhu tinggi reaktif. Suhu tinggi badan adalah sinyal reaktif dari tubuh adanya gejala penyakit mulai radang usus, typus, demam berdarah, cacar dan tambahannya oleh virus corona.


Kemudian evaluasi mulai cara dan proses inokulasi, pengananan sample juga mengumpulkan sebanyak mungkin masalah tanda gejala dan tanda positif. Selama ini terutama yang mereka sebut para ahli, apa yang mereka katakan hanyalah menyontek apa yang diberitakan diluar negeri tentang tanda gejala dan tanda positif.




Kedua, evaluasi masalah peraturan penekanan kasus covud-19. Ini sangat terlihat ambigu. Terutama mendagri. Bagaimana mereka begitu menggebu - gebu pentingnya pilkada serentak. Dan berbagai kasus kerumunan karena kampanye terus terjadi tidak ada satu pun diberi sanksi. Namun kemudian menyerang beberapa Gubernur, hingga mengeluarkan ancaman.


Resufle kabinet Mendagri kemarin justru yang tidak diganti.


Evaluasi peraturan penangan ini juga tidak ada yang berani mengkritik terutama mereka yang berkecimpung di dunia medis, analis kimia, biologi terhadap rules yang dibuat Satgas pusat dan menkes dan rules yang dilakukan pemda.


Model penagananan yang jauh panggang dari api yang membuat masalah masuk ke lubang yang sama. Anda tidak akan menemukan solusi jika yang dilihat angka - angka saja, angka bertambah stop ini itu dilarang ini itu harus ini itu. Ini seperti orang yang takut tikus menangani tikus namun bicaranya seperti ahli genetik tikus


Evalusilah akui kegagalan dan duduk bersama. Ini masalah kesadaran individu yang kemudian bangun menjadi kesadaran bersama dengan duduk bersama. Sehingga tidak terus yang dikedepankan ego, ego merasa rules sudah sahih, ego merasa apapun data dari luar tentang virus corona berikut dengan obat, alat dan gejalanya adalah sahih.


Mereka seperti lupa, sejak pertama kali pemberlakukan yang dikeluarkan oleh WHO itu sudah sangat salah, WHO tidak mewajibkan penggunaan masker dan bahkan kemudian hanya yang positif yang pakai masker. Artinya mereka membuat rules berdasarkan kira- kira. Bahkan rules yang dikeluarkan sampai dengan hari ini. Namun semua yang datangnya dari WHO, mereka menganggap paling sahih. Inilah faktor penting yang menjadi gagal penanganan.


Evalusi penting agar satu generasi tidak dikorbankan, anak - anak yang dalam masa pertumbuhan, pertumbuhan fisik, biologis , intelejensia dan kejiawaan yang itu semua dibutuhkan media pembentukannya menjadi tumbuh dengan normal secara normatif, yaitu arena pendidikan. Mereka harus kembali ke sekolah jangan sampai ini membuat senang pihak Barat yang memang mengharap ini terjadi. Covid-19 hasil riset 2012 tidak berbahaya pada anak dan remaja.

No comments: